AS dengan Militernya Bela 'Musuh-musuh' China dalam Sengketa Laut China Selatan
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Penasihat Keamanan Nasional Presiden Donald Trump, Robert O'Brien, telah menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat (AS) untuk mendukung Filipina dan Vietnam dalam sengketa teritorial melawan China di Laut China Selatan .
Pembelaan Washington terhadap "musuh-musuh" Beijing dalam sengketa teritorial itu diumumkan meksi pemerintah Trump sebentar lagi lengser. Bahkan, dukungan yang dijanjikan Washington tersebut berupa kekuatan militer. (Baca: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
AS tidak memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, namun menentang klaim Beijing atas 90 persen kawasan tersebut.
O'Brien mengatakan cara untuk menghalangi China adalah "pesan perdamaian melalui kekuatan" dan memperkuat komitmen militer Washington di wilayah tersebut.
"Pesan kami adalah kami akan berada di sini, kami mendukung Anda, dan kami tidak akan pergi," kata O'Brien, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (24/11/2020). (Baca: Angkatan Laut AS Ingin Bentuk Armada Baru di Dekat Singapura )
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih itu menegaskan kembali bahwa AS berdiri teguh di belakang Filipina dalam membangun pencegah terhadap ekspansionisme China. Dia menambahkan bahwa sumber daya bawah laut yang diklaim oleh Filipina adalah milik rakyatnya dan generasi mendatang.
“Mereka bukan milik negara lain hanya karena mereka mungkin lebih besar dari Filipina, itu salah,” katanya.
Pada 2016, sengketa atas wilayah dan hak eksplorasi kawasan Laut China Selatan masuk ke pengadilan arbitrase internasional di Den Haag, di mana pengadilan memenangkan Filipina atas China. Namun, Beijing menolak putusan itu, di mana Presiden Xi Jinping mengatakan putusan itu tidak akan berdampak pada kedaulatan wilayah dan hak laut negaranya. (Baca juga: Dua Rudal Pembunuh Kapal Induk China Hantam Kapal di Laut China Selatan )
Pada bulan Oktober tahun ini, Filipina mencabut moratorium eksplorasi minyak dan gas di Laut China Selatan, yang memungkinkan Filipina dan China untuk melakukan operasi bersama di wilayah tersebut.
Laut China Selatan sebagian besar masih belum dieksplorasi sehubungan dengan hidrokarbon, tetapi perkiraan menunjukkan ada 190 triliun kaki kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak cadangan. Mungkin ada lebih banyak lagi bidang yang belum ditemukan.
Hubungan antara AS dan China telah memburuk secara signifikan sepanjang tahun 2020 karena Washington semakin meningkatkan tekanan terhadap Beijing.
Sebelumnya pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan Beijing akan memberlakukan tanggapan yang diperlukan setelah seorang Laksamana Angkatan Laut AS melakukan kunjungan mendadak ke Taiwan selama akhir pekan.
Zhao mengatakan China dengan tegas menentang hubungan diplomatik atau militer apa pun antara Washington dan Taiwan.
Pembelaan Washington terhadap "musuh-musuh" Beijing dalam sengketa teritorial itu diumumkan meksi pemerintah Trump sebentar lagi lengser. Bahkan, dukungan yang dijanjikan Washington tersebut berupa kekuatan militer. (Baca: Media China Sentil Indonesia karena Menentang Klaim China di Laut China Selatan )
AS tidak memiliki klaim wilayah di Laut China Selatan, namun menentang klaim Beijing atas 90 persen kawasan tersebut.
O'Brien mengatakan cara untuk menghalangi China adalah "pesan perdamaian melalui kekuatan" dan memperkuat komitmen militer Washington di wilayah tersebut.
"Pesan kami adalah kami akan berada di sini, kami mendukung Anda, dan kami tidak akan pergi," kata O'Brien, seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (24/11/2020). (Baca: Angkatan Laut AS Ingin Bentuk Armada Baru di Dekat Singapura )
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih itu menegaskan kembali bahwa AS berdiri teguh di belakang Filipina dalam membangun pencegah terhadap ekspansionisme China. Dia menambahkan bahwa sumber daya bawah laut yang diklaim oleh Filipina adalah milik rakyatnya dan generasi mendatang.
“Mereka bukan milik negara lain hanya karena mereka mungkin lebih besar dari Filipina, itu salah,” katanya.
Pada 2016, sengketa atas wilayah dan hak eksplorasi kawasan Laut China Selatan masuk ke pengadilan arbitrase internasional di Den Haag, di mana pengadilan memenangkan Filipina atas China. Namun, Beijing menolak putusan itu, di mana Presiden Xi Jinping mengatakan putusan itu tidak akan berdampak pada kedaulatan wilayah dan hak laut negaranya. (Baca juga: Dua Rudal Pembunuh Kapal Induk China Hantam Kapal di Laut China Selatan )
Pada bulan Oktober tahun ini, Filipina mencabut moratorium eksplorasi minyak dan gas di Laut China Selatan, yang memungkinkan Filipina dan China untuk melakukan operasi bersama di wilayah tersebut.
Laut China Selatan sebagian besar masih belum dieksplorasi sehubungan dengan hidrokarbon, tetapi perkiraan menunjukkan ada 190 triliun kaki kubik gas alam dan 11 miliar barel minyak cadangan. Mungkin ada lebih banyak lagi bidang yang belum ditemukan.
Hubungan antara AS dan China telah memburuk secara signifikan sepanjang tahun 2020 karena Washington semakin meningkatkan tekanan terhadap Beijing.
Sebelumnya pada hari Senin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan Beijing akan memberlakukan tanggapan yang diperlukan setelah seorang Laksamana Angkatan Laut AS melakukan kunjungan mendadak ke Taiwan selama akhir pekan.
Zhao mengatakan China dengan tegas menentang hubungan diplomatik atau militer apa pun antara Washington dan Taiwan.
(min)