Diam-diam, Sekutu Maduro dan Guaido Lakukan Pembicaraan Rahasia
loading...
A
A
A
CARACAS - Sekutu Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan tokoh oposisi Juan Guaido dilaporkan diam-diam melakukan pembicaraan rahasia. Hal itu diungkapkan sumber di kedua sisi.
"Diskusi tersebut muncul dari kekhawatiran tentang COVID-19, hiperinflasi dan meningkatnya kekurangan bahan bakar, serta kekhawatiran di antara beberapa anggota Partai Sosialis yang berkuasa tentang bagaimana memastikan kelangsungan politik mereka di bawah kemungkinan perubahan pemerintahan ketika Washington memperketat sanksi," kata sumber tersebut seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/4/2020).
Sumber itu mengatakan bahwa Maduro dan Guaido bersaing satu sama lain untuk membantu memerangi dampak pandemi, dengan masing-masing pihak yakin wabah akan merusak yang lain secara politis.
Pembicaraan itu menunjukkan bahwa baik sekutu Maduro dan Guaido tetap tidak yakin bahwa mereka dapat mengalahkan satu sama lain di tengah pandemi global dan program sanksi Amerika Serikat (AS) yang luas yang dimaksudkan untuk mendorong Maduro dari jabatannya.
"Ada dua ekstrem: Maduro dan mereka yang percaya bahwa virus akan mengakhiri kepemimpinan Guaido, dan di sisi lain mereka (yang) berharap krisis ini akan menjatuhkan Maduro," kata seorang legislator oposisi yang mendukung pemulihan hubungan.
"Saya pikir kita harus menemukan solusi," imbuhnya.
Tidak diketahui kapan pembicaraan itu dilakukan, di mana atau bagaimana berlangsung serta bagaimana Maduro dan Guaido memandangnya. Meski begitu, tujuh sumber yang mewakili kedua sisi mengkonfirmasi pertemuan tersebut.
Salah satu sumber yang terkait dengan pemerintah mengakui pembicaraan sedang berlangsung.
"Ada proposal yang datang dan pergi antara sekutu Maduro dan anggota dari empat partai oposisi utama," kata sumber itu.
"Ada pendekatan," kata seorang wakil oposisi yang mengetahui pembicaraan itu. "Ada elemen kunci dalam pemerintahan yang ingin menegosiasikan keselamatan mereka," imbuhnya.
Kedua pihak tahun lalu berpartisipasi dalam dialog yang ditengahi oleh Norwegia di mana oposisi telah mendesak untuk pemilihan presiden baru. Namun pihak Maduro berjalan menjauh dari proses sebagai protes atas sanksi Amerika Serikat (AS).
Kementerian Informasi Venezuela dan tim pers Guaido tidak segera menjawab permintaan komentar tentang pembicaraan ini.
Sementara Maduro sering mengatakan dia bersedia melakukan dialog.
"Kami siap berdialog, untuk saling memahami dan mencapai kesepakatan kemanusiaan untuk menangani virus korona (pandemi)," kata Maduro saat siaran televisi akhir pekan lalu, tanpa merujuk pada serangkaian pembicaraan khusus.
Aktivis dan kelompok hak asasi di seluruh dunia telah mendesak kedua faksi untuk mencari gencatan senjata guna mengoordinasikan pengiriman bantuan dan meningkatkan impor bensin.
Maduro memastikan pemerintahnya telah mengendalikan wabah virus Corona di Venezuela dengan dukungan China, sementara Guaido menuduhnya menggunakan pandemi sebagai alasan untuk kebijakan ekonomi bencana.
Venezuela pada hari Senin telah melaporkan 285 infeksi virus Corona. PBB telah menyebutnya sebagai salah satu negara paling rentan di dunia terhadap virus karena kurangnya sabun dan air di rumah sakit serta pemiskinan populasi secara keseluruhan.
Guaido, yang mengendalikan dana pemerintah Venezuela yang ditahan di rekening-rekening luar negeri, sedang berusaha memberikan USD20 juta kepada Pan American Health Organization untuk memperoleh pasokan, menurut tiga sumber.
Tetapi pemerintah Maduro bertujuan untuk memblokir operasi melalui PBB, yang masih mengakui pemerintahannya.
Kantor Venezuela dari Pan American Health Organization dan PBB tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal itu.
Guaido juga telah menawarkan untuk membayar USD100 per bulan kepada dokter dan perawat dengan bantuan Organisasi Negara-negara Amerika, sebuah mekanisme yang belum dimulai.
"Diskusi tersebut muncul dari kekhawatiran tentang COVID-19, hiperinflasi dan meningkatnya kekurangan bahan bakar, serta kekhawatiran di antara beberapa anggota Partai Sosialis yang berkuasa tentang bagaimana memastikan kelangsungan politik mereka di bawah kemungkinan perubahan pemerintahan ketika Washington memperketat sanksi," kata sumber tersebut seperti dikutip dari Reuters, Rabu (22/4/2020).
Sumber itu mengatakan bahwa Maduro dan Guaido bersaing satu sama lain untuk membantu memerangi dampak pandemi, dengan masing-masing pihak yakin wabah akan merusak yang lain secara politis.
Pembicaraan itu menunjukkan bahwa baik sekutu Maduro dan Guaido tetap tidak yakin bahwa mereka dapat mengalahkan satu sama lain di tengah pandemi global dan program sanksi Amerika Serikat (AS) yang luas yang dimaksudkan untuk mendorong Maduro dari jabatannya.
"Ada dua ekstrem: Maduro dan mereka yang percaya bahwa virus akan mengakhiri kepemimpinan Guaido, dan di sisi lain mereka (yang) berharap krisis ini akan menjatuhkan Maduro," kata seorang legislator oposisi yang mendukung pemulihan hubungan.
"Saya pikir kita harus menemukan solusi," imbuhnya.
Tidak diketahui kapan pembicaraan itu dilakukan, di mana atau bagaimana berlangsung serta bagaimana Maduro dan Guaido memandangnya. Meski begitu, tujuh sumber yang mewakili kedua sisi mengkonfirmasi pertemuan tersebut.
Salah satu sumber yang terkait dengan pemerintah mengakui pembicaraan sedang berlangsung.
"Ada proposal yang datang dan pergi antara sekutu Maduro dan anggota dari empat partai oposisi utama," kata sumber itu.
"Ada pendekatan," kata seorang wakil oposisi yang mengetahui pembicaraan itu. "Ada elemen kunci dalam pemerintahan yang ingin menegosiasikan keselamatan mereka," imbuhnya.
Kedua pihak tahun lalu berpartisipasi dalam dialog yang ditengahi oleh Norwegia di mana oposisi telah mendesak untuk pemilihan presiden baru. Namun pihak Maduro berjalan menjauh dari proses sebagai protes atas sanksi Amerika Serikat (AS).
Kementerian Informasi Venezuela dan tim pers Guaido tidak segera menjawab permintaan komentar tentang pembicaraan ini.
Sementara Maduro sering mengatakan dia bersedia melakukan dialog.
"Kami siap berdialog, untuk saling memahami dan mencapai kesepakatan kemanusiaan untuk menangani virus korona (pandemi)," kata Maduro saat siaran televisi akhir pekan lalu, tanpa merujuk pada serangkaian pembicaraan khusus.
Aktivis dan kelompok hak asasi di seluruh dunia telah mendesak kedua faksi untuk mencari gencatan senjata guna mengoordinasikan pengiriman bantuan dan meningkatkan impor bensin.
Maduro memastikan pemerintahnya telah mengendalikan wabah virus Corona di Venezuela dengan dukungan China, sementara Guaido menuduhnya menggunakan pandemi sebagai alasan untuk kebijakan ekonomi bencana.
Venezuela pada hari Senin telah melaporkan 285 infeksi virus Corona. PBB telah menyebutnya sebagai salah satu negara paling rentan di dunia terhadap virus karena kurangnya sabun dan air di rumah sakit serta pemiskinan populasi secara keseluruhan.
Guaido, yang mengendalikan dana pemerintah Venezuela yang ditahan di rekening-rekening luar negeri, sedang berusaha memberikan USD20 juta kepada Pan American Health Organization untuk memperoleh pasokan, menurut tiga sumber.
Tetapi pemerintah Maduro bertujuan untuk memblokir operasi melalui PBB, yang masih mengakui pemerintahannya.
Kantor Venezuela dari Pan American Health Organization dan PBB tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal itu.
Guaido juga telah menawarkan untuk membayar USD100 per bulan kepada dokter dan perawat dengan bantuan Organisasi Negara-negara Amerika, sebuah mekanisme yang belum dimulai.
(ber)