Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Jarak Pendek
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi jika Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal jarak pendek pada Sabtu dan Minggu lalu. Penembakan kedua rudal tersebut sebelumnya tidak dilaporkan. The Washington Post pertama kali melaporkan bahwa Korut telah meluncuran rudal.
Anehnya, baik Korut maupun Korea Selatan (Korsel) tidak mengakui peluncuran kedua rudal tersebut seperti yang rutin dilakukan oleh kedua negara. Korut biasanya mengungkapkan peluncuran untuk mempromosikan kemajuan teknologinya, sementara Korsel secepatnya memberikan informasi terbaru untuk menyoroti sifat provokatif tetangganya.
Uji coba rudal akhir pekan lalu itu adalah yang pertama terjadi selama pemerintahan Presiden Joe Biden , yang telah mengakui mencoba mendekati rezim Kim Jong-un seperti dilansir dari ABC News, Rabu (24/3/2021).
"Kami belum mendengar langsung dari mereka melalui saluran diplomatik," ujar penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan, kepada wartawan awal pekan ini.
"Kami mengulurkan tangan karena kami percaya bahwa diplomasi harus menjadi bagian dari proses untuk melakukan denuklirisasi Korea Utara dan kami tetap berniat untuk mencapai tujuan itu," ujarnya.
Korut baru-baru ini mengeluh di depan umum tentang babak baru latihan militer Amerika dan Korsel yang berlangsung di Korsel.
Melalui media pemerintah Korut, saudara perempuan Kim Jong-un yang berpengaruh secara politik Kim Yo-jong memperingatkan pemerintahan Biden bahwa jika mereka ingin tidur dalam damai selama empat tahun ke depan sebaiknya menahan diri untuk tidak menimbulkan bau pada langkah pertama.
Menjelang kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Korsel minggu lalu, para pejabat AS telah menyatakan keprihatinan bahwa Korut mungkin telah bersiap untuk menembakkan rudal sebagai respons atas kunjungannya. Namun, peluncuran dua rudal pada akhir pekan ini terjadi beberapa hari setelah Austin meninggalkan Korsel.
Sejak perjanjian jabat tangan 2018 yang dicapai oleh mantan Presiden Donald Trump dengan Kim Jong-un, Korut belum melakukan uji coba rudal jarak jauh. Ketika Korut melanjutkan pengujian rudal balistik jarak pendek setelah perjanjian itu, pemerintahan Trump mengatakan mereka tidak melanggar semangat perjanjian tersebut.
Namun, diyakini bahwa pada saat itu Korut telah berkembang dengan teknologi rudal balistik antar benua (ICBM), meluncurkan ICBM baru yang dipamerkan dalam sebuah parade militer Oktober lalu.
"Rezim Kim Jong-un telah mencapai kesuksesan yang mengkhawatirkan dalam upayanya untuk menunjukkan kemampuan untuk mengancam tanah air AS dengan ICBM bersenjata nuklir, percaya bahwa senjata semacam itu diperlukan untuk menghalangi aksi militer AS dan memastikan kelangsungan rezimnya," ujar Jenderal Glen VanHerck, komandan Komando Utara AS, kepada Kongres AS pekan lalu dalam kesaksian tertulis.
VanHerck menggambarkan ICBM baru Korut semakin meningkatkan risiko yang ditimbulkan ke Amerika Serikat.
"Rezim Korea Utara juga telah mengindikasikan bahwa mereka tidak lagi terikat oleh moratorium pengujian nuklir dan ICBM sepihak yang diumumkan pada tahun 2018, menunjukkan bahwa Kim dapat memulai pengujian penerbangan dengan desain ICBM yang lebih baik dalam waktu dekat," kata VanHerck.
Anehnya, baik Korut maupun Korea Selatan (Korsel) tidak mengakui peluncuran kedua rudal tersebut seperti yang rutin dilakukan oleh kedua negara. Korut biasanya mengungkapkan peluncuran untuk mempromosikan kemajuan teknologinya, sementara Korsel secepatnya memberikan informasi terbaru untuk menyoroti sifat provokatif tetangganya.
Uji coba rudal akhir pekan lalu itu adalah yang pertama terjadi selama pemerintahan Presiden Joe Biden , yang telah mengakui mencoba mendekati rezim Kim Jong-un seperti dilansir dari ABC News, Rabu (24/3/2021).
"Kami belum mendengar langsung dari mereka melalui saluran diplomatik," ujar penasihat keamanan nasional, Jake Sullivan, kepada wartawan awal pekan ini.
"Kami mengulurkan tangan karena kami percaya bahwa diplomasi harus menjadi bagian dari proses untuk melakukan denuklirisasi Korea Utara dan kami tetap berniat untuk mencapai tujuan itu," ujarnya.
Korut baru-baru ini mengeluh di depan umum tentang babak baru latihan militer Amerika dan Korsel yang berlangsung di Korsel.
Melalui media pemerintah Korut, saudara perempuan Kim Jong-un yang berpengaruh secara politik Kim Yo-jong memperingatkan pemerintahan Biden bahwa jika mereka ingin tidur dalam damai selama empat tahun ke depan sebaiknya menahan diri untuk tidak menimbulkan bau pada langkah pertama.
Menjelang kunjungan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin ke Korsel minggu lalu, para pejabat AS telah menyatakan keprihatinan bahwa Korut mungkin telah bersiap untuk menembakkan rudal sebagai respons atas kunjungannya. Namun, peluncuran dua rudal pada akhir pekan ini terjadi beberapa hari setelah Austin meninggalkan Korsel.
Sejak perjanjian jabat tangan 2018 yang dicapai oleh mantan Presiden Donald Trump dengan Kim Jong-un, Korut belum melakukan uji coba rudal jarak jauh. Ketika Korut melanjutkan pengujian rudal balistik jarak pendek setelah perjanjian itu, pemerintahan Trump mengatakan mereka tidak melanggar semangat perjanjian tersebut.
Namun, diyakini bahwa pada saat itu Korut telah berkembang dengan teknologi rudal balistik antar benua (ICBM), meluncurkan ICBM baru yang dipamerkan dalam sebuah parade militer Oktober lalu.
"Rezim Kim Jong-un telah mencapai kesuksesan yang mengkhawatirkan dalam upayanya untuk menunjukkan kemampuan untuk mengancam tanah air AS dengan ICBM bersenjata nuklir, percaya bahwa senjata semacam itu diperlukan untuk menghalangi aksi militer AS dan memastikan kelangsungan rezimnya," ujar Jenderal Glen VanHerck, komandan Komando Utara AS, kepada Kongres AS pekan lalu dalam kesaksian tertulis.
VanHerck menggambarkan ICBM baru Korut semakin meningkatkan risiko yang ditimbulkan ke Amerika Serikat.
"Rezim Korea Utara juga telah mengindikasikan bahwa mereka tidak lagi terikat oleh moratorium pengujian nuklir dan ICBM sepihak yang diumumkan pada tahun 2018, menunjukkan bahwa Kim dapat memulai pengujian penerbangan dengan desain ICBM yang lebih baik dalam waktu dekat," kata VanHerck.
(ian)