AS Pindahkan Sistem Pertahanan Udara Rusia dari Libya ke Jerman

Jum'at, 29 Januari 2021 - 05:05 WIB
loading...
AS Pindahkan Sistem...
Sistem rudal pertahanan udara Rusia, Pantsir S-1. Foto/missilethreat.csis
A A A
WASHINGTON - Militer Amerika Serikat (AS) diketahui telah mengangkut sistem rudal pertahanan udara Rusia , Pantsir S-1, yang direbut dari Libya dan dibawa ke Jerman .

Upaya rahasia itu untuk mengumpulkan intelijen dari infrastruktur sistem baterai rudal Pantsir S-1 buatan Rusia itu.

Baterai rudal Pantsir S-1 yang dipasang di truk itu dapat menyerang banyak target dari ketinggian rendah dengan jangkauan sekitar 20 mil.



Pantsir S-1 diangkut ke pangkalan Ramstein Angkatan Udara AS di barat daya Jerman pada Juni tahun lalu karena khawatir senjata itu jatuh di tangan milisi atau penyelundup di Libya.

Lihat infografis: Kasus COVID-19 Tembus 100 Juta, Dunia Krisis Vaksin

Sistem pertahanan udara itu dimiliki oleh Uni Emirat Arab (UEA) yang diberikan kepada panglima perang Libya Khalifa Haftar. Senjata itu ditemukan di pangkalan udara Watiya pada Mei tahun lalu setelah pasukan pemerintah Libya merebutnya.

Lihat video: Angin Kencang Terjang Kulon Progo dan Cilacap, Puluhan Rumah Rusak

Pejuang pemerintah kemudian mengirim Pantsir ke kota Zawiya di mana seorang komandan milisi yang berafiliasi dengan Daesh (ISIS) bernama Mohamad Bahroun merebutnya.

Menteri Dalam Negeri Libya Fathi Bashagha dan pasukannya, menekan Bahroun untuk menyerahkan sistem rudal itu dan kemudian dibawa ke pangkalan dan kemudian ke bandara Zuwara, tempat pesawat kargo C-17 Globemaster milik Angkatan Udara AS mengangkutnya.

Menurut surat kabar Inggris, Times, AS bertujuan memperoleh sistem pertahanan rudal itu untuk mengumpulkan intelijen di dalamnya dan mempelajari mekanisme dan database-nya.

Langkah itu sebagai pembalasan atas penembakan drone reaper AS di Libya pada November 2019, yang diduga dilakukan sistem Pantsir itu.

Seorang pejabat Rusia mengakui bahwa negaranya tahu bahwa AS telah mengangkut sistem rudal tersebut, tetapi menepis anggapan bahwa setiap intelijen penting dapat dikumpulkan darinya.

Hal itu karena versi ekspor seperti yang dimiliki UEA diduga dilucuti dari basis data identifikasi rahasia untuk menyembunyikan kode transponder untuk semua jet di Angkatan Udara Rusia.

Misi AS untuk mengangkut sistem tersebut mengungkapkan sejauh mana Washington dan Moskow beroperasi melawan satu sama lain di Libya.

Tahun lalu, AS mengekspos campur tangan Rusia di Libya, saat Komando Afrika AS secara terbuka menyatakan Rusia mengerahkan jet tempur ke Libya untuk mendukung Haftar.

Kemudian pada Desember, intelijen AS merilis laporan yang menunjukkan keterlibatan UEA dalam mendanai dan mengerahkan tentara bayaran Rusia dari Grup Wagner yang terkait Kremlin ke Libya.

Intelijen AS juga mengakui peran UEA dalam konflik dan kejahatan perang.

Berbicara kepada Times, peneliti Libya Wolfram Lacher dari think tank Jerman SWP mengatakan, "Sungguh luar biasa bahwa negara yang merupakan importir utama senjata AS kemudian menyerahkan sistem senjata canggih kepada panglima perang yang menanganinya dengan begitu sembrono sehingga kemudian jatuh ke tangan pemimpin milisi yang berpotensi berbahaya di sisi lain."
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1585 seconds (0.1#10.140)