Sekjen PBB Akan Hadiri Pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing
loading...
A
A
A
NEW YORK - Sekretaris Jenderal PBB , Antonio Guterres mengatakan pada Kamis (13/1/2022), bahwa dia akan menghadiri pembukaan Olimpiade Musim Dingin Beijing bulan depan. Ia membawa pesan, bahwa acara tersebut "harus menjadi instrumen perdamaian di dunia."
Kehadirannya yang dikonfirmasi datang di tengah boikot diplomatik yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk memprotes catatan hak asasi manusia China, yang diikuti oleh Australia, Inggris, Kanada, dan Jepang.
China menyangkal pelanggaran hak dan mengutuk boikot itu sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip Olimpiade.
"Olimpiade adalah acara yang sangat penting, dan itu adalah acara yang melambangkan peran olahraga dalam menyatukan orang dan dalam mempromosikan perdamaian," kata Guterres kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters.
"Dalam konteks yang ketat dan tanpa dimensi politik apa pun saya bermaksud hadir dalam pembukaan - dengan pesan ini bahwa Olimpiade harus menjadi instrumen perdamaian di dunia," lanjut Guterres.
Kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen AS telah meminta Komite Olimpiade Internasional untuk menunda Olimpiade dan memindahkannya, kecuali China mengakhiri apa yang dianggap AS sebagai genosida terhadap etnis Uyghur dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya.
Sementara itu, di tengah ajakan boikot Olimpiade Beijing 2022, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) justru terlihat optimistis. Presiden IOC, Thomas Bach, mengklaim bahwa mayoritas National Olympic Committee (NOC) meyatakan dukungan untuk menggelar acara tersebut sesuai jadwal, yakni pada 4-20 Februari 2022.
Bahkan, Bach menyebut terdapat 90 negara (NOC) yang akan ambil bagian dalam Olimpiade Beijing 2022.
"Ada negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang mengambil keputusan itu (memboikot Olimpiade Beijing 2022, red). Beberapa negara lainnya, dan tidak sedikit, jika kita mengatakan akan ada 90 Komite Olimpiade Nasional (NOC) hadir dalam Olimpiade itu," kata Bach.
Kehadirannya yang dikonfirmasi datang di tengah boikot diplomatik yang dipimpin Amerika Serikat (AS) untuk memprotes catatan hak asasi manusia China, yang diikuti oleh Australia, Inggris, Kanada, dan Jepang.
China menyangkal pelanggaran hak dan mengutuk boikot itu sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip Olimpiade.
"Olimpiade adalah acara yang sangat penting, dan itu adalah acara yang melambangkan peran olahraga dalam menyatukan orang dan dalam mempromosikan perdamaian," kata Guterres kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters.
"Dalam konteks yang ketat dan tanpa dimensi politik apa pun saya bermaksud hadir dalam pembukaan - dengan pesan ini bahwa Olimpiade harus menjadi instrumen perdamaian di dunia," lanjut Guterres.
Kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen AS telah meminta Komite Olimpiade Internasional untuk menunda Olimpiade dan memindahkannya, kecuali China mengakhiri apa yang dianggap AS sebagai genosida terhadap etnis Uyghur dan anggota kelompok minoritas Muslim lainnya.
Sementara itu, di tengah ajakan boikot Olimpiade Beijing 2022, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) justru terlihat optimistis. Presiden IOC, Thomas Bach, mengklaim bahwa mayoritas National Olympic Committee (NOC) meyatakan dukungan untuk menggelar acara tersebut sesuai jadwal, yakni pada 4-20 Februari 2022.
Bahkan, Bach menyebut terdapat 90 negara (NOC) yang akan ambil bagian dalam Olimpiade Beijing 2022.
"Ada negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Australia yang mengambil keputusan itu (memboikot Olimpiade Beijing 2022, red). Beberapa negara lainnya, dan tidak sedikit, jika kita mengatakan akan ada 90 Komite Olimpiade Nasional (NOC) hadir dalam Olimpiade itu," kata Bach.
(esn)