Dubes AS: Tidak Ada Rencana Pertemuan dengan Iran di Sidang Umum PBB
loading...
A
A
A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tidak memiliki rencana untuk bertemu dengan rekan barunya dari Iran minggu depan pada pertemuan tahunan para pemimpin dunia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Hal itu diungkapkan Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield.
Presiden garis keras Iran, Ebrahim Raisi, yang menjabat pada Agustus lalu dan Menteri Luar Negerinya Hossein Amirabdollahian akan melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB pekan depan.
"Kami telah terlibat dengan Iran dan di Wina, dan diskusi itu akan berlanjut," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan.
“Kami belum membuat rencana langsung untuk pertemuan bilateral saat mereka di sini, tetapi itu tidak berarti bahwa kami tidak melihat nilai dalam berdiskusi dengan Iran karena kami ingin bergerak maju dalam masalah yang terkait dengan JCPOA,” sambungnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/9/2021).
Perjanjiannuklir antara Iran, AS, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia dan China disebut sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Di bawah perjanjian itu, Iran menerima pembatasan pada program nuklirnya dengan imbalan pencabutan banyak sanksi asing terhadapnya.
Namun, mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan pakta tersebut pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras. Ini mendorong Teheran untuk mulai melanggar beberapa batasan nuklir pada 2019.
Pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS di Wina tentang menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, yang bertujuan membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, berhenti pada Juni lalu. Teheran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan energi damai.
Presiden garis keras Iran, Ebrahim Raisi, yang menjabat pada Agustus lalu dan Menteri Luar Negerinya Hossein Amirabdollahian akan melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB pekan depan.
"Kami telah terlibat dengan Iran dan di Wina, dan diskusi itu akan berlanjut," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan.
“Kami belum membuat rencana langsung untuk pertemuan bilateral saat mereka di sini, tetapi itu tidak berarti bahwa kami tidak melihat nilai dalam berdiskusi dengan Iran karena kami ingin bergerak maju dalam masalah yang terkait dengan JCPOA,” sambungnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (18/9/2021).
Perjanjiannuklir antara Iran, AS, Prancis, Inggris, Jerman, Rusia dan China disebut sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Di bawah perjanjian itu, Iran menerima pembatasan pada program nuklirnya dengan imbalan pencabutan banyak sanksi asing terhadapnya.
Namun, mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan pakta tersebut pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras. Ini mendorong Teheran untuk mulai melanggar beberapa batasan nuklir pada 2019.
Pembicaraan tidak langsung antara Iran dan AS di Wina tentang menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015, yang bertujuan membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir, berhenti pada Juni lalu. Teheran mengatakan program nuklirnya hanya untuk tujuan energi damai.
(ian)