PM Israel Minta AS Waktu Dua Hari Lagi untuk Akhiri Serangan Gaza
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu meminta pemerintah Amerika Serikat (AS) waktu dua hingga tiga hari lagi sebelum mengakhiri operasi militernya di Jalur Gaza.
Permintaan Netanyahu itu diungkapkan sumber yang mengetahui pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan faksi Palestina pada Anadolu Agency.
Sumber, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan permintaan Israel datang setelah Washington menekan Netanyahu pada Minggu dan Senin untuk mengakhiri agresi di wilayah Gaza.
Sementara itu, Barak Rafid, koresponden politik dari media lokal Israel Walla, mengatakan kepada CNN bahwa, “Tentara akan membutuhkan 24-48 jam untuk menyelesaikan operasi di Gaza."
"Pesan dari pemerintahan (Presiden AS) Joe Biden kepada Israel adalah bahwa waktu untuk (menghentikan) operasi sudah hampir habis," papar dia.
Menyusul panggilan telepon antara Biden dan Netanyahu tadi malam, Gedung Putih mengatakan dalam pernyataan, “Biden menyatakan dukungannya untuk gencatan senjata dan membahas keterlibatan AS dengan Mesir dan mitra lainnya untuk mencapai tujuan itu."
“Selama panggilan telepon itu, Biden menegaskan kembali dukungan tegasnya untuk hak Israel mempertahankan diri dari serangan roket tanpa pandang bulu," papar pernyataan Gedung Putih.
Namun, sumber yang mengetahui detail kontak gencatan senjata menunjukkan Netanyahu menolak membuat komitmen apa pun sebagai imbalan atas gencatan senjata.
Badan Penyiaran Publik Israel (IPBC), mengutip sumber-sumber Israel yang mengetahui pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung.
“Ada tanda-tanda optimisme mengenai kemungkinan mengakhiri operasi militer di Jalur Gaza. Kantor Netanyahu, bagaimanapun, membantah rumor tersebut,” ungkap laporan IPBC.
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengatakan kepada saluran itu bahwa dia mengesampingkan kemungkinan mengakhiri operasi militer di Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang.
Sekitar 213 warga Palestina telah tewas, termasuk 61 anak-anak dan 36 wanita, dan 1.400 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 10 Mei, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sepuluh orang Israel juga tewas dalam konflik itu.
Permintaan Netanyahu itu diungkapkan sumber yang mengetahui pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan faksi Palestina pada Anadolu Agency.
Sumber, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan permintaan Israel datang setelah Washington menekan Netanyahu pada Minggu dan Senin untuk mengakhiri agresi di wilayah Gaza.
Sementara itu, Barak Rafid, koresponden politik dari media lokal Israel Walla, mengatakan kepada CNN bahwa, “Tentara akan membutuhkan 24-48 jam untuk menyelesaikan operasi di Gaza."
"Pesan dari pemerintahan (Presiden AS) Joe Biden kepada Israel adalah bahwa waktu untuk (menghentikan) operasi sudah hampir habis," papar dia.
Menyusul panggilan telepon antara Biden dan Netanyahu tadi malam, Gedung Putih mengatakan dalam pernyataan, “Biden menyatakan dukungannya untuk gencatan senjata dan membahas keterlibatan AS dengan Mesir dan mitra lainnya untuk mencapai tujuan itu."
“Selama panggilan telepon itu, Biden menegaskan kembali dukungan tegasnya untuk hak Israel mempertahankan diri dari serangan roket tanpa pandang bulu," papar pernyataan Gedung Putih.
Namun, sumber yang mengetahui detail kontak gencatan senjata menunjukkan Netanyahu menolak membuat komitmen apa pun sebagai imbalan atas gencatan senjata.
Badan Penyiaran Publik Israel (IPBC), mengutip sumber-sumber Israel yang mengetahui pembicaraan gencatan senjata yang sedang berlangsung.
“Ada tanda-tanda optimisme mengenai kemungkinan mengakhiri operasi militer di Jalur Gaza. Kantor Netanyahu, bagaimanapun, membantah rumor tersebut,” ungkap laporan IPBC.
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengatakan kepada saluran itu bahwa dia mengesampingkan kemungkinan mengakhiri operasi militer di Jalur Gaza dalam beberapa hari mendatang.
Sekitar 213 warga Palestina telah tewas, termasuk 61 anak-anak dan 36 wanita, dan 1.400 lainnya terluka dalam serangan Israel di Jalur Gaza sejak 10 Mei, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Sepuluh orang Israel juga tewas dalam konflik itu.
(sya)