Israel Dituding Lakukan Apartheid di Palestina, Netanyahu Sebut Menlu Prancis Kurang Ajar
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu melemparkan kecaman keras atas pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis , Jean-Yves Le Drian. Diplomat top Prancis itu menyebut situasi di Israel memiliki bahan-bahan apartheid yang bertahan lama.
Dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (27/5/2021), Netanyahu menilai Le Drian telah kurang ajar dan menyebut pernyataannya tidak berdasar.
"Komentar Le Drian adalah klaim yang kurang ajar dan palsu yang tidak memiliki dasar. Di Negara Israel, semua warga negara sama di depan hukum, terlepas dari etnis mereka," ujarnya.
Le Drian membuat komentar pada Minggu tentang eskalasi Israel baru-baru ini yang berubah menjadi bentrokan kekerasan antara Arab-Israel dan Israel di kota-kota Israel.
"Eskalasi seperti itu jelas menunjukkan bahwa jika di masa depan kita memiliki solusi selain solusi dua negara, kita akan memiliki bahan-bahan apartheid yang tahan lama," papar Le Drian.
Sejak 13 April, bentrokan meletus di seluruh wilayah pendudukan karena serangan Israel dan pembatasan terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa, dan keputusan pengadilan Israel mengusir 12 keluarga Palestina dari rumah mereka demi kepentingan pemukim Israel.
Ketegangan berpindah ke Gaza pada 10 Mei, yang mengarah ke konfrontasi militer antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Palestina di mana pesawat tempur Israel menyebabkan skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Gaza.
Sebanyak 284 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat, menurut data pejabat kesehatan Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (27/5/2021), Netanyahu menilai Le Drian telah kurang ajar dan menyebut pernyataannya tidak berdasar.
"Komentar Le Drian adalah klaim yang kurang ajar dan palsu yang tidak memiliki dasar. Di Negara Israel, semua warga negara sama di depan hukum, terlepas dari etnis mereka," ujarnya.
Le Drian membuat komentar pada Minggu tentang eskalasi Israel baru-baru ini yang berubah menjadi bentrokan kekerasan antara Arab-Israel dan Israel di kota-kota Israel.
"Eskalasi seperti itu jelas menunjukkan bahwa jika di masa depan kita memiliki solusi selain solusi dua negara, kita akan memiliki bahan-bahan apartheid yang tahan lama," papar Le Drian.
Sejak 13 April, bentrokan meletus di seluruh wilayah pendudukan karena serangan Israel dan pembatasan terhadap warga Palestina di Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa, dan keputusan pengadilan Israel mengusir 12 keluarga Palestina dari rumah mereka demi kepentingan pemukim Israel.
Ketegangan berpindah ke Gaza pada 10 Mei, yang mengarah ke konfrontasi militer antara pasukan Israel dan kelompok perlawanan Palestina di mana pesawat tempur Israel menyebabkan skala kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Gaza.
Sebanyak 284 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam serangan Israel di Gaza dan Tepi Barat, menurut data pejabat kesehatan Palestina.
(ian)