Jadi Sasaran Serangan, Rusia Segera Evakuasi Diplomatnya dari Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Moskow akan menarik staf diplomatiknya dari Ukraina. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia menuduh Kiev gagal mematuhi kewajiban internasionalnya untuk memastikan keamanan para diplomatnya.
“Kedubes Rusia di Kiev dan Konsulat Jenderal negara kita di Odessa, Lvov, dan Kharkov telah berulang kali diserang,” papar pernyataan Kemlu Rusia.
Dia menjelaskan, “Diplomat Rusia juga menjadi sasaran tindakan agresif. Mereka mendapat ancaman kekerasan fisik. Mobil mereka dibakar.”
“Pihak berwenang Kiev telah gagal bertindak atas ancaman-ancaman ini dan untuk melindungi para diplomat Rusia terlepas dari kewajiban mereka sesuai Konvensi Wina,” papar pernyataan Kemlu Rusia, mengacu pada perjanjian kerangka kerja tentang hubungan diplomatik.
Pernyataan itu diakhiri dengan pengumuman bahwa staf diplomatik Rusia akan dievakuasi dari Ukraina “dalam waktu dekat.”
Langkah itu dilakukan sehari setelah Rusia mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Luhansk (LPR), yang memisahkan diri dari Ukraina pada 2014 setelah peristiwa Maidan dan kudeta di Kiev.
Menjelaskan keputusan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim pengakuan itu diperlukan karena pihak berwenang Ukraina telah menyerah pada negosiasi dan berusaha mengambil kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.
Kiev membantah mendukung solusi militer, sementara sekutu Baratnya menuduh Rusia merencanakan invasi habis-habisan ke Ukraina. Kremlin menolak tuduhan itu sebagai “berita palsu.”
DPR dan LPR menuduh Kiev bersiap melancarkan operasi militer. Mereka menuduh pasukan Ukraina menembaki posisi mereka dengan artileri berat dan melancarkan serangan terhadap infrastruktur lokal.
Para pejabat Ukraina telah menolak tuduhan ini, mengklaim Kiev tidak memiliki rencana merebut kembali republik-republik itu dengan paksa.
Menurut Ukraina, serangan-serangan itu dilakukan oleh para separatis itu sendiri.
“Kedubes Rusia di Kiev dan Konsulat Jenderal negara kita di Odessa, Lvov, dan Kharkov telah berulang kali diserang,” papar pernyataan Kemlu Rusia.
Dia menjelaskan, “Diplomat Rusia juga menjadi sasaran tindakan agresif. Mereka mendapat ancaman kekerasan fisik. Mobil mereka dibakar.”
“Pihak berwenang Kiev telah gagal bertindak atas ancaman-ancaman ini dan untuk melindungi para diplomat Rusia terlepas dari kewajiban mereka sesuai Konvensi Wina,” papar pernyataan Kemlu Rusia, mengacu pada perjanjian kerangka kerja tentang hubungan diplomatik.
Pernyataan itu diakhiri dengan pengumuman bahwa staf diplomatik Rusia akan dievakuasi dari Ukraina “dalam waktu dekat.”
Langkah itu dilakukan sehari setelah Rusia mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Luhansk (LPR), yang memisahkan diri dari Ukraina pada 2014 setelah peristiwa Maidan dan kudeta di Kiev.
Menjelaskan keputusan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim pengakuan itu diperlukan karena pihak berwenang Ukraina telah menyerah pada negosiasi dan berusaha mengambil kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.
Kiev membantah mendukung solusi militer, sementara sekutu Baratnya menuduh Rusia merencanakan invasi habis-habisan ke Ukraina. Kremlin menolak tuduhan itu sebagai “berita palsu.”
DPR dan LPR menuduh Kiev bersiap melancarkan operasi militer. Mereka menuduh pasukan Ukraina menembaki posisi mereka dengan artileri berat dan melancarkan serangan terhadap infrastruktur lokal.
Para pejabat Ukraina telah menolak tuduhan ini, mengklaim Kiev tidak memiliki rencana merebut kembali republik-republik itu dengan paksa.
Menurut Ukraina, serangan-serangan itu dilakukan oleh para separatis itu sendiri.
(sya)