Kata China, Ini Alasan Sebenarnya AS Kirim Pelosi ke Taiwan

Senin, 08 Agustus 2022 - 08:32 WIB
loading...
Kata China, Ini Alasan...
Ketua DPR AS Nancy Pelosi bersama delegasi Kongres Amerika mendarat di Taiwan pada Selasa pekan lalu, mengabaikan peringatan keras dari China. Foto/REUTERS
A A A
DHAKA - Pemerintah China meyakini bahwa kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan adalah bagian dari taktik Washington.

Menurut Beijing, taktik itu bertujuan menciptakan dalih untuk mengerahkan lebih banyak militer Amerika ke sekitar pulau tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dibuat selama kunjungannya ke Bangladesh, Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan; "Ada tanda-tanda bahwa Amerika Serikat sedang mencoba untuk mengulangi trik lamanya.”

"Washington memiliki sejarah menciptakan masalah terlebih dahulu, dan kemudian menggunakannya untuk mewujudkan rencana strategisnya sendiri di tempat lain di dunia," kata Wang Yi.



Menurut diplomat top China tersebut, pemain regional harus menentang peningkatan kehadiran militer Amerika di sekitar Taiwan.

"Taiwan bukan bagian dari Amerika Serikat, tetapi wilayah China,” tegas Wang Yi, yang dilansir Russia Today, Senin (8/8/2022).

Menurutnya, dengan memberikan lampu hijau untuk kunjungan Pelosi, AS telah mengingkari komitmen yang sebelumnya diakuinya terhadap integritas teritorial China.

Wang Yi melanjutkan dengan menggambarkan respons kuat China, yang, antara lain, termasuk sanksi."Sebagai [tindakan] sah, masuk akal, perlu, terbuka, dan pantas," paparnya.

Dia menambahkan bahwa langkah-langkah tersebut ditujukan untuk menghalangi upaya AS untuk menggunakan Taiwan guna mengendalikan China.

Wang Yi berpendapat bahwa kunjungan Pelosi berarti memaklumi pasukan separatis yang mendukung kemerdekaan Taiwan.

Sebagai orang peringkat ketiga di pemerintahan AS, lanjut Wang Yi, Pelosi bergabung dengan separatis dan berperang melawan orang-orang China.

Diplomat tersebut menyebut prinsip non-intervensi dalam urusan internal negara lain sebagai "aturan emas" untuk hubungan antar negara.

“Saat ini, ketika intimidasi sepihak merajalela dari waktu ke waktu, komunitas internasional harus membentuk konsensus yang lebih jelas tentang hal ini, membuat suara yang lebih kuat, bersama-sama menjaga norma-norma dasar hukum internasional, dan bersama-sama menjaga hak dan kepentingan yang sah dari semua negara berkembang," imbuh dia.

Sementara itu, Bangladesh mengeluarkan pernyataan yang menegaskan kembali dukungannya terhadap kebijakan "Satu China" Beijing.

China memandang Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri sebagai provinsi yang memisahkan diri dan bagian dari wilayah China yang berdaulat. Sudah lama menjadi kebijakan resmi AS untuk mengakui, tanpa mendukung, klaim kedaulatan China atas Taiwan.

Beijing membuat ancaman berulang sebelum kunjungan Pelosi ke Taipei, dengan mengatakan perjalanannya akan merusak kedaulatan China dan merusak hubungan AS-China.

Dalam panggilan telepon dengan Presiden AS Joe Biden hanya beberapa hari sebelum Pelosi melakukan perjalanan ke Asia-Pasifik, Presiden China Xi Jinping memperingatkan, “Mereka yang bermain api akan binasa karenanya.”

Setelah peringatan itu diabaikan dan Pelosi melanjutkan kunjungannya ke Taiwan, China memutuskan hubungan militer dan perundingan iklim dengan Washington.
(min)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ciptakan 22 Karyawan...
Ciptakan 22 Karyawan Palsu, Manajer HRD Ini Korupsi Rp36,2 Miliar
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Jakarta Masuk Puncak...
Jakarta Masuk Puncak Daftar Kota Dunia yang Akan Hadapi Banjir Dahsyat
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Rekomendasi
PSI Yakin Ada Alasan...
PSI Yakin Ada Alasan Kuat di Balik Penundaan Pengangkatan CPNS dan PPPK
Rinnai Indonesia Luncurkan...
Rinnai Indonesia Luncurkan Smart HOB RB-A2660G(B), Dilengkapi Teknologi Automatic Menu
Mobil Dinas Dipakai...
Mobil Dinas Dipakai Mudik Lebaran, Ini Sanksinya
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
32 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
3 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
5 Alasan Kapal Induk...
5 Alasan Kapal Induk AS Tak Lagi Relevan dalam Perang Masa Depan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved