Kisah Makam di Dataran Tinggi Sepi yang Hubungkan Skotlandia dengan Mekah
loading...
A
A
A
EDINBURGH - Diguyur hujan dan suram, Gleann Fhiodhaig di barat laut Dataran Tinggi Skotlandia sangat berbeda dari Jabal Ar-Rahmah, yang berkilauan dalam panas yang membakar dan iklim gurun di pinggiran Mekah.
Jika Jabal Ar-Rahmah dikenal jutaan jamaah haji di seluruh dunia sebagai Gunung Arafat, keberadaan makam di Skotlandia itu tak banyak diketahui.
Terlepas dari ribuan mil yang memisahkan mereka, ada hubungan yang tak terhapuskan antara keduanya, berkat penjelajah Victoria yang masuk Islam.
Lady Evelyn Cobbold, keturunan William Sang Penakluk, adalah seorang petualang, penulis, dan peziarah yang dikenal teman-teman Muslimnya sebagai Zainab.
Dia juga wanita Inggris pertama yang masuk Islam untuk melakukan ziarah haji ke Mekah. Ini jelas bukan hal yang mudah bagi seorang wanita berusia 66 tahun pada 1933, bahkan bagi seseorang dari latar belakang istimewa seperti miliknya.
Lahir pada 1867, imannya muncul dan ditegaskan di Roma ketika dia dan sekelompok teman berpengaruhnya bertemu dengan Paus.
Yang mengejutkan orang-orang di sekitarnya, ketika dia bertanya apakah dia seorang Katolik, tanggapan Cobbold sangat tidak terduga.
“Ketika Yang Mulia tiba-tiba menyapa saya dengan menanyakan apakah saya seorang Katolik, saya terkejut sesaat lalu menjawab bahwa saya adalah seorang Muslim,” tulisnya bertahun-tahun kemudian dalam bukunya Pilgrimage to Mecca (Ziarah ke Mekah).
Jika Jabal Ar-Rahmah dikenal jutaan jamaah haji di seluruh dunia sebagai Gunung Arafat, keberadaan makam di Skotlandia itu tak banyak diketahui.
Terlepas dari ribuan mil yang memisahkan mereka, ada hubungan yang tak terhapuskan antara keduanya, berkat penjelajah Victoria yang masuk Islam.
Lady Evelyn Cobbold, keturunan William Sang Penakluk, adalah seorang petualang, penulis, dan peziarah yang dikenal teman-teman Muslimnya sebagai Zainab.
Dia juga wanita Inggris pertama yang masuk Islam untuk melakukan ziarah haji ke Mekah. Ini jelas bukan hal yang mudah bagi seorang wanita berusia 66 tahun pada 1933, bahkan bagi seseorang dari latar belakang istimewa seperti miliknya.
Lahir pada 1867, imannya muncul dan ditegaskan di Roma ketika dia dan sekelompok teman berpengaruhnya bertemu dengan Paus.
Yang mengejutkan orang-orang di sekitarnya, ketika dia bertanya apakah dia seorang Katolik, tanggapan Cobbold sangat tidak terduga.
“Ketika Yang Mulia tiba-tiba menyapa saya dengan menanyakan apakah saya seorang Katolik, saya terkejut sesaat lalu menjawab bahwa saya adalah seorang Muslim,” tulisnya bertahun-tahun kemudian dalam bukunya Pilgrimage to Mecca (Ziarah ke Mekah).