Horor, Mayat Diduga Korban Covid-19 Dibiarkan Tergeletak 30 Jam di Jalan
loading...
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Sebuah pemandangan horor terjadi di sebuah jalan di lingkungan miskin di Rio de Janeiro, Brasil . Sesosok mayat yang diduga korban virus corona baru ( Covid-19 ) dibiarkan tergeletak di trotoar selama 30 jam.
Jasad tersebut adalah Valnir da Silva, pria berusia 62 tahun. Dia meninggal hari Sabtu lalu dan belum secara resmi dinyatakan sebagai korban Covid-19. Namun, komunitas miskin di Rio de Janeiro memiliki banyak korban akibat pandemi penyakit tersebut.
Ketika sebagian besar negara Asia dan Eropa sudah melewati pandemi terburuk, Brasil mulai melesat menuju puncaknya, dengan lebih dari 20.000 kematian.
Data worldometers pada Jumat (22/5/2020) menunjukkan negara terbesar Amerika Latin ini menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia. Menurut data tersebut, Brasil memiliki 310.087 kasus dengan 20.047 kematian dan sebanyak 125.960 pasien berhasil disembuhkan.
Pandemi juga menyebabkan unit perawatan intensif beberapa rumah sakit di wilayah itu penuh. (Baca: Memilukan, Truk Trailer di New York Penuh Mayat Korban Corona )
Ricardo Moraes, jurnalis foto Reuters di Rio de Jeneiro, sedang meliput operasi polisi pada Minggu pagi ketika dia mendengar laporan tentang mayat tergeletak 30 jam di favela atau kawasan kumuh di Arara.
Ketika dia tiba di lokasi sekitar pukul 07.00 pagi pada hari Minggu, Moraes mendapati Silva berbaring di tempat yang sama di mana penduduk setempat mengatakan dia meninggal pada Sabtu pagi. Jasadnya diapit di antara deretan mobil yang diparkir dan lapangan sepak bola kecil.
Sekelompok penduduk setempat di bar terdekat mengatakan bahwa kehidupan Silva mulai berantakan setelah kematian istrinya beberapa bulan yang lalu, dan dia memilih tinggal di jalan.
Pada hari Sabtu, ketika Silva mengeluh bahwa dia tidak bisa bernapas, penduduk setempat mengatakan bahwa mereka memanggil ambulans untuknya, tetapi dia meninggal sebelum ambulans tiba.
Beberapa penduduk mengira dia telah meninggal karena Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru, SARS-CoV-2. Namun, tidak ada yang yakin. Penyakit itu masuk ke Rio de Janeiro melalui penduduk kaya yang kembali dari liburan di Eropa, dan sejak itu menyebar ke lingkungan miskin.
Menurut penduduk setempat, ambulans tiba sekitar pukul 16.00 sore, tapi jasad Silva justru dibiarkan. Paramedis menyimpulkan penyebab kematiannya karena serangan jantung dan penyebab lain yang tidak diketahui. Kesimpulan itu tertulis dalam sertifikat kematian yang dilihat oleh Reuters.
Dalam sebuah pernyataan, layanan ambulans kota setempat mengatakan tidak bertanggung jawab untuk mengevakuasi jasad. Layanan tersebut tidak mengatakan apakah Silva telah dites untuk Covid-19 atau belum. (Baca juga: Horor Covid-19 di India: Mayat-mayat Tergeletak di Sebelah Pasien RS )
Pagi harinya, anak tiri Silva, Marcos Vinicius Andrade da Silva, 26, mencoba meminta bantuan otoritas lain untuk mengambil jasad korban.
Dia mengaku telah berbicara dengan petugas polisi yang patroli, yang memperingatkan rekan-rekannya di Kantor Polisi Sipil ke-21 di dekat lokasi kejadian. Tapi upaya itu tidak membuahkan hasil.
Seorang juru bicara polisi sipil mengatakan petugas hanya mengambil alih pemindahan jasad dalam kasus kriminal.
Setelah menghabiskan satu hari di telepon, anak tiri Silva mengatakan tim pemakaman akhirnya tiba pada pukul 17.00 pada hari Minggu.
"Kami sangat lega bahwa mereka telah membawanya pergi...tetapi juga sangat sedih tentang apa yang terjadi," katanya.
Pada hari Senin, jasad Silva dimakamkan di sebuah upacara dengan empat orang—termasuk Marcos dan ibunya—yang hadir.
Lihat Juga: 7 Negara yang Melegalkan Poliandri, Ada yang Menikahi Anak Sulung Laki-Laki dalam Keluarga
Jasad tersebut adalah Valnir da Silva, pria berusia 62 tahun. Dia meninggal hari Sabtu lalu dan belum secara resmi dinyatakan sebagai korban Covid-19. Namun, komunitas miskin di Rio de Janeiro memiliki banyak korban akibat pandemi penyakit tersebut.
Ketika sebagian besar negara Asia dan Eropa sudah melewati pandemi terburuk, Brasil mulai melesat menuju puncaknya, dengan lebih dari 20.000 kematian.
Data worldometers pada Jumat (22/5/2020) menunjukkan negara terbesar Amerika Latin ini menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Rusia. Menurut data tersebut, Brasil memiliki 310.087 kasus dengan 20.047 kematian dan sebanyak 125.960 pasien berhasil disembuhkan.
Pandemi juga menyebabkan unit perawatan intensif beberapa rumah sakit di wilayah itu penuh. (Baca: Memilukan, Truk Trailer di New York Penuh Mayat Korban Corona )
Ricardo Moraes, jurnalis foto Reuters di Rio de Jeneiro, sedang meliput operasi polisi pada Minggu pagi ketika dia mendengar laporan tentang mayat tergeletak 30 jam di favela atau kawasan kumuh di Arara.
Ketika dia tiba di lokasi sekitar pukul 07.00 pagi pada hari Minggu, Moraes mendapati Silva berbaring di tempat yang sama di mana penduduk setempat mengatakan dia meninggal pada Sabtu pagi. Jasadnya diapit di antara deretan mobil yang diparkir dan lapangan sepak bola kecil.
Sekelompok penduduk setempat di bar terdekat mengatakan bahwa kehidupan Silva mulai berantakan setelah kematian istrinya beberapa bulan yang lalu, dan dia memilih tinggal di jalan.
Pada hari Sabtu, ketika Silva mengeluh bahwa dia tidak bisa bernapas, penduduk setempat mengatakan bahwa mereka memanggil ambulans untuknya, tetapi dia meninggal sebelum ambulans tiba.
Beberapa penduduk mengira dia telah meninggal karena Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru, SARS-CoV-2. Namun, tidak ada yang yakin. Penyakit itu masuk ke Rio de Janeiro melalui penduduk kaya yang kembali dari liburan di Eropa, dan sejak itu menyebar ke lingkungan miskin.
Menurut penduduk setempat, ambulans tiba sekitar pukul 16.00 sore, tapi jasad Silva justru dibiarkan. Paramedis menyimpulkan penyebab kematiannya karena serangan jantung dan penyebab lain yang tidak diketahui. Kesimpulan itu tertulis dalam sertifikat kematian yang dilihat oleh Reuters.
Dalam sebuah pernyataan, layanan ambulans kota setempat mengatakan tidak bertanggung jawab untuk mengevakuasi jasad. Layanan tersebut tidak mengatakan apakah Silva telah dites untuk Covid-19 atau belum. (Baca juga: Horor Covid-19 di India: Mayat-mayat Tergeletak di Sebelah Pasien RS )
Pagi harinya, anak tiri Silva, Marcos Vinicius Andrade da Silva, 26, mencoba meminta bantuan otoritas lain untuk mengambil jasad korban.
Dia mengaku telah berbicara dengan petugas polisi yang patroli, yang memperingatkan rekan-rekannya di Kantor Polisi Sipil ke-21 di dekat lokasi kejadian. Tapi upaya itu tidak membuahkan hasil.
Seorang juru bicara polisi sipil mengatakan petugas hanya mengambil alih pemindahan jasad dalam kasus kriminal.
Setelah menghabiskan satu hari di telepon, anak tiri Silva mengatakan tim pemakaman akhirnya tiba pada pukul 17.00 pada hari Minggu.
"Kami sangat lega bahwa mereka telah membawanya pergi...tetapi juga sangat sedih tentang apa yang terjadi," katanya.
Pada hari Senin, jasad Silva dimakamkan di sebuah upacara dengan empat orang—termasuk Marcos dan ibunya—yang hadir.
Lihat Juga: 7 Negara yang Melegalkan Poliandri, Ada yang Menikahi Anak Sulung Laki-Laki dalam Keluarga
(min)