Rusia Tembakkan 3 Rudal Hipersonik ke Ukraina, Klaim Hasilnya Luar Biasa
loading...

Rusia konfirmasi sudah menembakkan tiga rudal hipersonik Kinzhal ke Ukraina selama perang berlangsung. Rusia klaim hasil kinerja misil tersebut luar biasa. Foto/Kementerian Pertahanan Rusia via Sputnik
A
A
A
MOSKOW - Pasukan Rusia telah menembakkan tiga rudal hipersonik Kinzhal ke Ukraina selama perang berlangsung. Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengeklaim hasil serangan misil canggih itu luar biasa.
"Rudal [hipersonik Kinzhal] telah digunakan oleh kami pada tiga kesempatan selama operasi militer khusus [di Ukraina]," katanya.
"Dan itu menunjukkan kualitasnya yang luar biasa pada tiga kesempatan, kualitas yang tidak dimiliki oleh rudal serupa lainnya di dunia,” lanjut Shoigu kepada stasiun televisi Russia 1 yang dilansir Russia Today, Senin (22/8/2022).
Kinzhal adalah rudal surface-to-air hipersonik Rusia yang mulai beroperasi pada tahun 2017.
Misil ini dapat melesat dengan kecepatan Mach 12 (sekitar 14.800 km/jam) sambil terus melakukan manuver mengelak, yang memungkinkannya untuk menembus setiap pertahanan udara yang ada saat ini.
Senjata yang bisa membawa hulu ledak nuklir ini biasanya diluncurkan oleh pesawat pengebom Tu-22M3 atau pun pesawat pencegat MiG-31.
Kementerian Pertahanan pertama kali melaporkan serangan rudal hipersonik Kinzhal pada pertengahan Maret, dengan mengatakan serangan itu menghancurkan sebuah gudang senjata di dekat kota Ivano-Frankovsk, Ukraina.
Kinzhal merupakan salah satu dari beberapa sistem senjata hipersonik yang dikembangkan untuk militer Rusia dalam beberapa tahun terakhir, bersama dengan peluncur Avangard yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis silo, dan rudal Zircon yang akan digunakan oleh Angkatan Laut.
Jet Siluman Su-57
Shoigu juga mengonfirmasi perluasan penyebaran jet tempur siluman generasi kelima Su-57 Rusia dalam perang di Ukraina.
"Pesawat ini memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi terhadap berbagai sistem pertahanan udara, memiliki perlindungan terhadap rudal. Ada banyak hal...yang terpenting, ia juga memiliki senjata yang sangat kuat," paparnya.
“Kami juga telah menguji senjata-senjata ini, mencobanya–mereka bekerja dengan sempurna,” katanya.
Rusia mulai menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022, yang oleh Moskow diklaim sebagai operasi militer khusus untuk menumpas neo-Nazi di Ukraina.
Invasi dimulai setelah Kremlin mengakui dua republik Donbas, yakni Donetsk dan Luhansk, sebagai negara yang merdeka dari Ukraina.
Namun, Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
"Rudal [hipersonik Kinzhal] telah digunakan oleh kami pada tiga kesempatan selama operasi militer khusus [di Ukraina]," katanya.
"Dan itu menunjukkan kualitasnya yang luar biasa pada tiga kesempatan, kualitas yang tidak dimiliki oleh rudal serupa lainnya di dunia,” lanjut Shoigu kepada stasiun televisi Russia 1 yang dilansir Russia Today, Senin (22/8/2022).
Kinzhal adalah rudal surface-to-air hipersonik Rusia yang mulai beroperasi pada tahun 2017.
Misil ini dapat melesat dengan kecepatan Mach 12 (sekitar 14.800 km/jam) sambil terus melakukan manuver mengelak, yang memungkinkannya untuk menembus setiap pertahanan udara yang ada saat ini.
Senjata yang bisa membawa hulu ledak nuklir ini biasanya diluncurkan oleh pesawat pengebom Tu-22M3 atau pun pesawat pencegat MiG-31.
Kementerian Pertahanan pertama kali melaporkan serangan rudal hipersonik Kinzhal pada pertengahan Maret, dengan mengatakan serangan itu menghancurkan sebuah gudang senjata di dekat kota Ivano-Frankovsk, Ukraina.
Kinzhal merupakan salah satu dari beberapa sistem senjata hipersonik yang dikembangkan untuk militer Rusia dalam beberapa tahun terakhir, bersama dengan peluncur Avangard yang dipasang pada rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis silo, dan rudal Zircon yang akan digunakan oleh Angkatan Laut.
Jet Siluman Su-57
Shoigu juga mengonfirmasi perluasan penyebaran jet tempur siluman generasi kelima Su-57 Rusia dalam perang di Ukraina.
"Pesawat ini memiliki tingkat perlindungan yang sangat tinggi terhadap berbagai sistem pertahanan udara, memiliki perlindungan terhadap rudal. Ada banyak hal...yang terpenting, ia juga memiliki senjata yang sangat kuat," paparnya.
“Kami juga telah menguji senjata-senjata ini, mencobanya–mereka bekerja dengan sempurna,” katanya.
Rusia mulai menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022, yang oleh Moskow diklaim sebagai operasi militer khusus untuk menumpas neo-Nazi di Ukraina.
Invasi dimulai setelah Kremlin mengakui dua republik Donbas, yakni Donetsk dan Luhansk, sebagai negara yang merdeka dari Ukraina.
Namun, Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
(min)
Lihat Juga :