PM Israel: Menciptakan Negara Palestina Akan Jadi Kesalahan Besar
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett mengatakan akan menjadi kesalahan besar untuk menciptakan negara Palestina . Komentarnya muncul dalam serangkaian wawancara media setelah kembali dari pertemuan bersejarah dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi.
"Saya menentang negara Palestina. Saya pikir itu akan menjadi kesalahan besar yang akan mengambil situasi mengerikan di Gaza dan menciptakannya kembali di Yudea dan Samaria," kata Bennett kepada KAN News.
Komentarnya merujuk pada penggulingan Otoritas Palestina oleh Hamas di Gaza dalam kudeta berdarah pada 2007 dan pengambilalihan paksa wilayah pesisir serta serangan roket yang diakibatkannya terhadap Israel selatan.
Dia menyimpulkan bahwa jika Hamas atau kelompok radikal Palestina lainnya juga akan mengambil alih Tepi Barat, itu akan mengubah kehidupan orang Israel yang tinggal di Kfar Saba dan kota kelahirannya, Ra'anana, menjadi neraka yang hidup.
"Saya tidak akan melakukan itu," katanya, seperti dikutip The Jerusalem Post, Rabu (15/9/2021).
Bennett mengatakan bahwa dia memahami bahwa bagaimanapun juga, status kenegaraan Palestina tidak layak saat ini dan dengan demikian pertanyaan apakah akan mendukungnya tidak relevan.
Namun, lanjut dia, penting untuk memberikan peluang ekonomi bagi warga Palestina yang akan meningkatkan kehidupan mereka.
"Pandangan saya sangat mirip bisnis," katanya. "Jika kita menciptakan lebih banyak bisnis, memperkuat ekonomi dan meningkatkan kondisi kehidupan semua orang di Yudea dan Samaria, itu akan lebih baik."
Bennett, yang telah bertemu dengan Sisi dan Raja Yordania Abdullah II, mengklarifikasi bahwa dia tidak berniat untuk berbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
"Saya tidak melihat logika dalam bertemu atau berbicara dengan seseorang [Abbas] yang menuntut tentara IDF [Pasukan Pertahanan Israel] dan komandan mereka di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag," kata PM Bennett.
"Sementara Abbas menuduh komandan dan tentara IDF melakukan kejahatan perang, dia memberikan tunjangan keuangan bulanan kepada teroris," ujarnya.
"Saya menentang negara Palestina. Saya pikir itu akan menjadi kesalahan besar yang akan mengambil situasi mengerikan di Gaza dan menciptakannya kembali di Yudea dan Samaria," kata Bennett kepada KAN News.
Komentarnya merujuk pada penggulingan Otoritas Palestina oleh Hamas di Gaza dalam kudeta berdarah pada 2007 dan pengambilalihan paksa wilayah pesisir serta serangan roket yang diakibatkannya terhadap Israel selatan.
Dia menyimpulkan bahwa jika Hamas atau kelompok radikal Palestina lainnya juga akan mengambil alih Tepi Barat, itu akan mengubah kehidupan orang Israel yang tinggal di Kfar Saba dan kota kelahirannya, Ra'anana, menjadi neraka yang hidup.
"Saya tidak akan melakukan itu," katanya, seperti dikutip The Jerusalem Post, Rabu (15/9/2021).
Bennett mengatakan bahwa dia memahami bahwa bagaimanapun juga, status kenegaraan Palestina tidak layak saat ini dan dengan demikian pertanyaan apakah akan mendukungnya tidak relevan.
Namun, lanjut dia, penting untuk memberikan peluang ekonomi bagi warga Palestina yang akan meningkatkan kehidupan mereka.
"Pandangan saya sangat mirip bisnis," katanya. "Jika kita menciptakan lebih banyak bisnis, memperkuat ekonomi dan meningkatkan kondisi kehidupan semua orang di Yudea dan Samaria, itu akan lebih baik."
Bennett, yang telah bertemu dengan Sisi dan Raja Yordania Abdullah II, mengklarifikasi bahwa dia tidak berniat untuk berbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
"Saya tidak melihat logika dalam bertemu atau berbicara dengan seseorang [Abbas] yang menuntut tentara IDF [Pasukan Pertahanan Israel] dan komandan mereka di Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag," kata PM Bennett.
"Sementara Abbas menuduh komandan dan tentara IDF melakukan kejahatan perang, dia memberikan tunjangan keuangan bulanan kepada teroris," ujarnya.
(min)