Eks Presiden Prancis d'Estaing Meninggal di Usia 94 Tahun karena Covid-19
loading...
A
A
A
PARIS - Mantan presiden Prancis Valery Giscard d'Estaing, yang memimpin negaranya ke era modern baru dan ke jalur yang sangat pro-Eropa, meninggal Rabu malam karena Covid-19 yang memperparah sakit jantungnya. Dia meninggal pada usia 94 tahun.
Giscard, yang beberapa kali dirawat di rumah sakit dalam beberapa bulan terakhir karena masalah jantung, meninggal dengan dikelilingi oleh keluarganya di rumah keluarganya di wilayah Loire. (Baca: Berfoto di Piramida Kuno, Model asal Mesir Ditangkap )
"Kondisi kesehatannya memburuk dan dia meninggal akibat Covid-19," kata pihak keluarga dalam pernyataan yang dikirim ke AFP, Kamis (3/12/2020). Pemakamannya akan dilakukan sesuai keinginannya.
Dia membuat salah satu penampilan publik terakhirnya pada 30 September tahun lalu untuk pemakaman mantan presiden Prancis lainnya, Jacques Chirac, yang pernah menjadi perdana menterinya.
Giscard menjadi presiden termuda pada usia 48 tahun pada tahun 1974, mengalahkan saingannya dari kubu Sosialis; Francois Mitterrand. Dia kemudian dia kalah dalam pemilu 1981 setelah tujuh tahun berkuasa.
Kepresidenannya menandai pemutusan yang jelas dari konservatisme Gaullist di Prancis pascaperang yang telah didominasi oleh Charles de Gaulle sendiri, dan penggantinya Georges Pompidou.
Di Prancis, dia dikenang karena dorongan reformasinya yang radikal yang mencakup legalisasi aborsi, liberalisasi perceraian dan penurunan usia pemilih menjadi 18 tahun. (Baca juga: Israel Terima Kapal Perang Tercanggih saat Seteru dengan Iran Memanas )
Di Eropa, ia membantu mendorong gerakan menuju persatuan moneter, bekerja sama erat dengan kanselir Jerman Helmut Schmidt yang dengannya ia menjadi teman.
"Bagi Valery Giscard d'Estaing, Eropa akan menjadi ambisi Prancis dan Prancis sebagai negara modern. Hormat," kata Michel Barnier, kepala negosiator Brexit Uni Eropa.
"Dia berhasil memodernisasi kehidupan politik di Prancis," imbuh mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy.
Seperti Schmidt, dia juga sangat percaya pada hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat (AS).
Atas inisiatifnya, para pemimpin negara terkaya di dunia pertama kali bertemu pada tahun 1975, sebuah acara yang berkembang menjadi pertemuan puncak tahunan klub Kelompok Tujuh (G-7).
Dengan gaya presidensial yang lebih santai dari para pendahulunya, ia terkadang terlihat bermain sepak bola di depan umum, atau akordeon.
Dia juga menjamu pemulung untuk sarapan dan menghadiri undangan untuk makan malam di rumah warga biasa.
Lahir dari keluarga Prancis yang kaya, Giscard merupakan bagian dari kalngan elite.
Tinggi dan langsing dan dengan cara yang anggun dan aristokrat, ia belajar di Ecole Polytechnique dan Sekolah Administrasi Nasional yang elite di Prancis.
Pada usia 18 tahun, ia bergabung dengan perlawanan Prancis dan mengambil bagian dalam pembebasan Paris dalam Perang Dunia II dari penjajah Nazi pada tahun 1944. Ia kemudian bertugas selama delapan bulan di Jerman dan Austria menjelang menyerahnya Reich Ketiga.
Ia memulai karier politiknya pada tahun 1959, dan menjadi menteri keuangan pada tahun 1969.
Giscard, yang beberapa kali dirawat di rumah sakit dalam beberapa bulan terakhir karena masalah jantung, meninggal dengan dikelilingi oleh keluarganya di rumah keluarganya di wilayah Loire. (Baca: Berfoto di Piramida Kuno, Model asal Mesir Ditangkap )
"Kondisi kesehatannya memburuk dan dia meninggal akibat Covid-19," kata pihak keluarga dalam pernyataan yang dikirim ke AFP, Kamis (3/12/2020). Pemakamannya akan dilakukan sesuai keinginannya.
Dia membuat salah satu penampilan publik terakhirnya pada 30 September tahun lalu untuk pemakaman mantan presiden Prancis lainnya, Jacques Chirac, yang pernah menjadi perdana menterinya.
Giscard menjadi presiden termuda pada usia 48 tahun pada tahun 1974, mengalahkan saingannya dari kubu Sosialis; Francois Mitterrand. Dia kemudian dia kalah dalam pemilu 1981 setelah tujuh tahun berkuasa.
Kepresidenannya menandai pemutusan yang jelas dari konservatisme Gaullist di Prancis pascaperang yang telah didominasi oleh Charles de Gaulle sendiri, dan penggantinya Georges Pompidou.
Di Prancis, dia dikenang karena dorongan reformasinya yang radikal yang mencakup legalisasi aborsi, liberalisasi perceraian dan penurunan usia pemilih menjadi 18 tahun. (Baca juga: Israel Terima Kapal Perang Tercanggih saat Seteru dengan Iran Memanas )
Di Eropa, ia membantu mendorong gerakan menuju persatuan moneter, bekerja sama erat dengan kanselir Jerman Helmut Schmidt yang dengannya ia menjadi teman.
"Bagi Valery Giscard d'Estaing, Eropa akan menjadi ambisi Prancis dan Prancis sebagai negara modern. Hormat," kata Michel Barnier, kepala negosiator Brexit Uni Eropa.
"Dia berhasil memodernisasi kehidupan politik di Prancis," imbuh mantan presiden Prancis Nicolas Sarkozy.
Seperti Schmidt, dia juga sangat percaya pada hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat (AS).
Atas inisiatifnya, para pemimpin negara terkaya di dunia pertama kali bertemu pada tahun 1975, sebuah acara yang berkembang menjadi pertemuan puncak tahunan klub Kelompok Tujuh (G-7).
Dengan gaya presidensial yang lebih santai dari para pendahulunya, ia terkadang terlihat bermain sepak bola di depan umum, atau akordeon.
Dia juga menjamu pemulung untuk sarapan dan menghadiri undangan untuk makan malam di rumah warga biasa.
Lahir dari keluarga Prancis yang kaya, Giscard merupakan bagian dari kalngan elite.
Tinggi dan langsing dan dengan cara yang anggun dan aristokrat, ia belajar di Ecole Polytechnique dan Sekolah Administrasi Nasional yang elite di Prancis.
Pada usia 18 tahun, ia bergabung dengan perlawanan Prancis dan mengambil bagian dalam pembebasan Paris dalam Perang Dunia II dari penjajah Nazi pada tahun 1944. Ia kemudian bertugas selama delapan bulan di Jerman dan Austria menjelang menyerahnya Reich Ketiga.
Ia memulai karier politiknya pada tahun 1959, dan menjadi menteri keuangan pada tahun 1969.
(min)