Intel Israel: 8 Petinggi Hamas dan Jihad Islam Tinggalkan Gaza, Tinggal di Hotel Mewah
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Delapan petinggi Hamas dan Jihad Islam telah meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza, Palestina. Sumber intelijen Israel mengatakan para tokoh itu bersama keluarga mereka tinggal di hotel mewah di negara-negara kaya.
Laporan intelijen Zionis itu dikutip surat kabar Yedioth Ahronoth dalam laporannya berjudul "From refugee camps to 5-star hotels [Dari kamp pengungsi hingga hotel-hotel bintang5]". Menurut laporan yang dilansir Sabtu (15/1/2022) tersebut, mereka meninggalkan Jalur Gaza selama setahun terakhir.
Yang pertama mengambil bagian dalam eksodus itu adalah Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas di luar negeri, yang meninggalkan rumahnya di Kamp Pengungsi Al-Shati menuju hotel-hotel mewah di Doha, Ibu Kota Qatar.
Haniyeh membenarkan kepergiannya karena pencalonannya untuk kepemimpinan Hamas—tetapi pemilihan sudah berakhir beberapa bulan yang lalu.
Dia, menurut laporan tersebut, menekan pihak berwenang Mesir untuk mengizinkan istri dan anak-anaknya meninggalkan Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah, dan mereka saat ini tinggal bersamanya dalam kemewahan di Qatar.
Tokoh kunci lainnya adalah Khalil al-Hayya, yang sampai saat ini menjabat sebagai wakil dari pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Khalil al-Hayya meninggalkan daerah kantong Palestina beberapa bulan lalu setelah menerima promosi sebagai kepala hubungan untuk Negara-negara Arab dan Muslim kelompok Hamas.
Sama seperti Haniyeh, Khalil al-Hayya berhasil membawa keluarganya keluar dari Gaza dan pindah ke Doha.
Tokoh lainnya dalam daftar termasuk Salah al-Bardawil, seorang anggota senior kelompok Hamas yang memperoleh izin untuk meninggalkan Gaza bersama keluarganya selama satu tahun. Selanjutnya, juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri dan penasihat diplomatik veteran dan wakil pribadi Haniyeh; Taher al-Nunu.
Doha bukan satu-satunya tujuan, karena Turki menjadi rumah baru bagi tokoh Hamas; Fathi Hamad.
Selain itu, dua pemimpin Jihad Islam di Jalur Gaza–Nafaz Azzam dan Muhammad al-Hindi, juga diam-diam meninggalkan Gaza beberapa waktu lalu. Azzam berada di Suriah dan mungkin juga di Beirut, sementara al-Hindi telah menjadikan Istanbul rumah barunya.
Laporan intelijen Zionis itu dikutip surat kabar Yedioth Ahronoth dalam laporannya berjudul "From refugee camps to 5-star hotels [Dari kamp pengungsi hingga hotel-hotel bintang5]". Menurut laporan yang dilansir Sabtu (15/1/2022) tersebut, mereka meninggalkan Jalur Gaza selama setahun terakhir.
Yang pertama mengambil bagian dalam eksodus itu adalah Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas di luar negeri, yang meninggalkan rumahnya di Kamp Pengungsi Al-Shati menuju hotel-hotel mewah di Doha, Ibu Kota Qatar.
Haniyeh membenarkan kepergiannya karena pencalonannya untuk kepemimpinan Hamas—tetapi pemilihan sudah berakhir beberapa bulan yang lalu.
Dia, menurut laporan tersebut, menekan pihak berwenang Mesir untuk mengizinkan istri dan anak-anaknya meninggalkan Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah, dan mereka saat ini tinggal bersamanya dalam kemewahan di Qatar.
Tokoh kunci lainnya adalah Khalil al-Hayya, yang sampai saat ini menjabat sebagai wakil dari pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.
Khalil al-Hayya meninggalkan daerah kantong Palestina beberapa bulan lalu setelah menerima promosi sebagai kepala hubungan untuk Negara-negara Arab dan Muslim kelompok Hamas.
Sama seperti Haniyeh, Khalil al-Hayya berhasil membawa keluarganya keluar dari Gaza dan pindah ke Doha.
Tokoh lainnya dalam daftar termasuk Salah al-Bardawil, seorang anggota senior kelompok Hamas yang memperoleh izin untuk meninggalkan Gaza bersama keluarganya selama satu tahun. Selanjutnya, juru bicara Hamas Sami Abu Zuhri dan penasihat diplomatik veteran dan wakil pribadi Haniyeh; Taher al-Nunu.
Doha bukan satu-satunya tujuan, karena Turki menjadi rumah baru bagi tokoh Hamas; Fathi Hamad.
Selain itu, dua pemimpin Jihad Islam di Jalur Gaza–Nafaz Azzam dan Muhammad al-Hindi, juga diam-diam meninggalkan Gaza beberapa waktu lalu. Azzam berada di Suriah dan mungkin juga di Beirut, sementara al-Hindi telah menjadikan Istanbul rumah barunya.
(min)