Polling: Warga AS Tolak Biden Kembali Maju Pilpres
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa warga Amerika Serikat (AS) menolak Joe Biden kembali mencalonkan diri sebagai presiden 2024. Sementara dengan margin yang lebih kecil, mereka juga tidak menginginkan Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Dalam jajak pendapat yang dirilis outlet media AS yang berbasis di Washington, The Hill, hanya 29% warga negara itu yang menginginkan Joe Biden kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024.Sementara itu, 71% responden menentang Biden untuk masa jabatan kedua di Gedung Putih.
Jajak pendapat yang sama juga menunjukkan peringkat persetujuan keseluruhan untuk politisi Partai Demokrat berusia 79 tahun itu turun menjadi hanya 38%.
Ini adalah hasil mengejutkan dari survei Harvard CAPS–Harris Poll yang dilakukan pada 28-29 Juni di antara 1.308 pemilih terdaftar Amerika, yang dibagikan secara eksklusif dengan The Hill.
Dari mereka yang mengatakan Biden tidak boleh mencalonkan diri kembali, 45% diantaranya mengatakan itu karena dia presiden yang buruk. Sekitar sepertiganya mengatakan dia terlalu tua, sementara seperempat sisanya mengatakan sudah waktunya untuk perubahan di pucuk pemerintahan.
"Presiden Biden mungkin ingin mencalonkan diri lagi tetapi para pemilih mengatakan 'tidak' untuk gagasan masa jabatan kedua, menyokong pekerjaan yang dia lakukan sebagai presiden," kata Mark Penn, co-direktur survei Harvard CAPS–Harris Poll.
“Hanya 30 persen (pendukung) Demokrat yang akan memilih dia dalam pemilihan pendahuluan presiden dari Partai Demokrat,” tambah Penn seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (2/7/2022).
Jajak pendapat itu juga menunjukkan persetujuan terhadap Biden secara keseluruhan mencapai 38%, karena dianggap buruk dalam hal penangananekonomi AS (32%) dan inflasi (28%).
Dia mendapat persetujuan 43% untuk menciptakan lapangan kerja dan persetujuan 50% untuk penanganan pandemi COVID-19.
Pada bulan Maret, lembaga survei yang sama menunjukkan persetujuan Biden sebesar 40% pada bulan Maret, dengan mantan presiden Donald Trump mengalahkannya dalam pertandingan hipotetis pemilihan presiden 2024 dengan selisih enam poin.
Responden pada bulan Juni ini juga berpendapat Trump tidak boleh mencalonkan diri lagi pada 2024, dengan margin yang lebih kecil. Hanya 39% yang mengatakan Trump harus mencoba lagi duduk di Gedung Putih, dengan 61% menentang.
Pengkritik mantan presiden AS itu jatuh ke dalam tiga kubu yang hampir terbagi rata, dengan 36% menyebutnya "tidak menentu," 33% mengatakan dia terlalu memecah belah, dan 30% menganggapnya bertanggung jawab atas kerusuhan Capitol 6 Januari - klaim yang dibuat oleh komite khusus Kongres dalam dengar pendapat televisi selama seminggu terakhir, di mana jajak pendapat dilakukan.
Dihadapkan dengan pilihan antara Biden dan Trump, 60% responden Harvard CAPS–Harris Poll mengatakan mereka akan mempertimbangkan “kandidat independen moderat” sebagai gantinya. Sentimen itu ditemukan di antara 64% Demokrat dan 53% dari Partai Republik yang disurvei.
Pusat Kajian Politik Amerika di Universitas Harvard dan Harris Poll belum mempublikasikan hasil lengkap jajak pendapat tersebut. Responden mereka diambil dari sampel online Harris yang ditimbang untuk demografi yang diketahui.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Dalam jajak pendapat yang dirilis outlet media AS yang berbasis di Washington, The Hill, hanya 29% warga negara itu yang menginginkan Joe Biden kembali mencalonkan diri sebagai presiden pada 2024.Sementara itu, 71% responden menentang Biden untuk masa jabatan kedua di Gedung Putih.
Jajak pendapat yang sama juga menunjukkan peringkat persetujuan keseluruhan untuk politisi Partai Demokrat berusia 79 tahun itu turun menjadi hanya 38%.
Ini adalah hasil mengejutkan dari survei Harvard CAPS–Harris Poll yang dilakukan pada 28-29 Juni di antara 1.308 pemilih terdaftar Amerika, yang dibagikan secara eksklusif dengan The Hill.
Dari mereka yang mengatakan Biden tidak boleh mencalonkan diri kembali, 45% diantaranya mengatakan itu karena dia presiden yang buruk. Sekitar sepertiganya mengatakan dia terlalu tua, sementara seperempat sisanya mengatakan sudah waktunya untuk perubahan di pucuk pemerintahan.
"Presiden Biden mungkin ingin mencalonkan diri lagi tetapi para pemilih mengatakan 'tidak' untuk gagasan masa jabatan kedua, menyokong pekerjaan yang dia lakukan sebagai presiden," kata Mark Penn, co-direktur survei Harvard CAPS–Harris Poll.
“Hanya 30 persen (pendukung) Demokrat yang akan memilih dia dalam pemilihan pendahuluan presiden dari Partai Demokrat,” tambah Penn seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (2/7/2022).
Jajak pendapat itu juga menunjukkan persetujuan terhadap Biden secara keseluruhan mencapai 38%, karena dianggap buruk dalam hal penangananekonomi AS (32%) dan inflasi (28%).
Dia mendapat persetujuan 43% untuk menciptakan lapangan kerja dan persetujuan 50% untuk penanganan pandemi COVID-19.
Pada bulan Maret, lembaga survei yang sama menunjukkan persetujuan Biden sebesar 40% pada bulan Maret, dengan mantan presiden Donald Trump mengalahkannya dalam pertandingan hipotetis pemilihan presiden 2024 dengan selisih enam poin.
Responden pada bulan Juni ini juga berpendapat Trump tidak boleh mencalonkan diri lagi pada 2024, dengan margin yang lebih kecil. Hanya 39% yang mengatakan Trump harus mencoba lagi duduk di Gedung Putih, dengan 61% menentang.
Pengkritik mantan presiden AS itu jatuh ke dalam tiga kubu yang hampir terbagi rata, dengan 36% menyebutnya "tidak menentu," 33% mengatakan dia terlalu memecah belah, dan 30% menganggapnya bertanggung jawab atas kerusuhan Capitol 6 Januari - klaim yang dibuat oleh komite khusus Kongres dalam dengar pendapat televisi selama seminggu terakhir, di mana jajak pendapat dilakukan.
Dihadapkan dengan pilihan antara Biden dan Trump, 60% responden Harvard CAPS–Harris Poll mengatakan mereka akan mempertimbangkan “kandidat independen moderat” sebagai gantinya. Sentimen itu ditemukan di antara 64% Demokrat dan 53% dari Partai Republik yang disurvei.
Pusat Kajian Politik Amerika di Universitas Harvard dan Harris Poll belum mempublikasikan hasil lengkap jajak pendapat tersebut. Responden mereka diambil dari sampel online Harris yang ditimbang untuk demografi yang diketahui.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ian)