Pilpres Amerika Serikat, Kamala Harris Menangi Debat dengan Pence
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Debat calon wakil presiden (cawapres) Amerika Serikat (AS) memang tidak menarik perhatian publik. Namun, itu sebenarnya mampu merepresentasikan pemimpin AS masa depan. Hanya saja, debat cawapres memang lebih fokus pada bagaimana mereka membela dan menjelaskan kebijakan capresnya.
Pada debat antara cawapres Partai Demokrat Kamala Harris melawan Mike Pence dari Partai Republik tidak terlalu panas dibandingkan debat presiden beberapa waktu lalu. Debat cawapres menunjukkan mereka sudah mempersiapkan diri dan lebih terstruktur. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
Pence tampil tenang dengan gaya yang metodologis untuk menampilkan kesan berbeda dengan Trump yang cenderung bombastis. Namun, Harris juga menunjukkan dirinya tampil siap berdebat. Pada debat tersebut, tidak ada kandidat yang sepertinya tertekan oleh lawan atau pertanyaan.
Siapa pemenangnya? Dalam survei yang dilaksanakan CNN Instant Poll menyatakan Harris sebagai pemenang debat karena mampu melaksanakan debat dengan baik. Sekitar 59% responden atau enam dari 10 menyatakan Harris sebagai pemenang. Hanya 38% yang menyebutkan Pence berpenampilan baik.
Para responden juga meyakini kalau 65% menyebutkan Pence layak menjadi presiden, sedangkan 63% menyatakan Harris juga layak menjadi presiden AS.
Harris yang pernah mencalonkan diri sebagai kandidat capres Partai Demokrat menunjukkan dirinya mampu menjadi capres mendatang atau presiden mendatang untuk menggantikan Biden. Dia selalu menunjukkan dirinya dan latar belakangnya untuk mengenalkan dirinya kepada publik AS lebih luas. Berbeda dengan Pence, Harris juga kerap berbicara memandang kamera dan sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. (Baca juga: Mris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Pence juga menunjukkan dirinya adalah politikus yang berhak menjadi capres mendatang. Dia memang dikenal mendapatkan dukungan luas dari Partai Republik dan kubu independen yang beraliran kanan. Meskipun dia tetap membela kebijakan Trump, dia mencoba menggali identitas dirinya terutama untuk meraih dukungan dari kelompok pemilih berbasis agama.
Fokus debat pada permasalahan pandemi korona. Harris menuding pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengalami kegagalan terbesar sepanjang sejarah kepresidenan AS. Dia menyatakan Trump an Pence melakukan kesalahan tentang kampanye kebal terhadap virus corona. "Mereka mengetahui dan mereka menutupinya," tuding Harris dilansir Reuters.
Sementara Pence menyatakan strategi pandemi yang dibuat Biden dan Harris meniru model kampanye Biden saat hendak maju sebagai presiden pada 1987. Dia mengatakan, pidato yang diungkapkan Biden meniru pidato pemimpin Partai Buruh Inggris, Neil Kinnock.
Ketika Harris ditanya apakah akan melakukan imunisasi dari vaksin yang dihasilkan Trump? Harris mengatakan dia tidak akan melakukan imunisasi tanpa persetujuan para ahli dan profesional. Hal itu langsung dikritik Pence. "Kamu (Harris) melemahkan kepercayaan publik terhadap vaksin jika vaksin bisa dihasilkan oleh pemerintahan Trump. Saya pikir itu hal yang tidak masuk akal," katanya. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Biden Diprediksi Raih Suara Elektoral Lebih Banyak
Joe Biden diprediksi meraih lebih banyak suara elektoral hanya kurang dari empat pekan menuju pemilu presiden AS. Dalam kalkulasi CNN, kandidat presiden dari Partai Demokrat mampu melebih 270 elektoral untuk pertama kalinya dalam tahun ini.
“Suara solid untuk kubu Demokrat adalah 203 elektoral dan terdapat 87 suara elektoral yang mengarah kepada Biden. Dengan begitu, total suara elektoral yang diperolehnya mencapai 290 suara,” demikian analisis CNN.
Posisi itu diperkuat dengan Trump yang masih terinfeksi virus korona dan absen dari kampanye. Itu memperparah posisi sebelumnya pada performa debat pekan lalu. Publik AS juga semakin dibuat bingung dengan berbagai kebijakan Trump tentang pandemi. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi Covid-19)
Prediksi perolehan elektoral Biden itu setelah dia fokus di negara bagian Pennsylvania yang menjadi kawasan kritis bagi kedua kandidat. Namun, dengan kampanye besar-besaran di sana, Biden menjadikan Pennsylvania lebih condong ke Demokrat. Biden menghabiskan USD48 juta untuk dana iklan di negara bagian itu, sedangkan Trump hanya USD21 juta.
Biden juga meraih dukungan kuat dari perempuan, independen, pemilih berpendidikan tinggi, dan pemilih bukan kulit putih. Michigan dan Wisconsin juga diprediksi diraih Trump setelah empat tahun dimenangkannya. (Andika H Mustaqim)
Pada debat antara cawapres Partai Demokrat Kamala Harris melawan Mike Pence dari Partai Republik tidak terlalu panas dibandingkan debat presiden beberapa waktu lalu. Debat cawapres menunjukkan mereka sudah mempersiapkan diri dan lebih terstruktur. (Baca: Keajaiban Surah Al-Fatihah Menyembuhkan Penyakit dan Penawar Racun)
Pence tampil tenang dengan gaya yang metodologis untuk menampilkan kesan berbeda dengan Trump yang cenderung bombastis. Namun, Harris juga menunjukkan dirinya tampil siap berdebat. Pada debat tersebut, tidak ada kandidat yang sepertinya tertekan oleh lawan atau pertanyaan.
Siapa pemenangnya? Dalam survei yang dilaksanakan CNN Instant Poll menyatakan Harris sebagai pemenang debat karena mampu melaksanakan debat dengan baik. Sekitar 59% responden atau enam dari 10 menyatakan Harris sebagai pemenang. Hanya 38% yang menyebutkan Pence berpenampilan baik.
Para responden juga meyakini kalau 65% menyebutkan Pence layak menjadi presiden, sedangkan 63% menyatakan Harris juga layak menjadi presiden AS.
Harris yang pernah mencalonkan diri sebagai kandidat capres Partai Demokrat menunjukkan dirinya mampu menjadi capres mendatang atau presiden mendatang untuk menggantikan Biden. Dia selalu menunjukkan dirinya dan latar belakangnya untuk mengenalkan dirinya kepada publik AS lebih luas. Berbeda dengan Pence, Harris juga kerap berbicara memandang kamera dan sadar bahwa dirinya menjadi pusat perhatian. (Baca juga: Mris, UU Ciptaker Tempatkan Pendidikan Sebagai Komoditas yang Diperdagangkan)
Pence juga menunjukkan dirinya adalah politikus yang berhak menjadi capres mendatang. Dia memang dikenal mendapatkan dukungan luas dari Partai Republik dan kubu independen yang beraliran kanan. Meskipun dia tetap membela kebijakan Trump, dia mencoba menggali identitas dirinya terutama untuk meraih dukungan dari kelompok pemilih berbasis agama.
Fokus debat pada permasalahan pandemi korona. Harris menuding pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengalami kegagalan terbesar sepanjang sejarah kepresidenan AS. Dia menyatakan Trump an Pence melakukan kesalahan tentang kampanye kebal terhadap virus corona. "Mereka mengetahui dan mereka menutupinya," tuding Harris dilansir Reuters.
Sementara Pence menyatakan strategi pandemi yang dibuat Biden dan Harris meniru model kampanye Biden saat hendak maju sebagai presiden pada 1987. Dia mengatakan, pidato yang diungkapkan Biden meniru pidato pemimpin Partai Buruh Inggris, Neil Kinnock.
Ketika Harris ditanya apakah akan melakukan imunisasi dari vaksin yang dihasilkan Trump? Harris mengatakan dia tidak akan melakukan imunisasi tanpa persetujuan para ahli dan profesional. Hal itu langsung dikritik Pence. "Kamu (Harris) melemahkan kepercayaan publik terhadap vaksin jika vaksin bisa dihasilkan oleh pemerintahan Trump. Saya pikir itu hal yang tidak masuk akal," katanya. (Baca juga: Pandemi, Jangan Stop Vaksin Anak)
Biden Diprediksi Raih Suara Elektoral Lebih Banyak
Joe Biden diprediksi meraih lebih banyak suara elektoral hanya kurang dari empat pekan menuju pemilu presiden AS. Dalam kalkulasi CNN, kandidat presiden dari Partai Demokrat mampu melebih 270 elektoral untuk pertama kalinya dalam tahun ini.
“Suara solid untuk kubu Demokrat adalah 203 elektoral dan terdapat 87 suara elektoral yang mengarah kepada Biden. Dengan begitu, total suara elektoral yang diperolehnya mencapai 290 suara,” demikian analisis CNN.
Posisi itu diperkuat dengan Trump yang masih terinfeksi virus korona dan absen dari kampanye. Itu memperparah posisi sebelumnya pada performa debat pekan lalu. Publik AS juga semakin dibuat bingung dengan berbagai kebijakan Trump tentang pandemi. (Lihat videonya: Pedagang Tanaman Hias Raup Untung Ditengah Pandemi Covid-19)
Prediksi perolehan elektoral Biden itu setelah dia fokus di negara bagian Pennsylvania yang menjadi kawasan kritis bagi kedua kandidat. Namun, dengan kampanye besar-besaran di sana, Biden menjadikan Pennsylvania lebih condong ke Demokrat. Biden menghabiskan USD48 juta untuk dana iklan di negara bagian itu, sedangkan Trump hanya USD21 juta.
Biden juga meraih dukungan kuat dari perempuan, independen, pemilih berpendidikan tinggi, dan pemilih bukan kulit putih. Michigan dan Wisconsin juga diprediksi diraih Trump setelah empat tahun dimenangkannya. (Andika H Mustaqim)
(ysw)