Khawatir Invasi Rusia, Pesawat Mata-mata AS Berkeliaran di Langit Ukraina

Selasa, 28 Desember 2021 - 11:45 WIB
loading...
Khawatir Invasi Rusia, Pesawat Mata-mata AS Berkeliaran di Langit Ukraina
Pesawat mata-mata E-8C Joint Surveillance Target Attack Radar System AS berkeliaran di langit Ukraina di tengah kekhawatiran akan invasi Rusia. Foto/via news.com.au
A A A
KIEV - Sebuah pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) terlihat berkeliaran di langit Ukraina untuk pertama kalinya. Operasi pesawat itu terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Rusia akan menginvasi tetangganya.

The Sun pada Selasa (28/12/2021) melaporkan pesawat E-8C Joint Surveillance Target Attack Radar System (JStars) terlihat di langit Eropa Timur pada 27 Desember saat krisis di Ukraina terus memanas.

Itu terjadi di tengah kekhawatiran yang mendalam bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berencana untuk menyerang Ukraina pada awal 2022, karena lebih dari 175.000 tentara Moskow dilaporkan telah terdeteksi di perbatasan kedua negara.



E-8C JStar AS terekam beroperasi di wilayah udara Ukraina pada hari Senin (27/12/2021), memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan menampilkan informasi rinci yang dipantau.

Pembaruan informasi itu dikirimkan secara real-time ke stasiun Angkatan Darat dan Korps Marinir serta ke pejabat intelijen Amerika.

Teknologi mutakhir memungkinkan antena E-8C miring ke kedua sisi pesawat, mengumpulkan pandangan lapangan 120 derajat.

Pesawat ini dapat mendeteksi target di lebih dari 820.000 kaki di udara dan memiliki pandangan yang mencakup hampir 20.000 mil persegi.

Helikopter, antena berputar, dan pesawat bersayap rendah yang bergerak lambat terkadang juga dapat ditangkap oleh radar berteknologi tinggi.

Pesawat tersebut telah membuktikan metode pengawasan yang sukses untuk AS selama bertahun-tahun dan dapat menandakan hubungan mereka yang semakin tidak stabil dengan Rusia terkait krisis di Ukraina yang mencapai titik kritis.

Banyak yang mempertanyakan kemungkinan motif Vladimir Putin dan apakah dia berniat menyerang saat dunia merayakan Natal.

Dia sebelumnya mengancam akan memberikan tanggapan “teknis militer” jika Barat tidak berhenti menjadi “agresif”.

Isabel Sawkins, seorang peneliti di Henry Jackson Society, mengatakan kepada The Sun bahwa mungkin saja Putin mengintensifkan latihan perang dan retorika sementara Barat "terganggu" selama liburan.

"Rusia tidak merayakan Natal pada waktu yang sama seperti yang dilakukan Barat karena mereka beroperasi pada kalender yang sedikit berbeda," katanya.

“Jadi untuk beberapa minggu ke depan, Moskow akan menjalankan bisnisnya seperti biasa," paparnya.

“Yang bisa kita lakukan adalah berharap Putin tidak menyelinap masuk dan melakukan kerusakan lebih lanjut pada saat orang-orang di Barat merayakan Natal bersama keluarga dan orang yang mereka cintai.”

Namun Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari ini mengatakan pembicaraan antara Washington dan Moskow akan dilanjutkan setelah musim liburan Rusia berakhir.

Dia juga mengungkapkan negara itu ingin pejabat militer terlibat dalam negosiasi NATO setelah mengecam aliansi keamanan Barat.

Sawkins menambahkan bahwa iklim politik saat ini di Eropa menciptakan momen yang “tepat” bagi Putin untuk meningkatkan retorika.

Dia memiliki ekspektasi seperti itu karena AS telah disibukkan dengan COVID-19, peristiwa di kawasan Pasifik dan setelah penarikan pasukan dari Afghanistan, memungkinkan Rusia untuk "menyelinap melalui jaring".

Moskow mengecam AS karena ikut campur dalam masalah di "ambang pintu" Rusia dan mengatakan mereka tidak akan duduk dan menonton dengan diam.

Pada awal Desember, Rusia mengeklaim jet tempurnya mencegat pesawat mata-mata AS lainnya di atas Laut Hitam.

Washington diyakini telah mengirim beberapa pesawat untuk memantau pasukan Rusia yang berkumpul di sepanjang perbatasan, karena kekhawatiran akan potensi konflik mencapai puncaknya.

Para pemimpin Uni Eropa bergabung dengan AS dan mengatakan mereka akan menjatuhkan sanksi jika pasukan Rusia menyerbu Ukraina.

Intelijen AS khawatir Rusia sedang mempersiapkan "serangan besar-besaran" terhadap Ukraina dalam sebuah langkah yang akan menguji tekad Barat.

Namun, sekutu-sekutu Kiev selalu berjanji untuk mendukung mereka. Kendati demikian, campur tangan mereka melawan Rusia bisa berisiko berkembang menjadi konflik yang bisa meledak menjadi Perang Dunia 3.

Laporan mengerikan menunjukkan Rusia telah menyetujui rencana untuk "kuburan massal yang mendesak" di tengah kekhawatiran konflik kolosal.

Media Rusia melaporkan bahwa situs pemakaman massal dibangun sebagai prioritas setelah muncul dalam dokumen hukum yang bocor yang diharapkan mulai berlaku pada 1 Februari 2022.

Situs pemakaman dilaporkan akan menampung masing-masing 100 mayat dan akan digunakan bersama dengan fasilitas untuk mengkremasi jasad prajurit.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0995 seconds (0.1#10.140)