Tolak Klaim Maritim di LCS, AS Desak ASEAN Lawan Tekanan China
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) menyatakan mendukung negara-negara ASEAN menghadapi tekanan dari China . Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken saat pertemuan AS-ASEAN.
"Blinken menekankan penolakan AS terhadap klaim maritim yang melanggar hukum China di Laut China Selatan pada pertemuan itu dan mengatakan Washington berdiri dengan penuntut Asia Tenggara dalam menghadapi paksaan (China)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan yang disengketakan melalui "sembilan garis putus-putus" berbentuk U yang dinyatakan secara sepihak yang bersinggungan dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia dan Filipina.
Price mengatakan, dalam pertemuan tersebut Blinken juga mengatakan bahwa AS memiliki "keprihatinan mendalam" tentang situasi di Myanmar dan mendesak kelompok itu untuk mengambil tindakan guna mengakhiri kekerasan, dan memulihkan demokrasi di negara itu.
"Blinken mendesak ASEAN untuk mengambil "tindakan segera" pada konsensus dan menunjuk seorang utusan khusus untuk Myanmar," ungkap Price, seperti dilansir Reuters pada Rabu (14/7/2021).
Dia menuturkan, Blinken juga meminta pembebasan semua orang yang ditahan secara tidak adil di negara itu, dan pemulihan transisi demokrasi Myanmar.
ASEAN telah memimpin upaya diplomatik utama di negara anggota Myanmar sejak kudeta 1 Februari yang menjerumuskannya ke dalam kekacauan.
Junta Myanmar telah menunjukkan sedikit tanda untuk mengindahkan lima poin konsensus ASEAN, yang dicapai pada bulan April, yang menyerukan diakhirinya kekerasan, pembicaraan politik dan penunjukan utusan khusus regional.
"Blinken menekankan penolakan AS terhadap klaim maritim yang melanggar hukum China di Laut China Selatan pada pertemuan itu dan mengatakan Washington berdiri dengan penuntut Asia Tenggara dalam menghadapi paksaan (China)," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price.
China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan yang disengketakan melalui "sembilan garis putus-putus" berbentuk U yang dinyatakan secara sepihak yang bersinggungan dengan zona ekonomi eksklusif Vietnam, Malaysia, Brunei, Indonesia dan Filipina.
Price mengatakan, dalam pertemuan tersebut Blinken juga mengatakan bahwa AS memiliki "keprihatinan mendalam" tentang situasi di Myanmar dan mendesak kelompok itu untuk mengambil tindakan guna mengakhiri kekerasan, dan memulihkan demokrasi di negara itu.
"Blinken mendesak ASEAN untuk mengambil "tindakan segera" pada konsensus dan menunjuk seorang utusan khusus untuk Myanmar," ungkap Price, seperti dilansir Reuters pada Rabu (14/7/2021).
Dia menuturkan, Blinken juga meminta pembebasan semua orang yang ditahan secara tidak adil di negara itu, dan pemulihan transisi demokrasi Myanmar.
ASEAN telah memimpin upaya diplomatik utama di negara anggota Myanmar sejak kudeta 1 Februari yang menjerumuskannya ke dalam kekacauan.
Junta Myanmar telah menunjukkan sedikit tanda untuk mengindahkan lima poin konsensus ASEAN, yang dicapai pada bulan April, yang menyerukan diakhirinya kekerasan, pembicaraan politik dan penunjukan utusan khusus regional.
(ian)