Pertama Sejak PD II, Jet AS dalam Misi Tempur Terbang dari Kapal Induk Asing

Rabu, 23 Juni 2021 - 13:07 WIB
loading...
Pertama Sejak PD II,...
Jet tempur F-35B milik AS terbang di atas kapal induk Inggris HMS Queen Elizabeth. Foto/us navy
A A A
LONDON - Jet tempur Korps Marinir Amerika Serikat (AS) di atas kapal induk Inggris menerbangkan misi tempur di Timur Tengah pekan ini.

“Ini pertama kalinya pesawat tempur AS pergi berperang dari kapal perang asing sejak Perang Dunia (PD) II,” ungkap Kementerian Pertahanan Inggris.

Misi melawan kelompok Negara Islam (ISIS) juga menandai pertempuran pertama bagi kapal induk baru Inggris HMS Queen Elizabeth, kapal terbesar Angkatan Laut Kerajaan yang pernah melaut.



Misi ini juga aksi tempur pertama untuk kapal induk Inggris dalam satu dekade.



Kapten James Blackmore, komandan angkatan udara di kapal induk Ratu Elizabeth, mengatakan terakhir kali pesawat AS menerbangkan misi tempur dari kapal induk asing adalah pada 1943, ketika pesawat Amerika Serikat dikerahkan dari kapal induk Inggris HMS Victorious di Pasifik Selatan.



Jet F-35B milik AS yang terbang melawan ISIS bergabung dengan pesawat tempur Inggris serupa untuk mendukung Operasi Shader Inggris dan Operasi Inherent Resolve militer AS.

Sebanyak 18 pesawat F-35B milik AS dan Inggris diberangkatkan dengan Queen Elizabeth yang berbobot 65.000 ton.

Ini menjadi jumlah terbesar dari pesawat tempur canggih yang pernah dikerahkan di satu kapal.

F-35B yang dirancang AS adalah pesawat siluman canggih yang dapat mendarat secara vertikal, memungkinkan mereka ditempatkan di kapal perang yang lebih kecil daripada kapal induk kelas Nimitz berbobot 100.000 ton yang merupakan tulang punggung armada Angkatan Laut AS.

"Tingkat integrasi antara Royal Navy, Royal Air Force dan Korps Marinir AS benar-benar mulus, dan bukti seberapa dekat kita," ujar Blackmore.

“Kemampuan untuk beroperasi dari laut dengan jet tempur paling canggih yang pernah dibuat adalah momen penting dalam sejarah kita, menawarkan jaminan kepada sekutu kita dan menunjukkan kekuatan udara Inggris yang tangguh kepada musuh kita,” tegas Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Kapal induk Queen Elizabeth memimpin Carrier Strike Group 21 Inggris, yang sedang dalam misi tujuh bulan, sejauh 48.280 kilometer yang akan membawanya hingga Jepang dan Korea Selatan, termasuk transit yang diharapkan di Laut China Selatan.

Kelompok penyerang kapal induk itu diperkirakan akan mengunjungi 40 negara selama misinya melalui Laut Mediterania dan Samudra Hindia dalam perjalanan ke Pasifik.

“Sampai saat ini kami telah memberikan pengaruh diplomatik atas nama Inggris melalui serangkaian latihan dan keterlibatan dengan mitra kami. Sekarang kami siap memberikan pukulan keras kekuatan udara berbasis maritim melawan musuh bersama,” ujar Komodor Steve Moorhouse , Komandan kelompok penyerang Inggris.

“Keterlibatan HMS Queen Elizabeth dan sayap udaranya dalam kampanye ini juga mengirimkan pesan yang lebih luas,” tutur Moorehouse.

Dia memaparkan, “Ini menunjukkan kecepatan dan kelincahan yang dapat digunakan kelompok tempur kapal induk yang dipimpin Inggris untuk menyuntikkan kekuatan tempur generasi kelima ke dalam operasi apa pun, di mana pun di dunia, dengan demikian menawarkan kepada pemerintah Inggris, dan sekutu kita, pilihan militer dan politik yang sebenarnya.”

Blackmore mengatakan serangan mendadak Inggris dari kapal induk adalah yang pertama oleh Inggris sejak berpartisipasi dalam misi di Libya pada 2011 selama intervensi yang dipimpin NATO ke dalam perang saudara negara itu.

Kementerian Pertahanan Inggris menggambarkan Carrier Strike Group 21 sebagai, "Konsentrasi kekuatan maritim dan udara terbesar yang meninggalkan Inggris dalam satu generasi."

Kapal perang AS dan Belanda juga merupakan bagian dari armada kapal induk tersebut.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
Kondisi Genetik Langka,...
Kondisi Genetik Langka, Gadis Ini Tak Merasakan Sakit Bahkan usai Ditabrak Mobil
Hamas Senang Trump Cabut...
Hamas Senang Trump Cabut Rencana AS Usir Warga Gaza
Ukraina Kehabisan Rudal...
Ukraina Kehabisan Rudal ATACMS Amerika untuk Melawan Rusia
Donald Trump: Tidak...
Donald Trump: Tidak Ada yang Mengusir Rakyat Palestina dari Gaza
Ukraina Setuju Gencatan...
Ukraina Setuju Gencatan Senjata 30 Hari, Ini Respons Rusia
7 Fakta Donald Trump...
7 Fakta Donald Trump Memecat Tentara Transgender AS, dari 12.000 Prajurit LGBT hingga Bumerang Kepalsuan
7 Negara yang Berebut...
7 Negara yang Berebut Kekuasaan di Arktik, Rusia Jadi Jagoannya
Profil Linda McMahon,...
Profil Linda McMahon, Menteri Pendidikan AS Era Trump yang Pecat 50 Persen Pegawainya
Rekomendasi
Kemhan Bersama Yayasan...
Kemhan Bersama Yayasan Rabu Biru Beri Layanan Kesehatan Bagi Veteran dan Warakawuri
Propam Polri Gelar Sidang...
Propam Polri Gelar Sidang Etik Pekan Depan, Eks Kapolres Ngada Terancam Dipecat
Eks Kapolres Ngada Jadi...
Eks Kapolres Ngada Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Tiga Anak, Langsung Ditahan
Berita Terkini
Mahkamah Internasional...
Mahkamah Internasional Gelar Sidang Terbuka Kewajiban Israel di Wilayah Palestina yang Diduduki
46 menit yang lalu
Bosnia Buru Presiden,...
Bosnia Buru Presiden, Perdana Menteri dan Ketua Parlemen Republika Srpska
1 jam yang lalu
Penjualan Mobil Anjlok,...
Penjualan Mobil Anjlok, Volkswagen akan Produksi Senjata dan Peralatan Militer
2 jam yang lalu
Putin Kunjungi Wilayah...
Putin Kunjungi Wilayah Kursk Rusia, Seru Militer Kalahkan Ukraina Secepatnya
3 jam yang lalu
4 Isi Gencatan Rusia...
4 Isi Gencatan Rusia dan Ukraina yang Diajukan AS, Tidak Ada Perang Selama 30 Hari
4 jam yang lalu
3 Negara yang Senang...
3 Negara yang Senang Jika Amerika Serikat Tinggalkan NATO, Siapa Saja?
4 jam yang lalu
Infografis
2 Kapal Induk Inggris...
2 Kapal Induk Inggris selalu Tenggelam dalam Simulasi Perang
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved