Kabinet Joe Biden Representasi Keragaman AS

Rabu, 18 November 2020 - 10:14 WIB
loading...
Kabinet Joe Biden Representasi Keragaman AS
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden (kiri) bersama Wakil Presiden terpilih Kamala Harris (kanan) rapat virtual dengan tim ekonomi di Wilmington, Delaware, kemarin. Foto/Reuters
A A A
WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden mulai fokus untuk menyusun tim Gedung Putih setelah kemenangannya diakui Presiden AS Donald Trump. Kabinet Biden diperkirakan akan lebih berwarna dan beragam yang merepresentasikan seperti AS sebenarnya.

Kabinet Joe Biden Representasi Keragaman AS


Biden akan mengumumkan anggota kabinetnya secara bertahap pada pekan ini sebelum menduduki Gedung Putih pada 20 Januari 2021. Salah satu kepala tim sukses Biden, Cedric Richmond, dirumorkan akan diberi jabatan senior. Begitu pun dengan penasihat Biden, Steve Ricchetti. (Baca: Niatkan Aktivitas Sehari-hari Bernilai Pahala)

Posisi baru yang akan dijabat Richmond otomatis akan melepaskan kedudukannya sebagai Senat Louisiana. Jen O’Malley Dillon yang ditunjuk sebagai manajer tim sukses diperkirakan diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Gedung Putih. Namun, sejauh ini laporan itu tidak dapat diverifikasi.

Selain menyusun kabinet, Biden juga dijadwalkan menerima briefing awal terkait situasi keamanan nasional. Namun, Trump yang masih memegang kekuasaan menolak Biden mengakses data intelijen. Hal itu memicu spekulasi Trump memiliki rencana mengatasi musuh asing AS dan Israel melalui jalan kekerasan.

Biden memang telah berjanji menjamin dan memprioritaskan keragaman pada pemerintahan dan kabinetnya. “Pemerintahan saya akan seperti AS, bukan hanya staf saya, pemerintahan tetapi dari wakil presiden turun ke anggota kabinet hingga pemain di Gedung Putih hingga pengadilan,” kata Biden, dilansir CNN. “Kabinet itu akan merefleksikan siapa kita sebenarnya sebagai bangsa.”

Tim transisi pemerintahan Biden akan dibentuk dari banyak warga dari kalangan kulit berwarna dan perempuan. Sebanyak 46% staf tim transisi Biden merupakan warga kulit hitam dan berwarna, sedangkan 52% staf transisi adalah perempuan. (Baca juga: Kemendikbud Pastikan Bantuan Subsidi Upah Guru Disalurkan Bulan Ini)

Kabinet yang beragam memang telah ditunjukkan Biden saat memilih Kamala Harris, perempuan kulit hitam dan Asia Selatan, sebagai wakil presiden. Sebelumnya, Biden telah memilih Ron Klain, seorang pria kulit putih dan penasihat politiknya sebagai kepala staf Gedung Putih.

Keragaman tim transisi juga diperluaskan ke tim penasihat di mana 43% adalah orang kulit berwarna dan 52% merupakan perempuan. Sembilan dari 13 tim penasihat Covid-19 adalah orang kulit berwarna dan lima orang perempuan.

Pekan lalu, tim transisi mengumumkan kajian agensi federal di tengah Badan Pelayanan Umum (General Services Administration) belum mengakui kemenangan Biden. Tim transisi Biden terdiri atas 500 orang di mana setengahnya adalah perempuan. “Sebanyak 40% tim transisi juga merepresentasikan komunitas yang tak terwakili pada pemerintahan federal,” demikian keterangan tim transisi Biden. Komunitas tersebut seperti kelompok disabilitas dan kelompok terpinggirkan. (Baca juga: Tetap Jaga berat Badan Selama Pandemi)

Menurut Ted Kaufman, pemimpin tim transisi Biden-Harris, selama beberapa bulan tim telah membangun komitmen tentang keragaman. “Kita melanjutkan kerja penuh menjelang pelantikan, tim kita merefleksikan Amerika, dan kita akan mengembangkan dan mengimplementasikan visi kebijakan untuk menghadapi tantang terberat AS,” ujarnya, dilansir CNN.

Sebelumnya, dilansir Reuters, Trump berencana menyerang situs nuklir Iran, tetapi upaya itu ditolak keras. Biden sendiri menolak jalan kekerasan. Sama seperti Barack Obama, dia kemungkinan akan mengambil langkah damai dan diskusi dalam mengatasi isu nuklir Iran, termasuk memulihkan traktat.

Meski mengakui kekalahan dari Biden , Trump masih sabar menunggu hasil penyelidikan gugatannya atas tuduhan kecurangan selama Pemilihan Presiden (Pilpres) 2020. Dia berharap gugatan itu dapat lolos dan berhasil membalikkan kekalahannya. Hakim Matthew Brann juga siap mendengar gugatannya. (Baca juga: Minyak Sawit Topang Ekspor Indonesia Sebesar 15 Persen)

Tim sukses Trump menuduh para pencoblos dan pendukung Trump ditolak atau suara mereka tidak dihitung karena terjadi kesalahan teknis. Namun, tiga pengacara Trump membatalkan gugatan setelah firma hukum terkemuka di AS Porter Wright Morris dan Arthur mundur terlebih dahulu.

Sejauh ini, sebagian besar gugatan Trump di beberapa negara bagian batal atau gagal, termasuk di wilayah kunci seperti Wisconsin. Komisi Pemilihan Umum (KPU) juga menyatakan Trump sedikitnya perlu membiayai sendiri penghitungan ulang suara senilai USD7,9 juta untuk Wisconsin saja.

Trump saat ini hanya mengungkapkan kemarahan dan kejengkelan di media sosial (medsos). Beberapa orang, termasuk tokoh Partai Republik, memintanya untuk mengakhiri upaya hukum dan menerima kekalahan dengan lapang dada. Tim Biden juga menuntut proses transisi yang mulus dan mudah. (Lihat videonya: Bonsai Kelapa, Varian Bonsai yang Bernilai Tinggi)

Biden mendesak Kongres untuk meloloskan paket bantuan Covid-19 agar segera disalurkan kepada masyarakat yang rentan terkena dampak. Dia juga meminta gubernur di setiap daerah untuk menghitung kasus Covid-19 secara akurat dan mendistribusikan vaksin secara merata. (Muh Shamil)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1112 seconds (0.1#10.140)