Thailand Akhiri Karantina Turis Asing yang Sudah Divaksin Mulai 1 November

Selasa, 12 Oktober 2021 - 07:06 WIB
loading...
Thailand Akhiri Karantina Turis Asing yang Sudah Divaksin Mulai 1 November
Pantai terlihat sepi akibat pandemi Covid-19 memukul sektor pariwisata Thailand. Foto/REUTERS
A A A
BANGKOK - Thailand berencana mengakhiri persyaratan karantina Covid-19 untuk pelancong yang sudah divaksinasi penuh dari 10 negara berisiko rendah mulai 1 November. Keputusan ini untuk mendorong sektor pariwisata yang terpukul akibat pandemi.

Perdana Menteri (PM) Thailand Prayuth Chan-ocha mengakui keputusan ini datang dengan beberapa risiko. Meski demikian, langkah ini penting untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata yang runtuh di negara itu.

10 negara yang dianggap berisiko rendah termasuk Inggris, China, Jerman, dan Amerika Serikat (AS).



Prayuth mengatakan Thailand juga akan mengizinkan tempat hiburan dibuka kembali pada 1 Desember dan mengizinkan penjualan alkohol.



Dia menambahkan pihak berwenang berencana membuka Thailand untuk lebih banyak negara pada tanggal tersebut.



Komentar Prayuth muncul dalam pidato yang disiarkan televisi pada Senin (11/10/2021).

Mengacu pada pengunjung dari 10 negara berisiko rendah, dia menekankan, "Ketika mereka tiba, mereka harus menunjukkan tes Covid (negatif) ... dan tes sekali lagi pada saat kedatangan."

“Jika tes kedua juga negatif, setiap pengunjung dari negara-negara itu dapat bepergian dengan bebas seperti orang Thailand," ujar perdana menteri Thailand itu.

Namun dia mengingatkan pemerintah akan bertindak tegas jika terjadi lonjakan infeksi atau munculnya varian Covid-19 yang sangat menular.

Diperkirakan Thailand kehilangan sekitar USD50 miliar dalam pendapatan pariwisata pada 2020 akibat pandemi.

Lebih dari 70.000 pengunjung datang ke negara itu dalam delapan bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan 40 juta di seluruh tahun 2019.

Thailand telah melaporkan lebih dari 1,7 juta kasus Covid yang dikonfirmasi sejak pandemi dimulai, dengan hampir 18.000 kematian, menurut Universitas Johns Hopkins Amerika.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0860 seconds (0.1#10.140)