3 Tanda Kehancuran NATO di Depan Mata, Salah Satunya Potensi Penarikan Diri Anggota Kunci
loading...

Tank-tank Rumania menembaki target selama latihan Steadfast Dart 2025 NATO di tempat latihan di Smardan, Rumania, pada 19 Februari 2025. Foto/Cristian Cristel/Xinhua
A
A
A
BRUSSEL - Terdapat sejumlah tanda kehancuran NATO yang sudah di depan mata. Salah satunya yang paling jelas adalah retaknya solidaritas antar negara anggotanya.
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah lama menjadi pilar utama keamanan dan pertahanan kolektif bagi negara-negara Barat.
Sejak pendiriannya pada 1949, aliansi militer ini berhasil mempertahankan stabilitas kawasan Eropa dan sekitarnya, terutama dalam menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.
Namun, di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang, muncul sejumlah tanda yang mengindikasikan potensi NATO melemah, bahkan hancur di masa depan.
Alasannya beragam, termasuk para anggotanya yang memiliki agenda sendiri, serta beberapa lainnya yang meragukan relevansi NATO di era modern.
Tanda Kehancuran NATO di Depan Mata
Sejak didirikan pada 1949, NATO bergantung pada prinsip collective defense atau pertahanan kolektif. Maknanya, serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua.
Namun, kepercayaan antar anggota NATO mulai goyah akibat berbagai perbedaan kepentingan dan ketegangan diplomatik. Contoh mudahnya adalah Amerika Serikat yang sempat menyoroti pembagian beban anggaran pertahanan.
Melansir CBSNews, AS sejak lama memang mengkritik negara-negara anggota lain karena tidak memenuhi target belanja militer yang disepakati dalam NATO.
Sebaliknya, Presiden Donald Trump menyebut AS menanggung beban yang tidak semestinya menghabiskan lebih banyak uang untuk membantu memastikan pertahanan Eropa daripada anggota NATO lainnya.
Saat ini, Trump mendorong para anggota meningkatkan pengeluaran pertahanan domestik mereka hingga setidaknya 5% dari PDB masing-masing.
Ia juga mengancam akan mengurangi komitmen Washington apabila negara-negara lain tidak juga meningkatkan kontribusi mereka.
"Saya katakan jika kalian tidak mau membayar, kami tidak akan membela... jika kalian tidak mau membayar tagihan, kami tidak akan membela kalian," kata Trump, dikutip Selasa (11/3/2025).
NATO mungkin memiliki puluhan anggota berbeda. Kendati begitu, mereka hanya punya beberapa anggota kunci termasuk Amerika Serikat.
Baru-baru ini, orang-orang terdekat Presiden AS Donald Trump menyuarakan dukungan bagi Amerika Serikat untuk keluar dari keanggotaan NATO. Salah satunya miliarder Elon Musk.
Terkait alasannya, kontribusi AS pada NATO dinilai tersebut terlalu besar jika dibandingkan anggota lainnya. Hal tersebut dianggap tak adil dan terlalu membebani keuangan negara.
Apabila anggota utama seperti Amerika Serikat memutuskan keluar atau setidaknya mengurangi kontribusi militernya secara drastis, NATO bisa saja kehilangan efektivitasnya. Di kemudian hari, kondisi tersebut juga dapat membawa aliansi menuju jurang kehancuran.
Meski sudah bersama sejak lama, tak menutup kemungkinan sesekali terjadi perselisihan di antara anggota NATO. Misalnya, perbedaan pandangan dalam menghadapi ancaman konflik Rusia-Ukraina.
Melansir Euractiv, NATO sejak beberapa tahun lalu mantap mendukung perjuangan Ukraina yang diinvasi Rusia. Mereka juga menjanjikan Kiev akan menjadi anggota aliansi suatu hari nanti.
Namun, memasuki tahun ketiga invasi yang masih berlanjut, para anggota NATO mulai terpecah sikap soal Ukraina. Amerika Serikat setelah kembalinya Donald Trump bahkan telah menangguhkan bantuannya ke Kiev dengan berbagai pertimbangan.
Di sisi lain, AS belakangan juga disebutkan lebih terbuka dengan Rusia. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran di kalangan anggota NATO lainnya karena bisa saja Washington akan beralih haluan dan kehilangan prinsipnya sebagai anggota aliansi.
Itulah beberapa tanda kehancuran NATO yang sudah di depan mata.
Baca juga: AS Minta Ukraina Relakan Wilayah yang Direbut Rusia selama Perang
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah lama menjadi pilar utama keamanan dan pertahanan kolektif bagi negara-negara Barat.
Sejak pendiriannya pada 1949, aliansi militer ini berhasil mempertahankan stabilitas kawasan Eropa dan sekitarnya, terutama dalam menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya.
Namun, di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang, muncul sejumlah tanda yang mengindikasikan potensi NATO melemah, bahkan hancur di masa depan.
Alasannya beragam, termasuk para anggotanya yang memiliki agenda sendiri, serta beberapa lainnya yang meragukan relevansi NATO di era modern.
Tanda Kehancuran NATO di Depan Mata
1. Retaknya Solidaritas Antar Anggota
Sejak didirikan pada 1949, NATO bergantung pada prinsip collective defense atau pertahanan kolektif. Maknanya, serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua.
Namun, kepercayaan antar anggota NATO mulai goyah akibat berbagai perbedaan kepentingan dan ketegangan diplomatik. Contoh mudahnya adalah Amerika Serikat yang sempat menyoroti pembagian beban anggaran pertahanan.
Melansir CBSNews, AS sejak lama memang mengkritik negara-negara anggota lain karena tidak memenuhi target belanja militer yang disepakati dalam NATO.
Sebaliknya, Presiden Donald Trump menyebut AS menanggung beban yang tidak semestinya menghabiskan lebih banyak uang untuk membantu memastikan pertahanan Eropa daripada anggota NATO lainnya.
Saat ini, Trump mendorong para anggota meningkatkan pengeluaran pertahanan domestik mereka hingga setidaknya 5% dari PDB masing-masing.
Ia juga mengancam akan mengurangi komitmen Washington apabila negara-negara lain tidak juga meningkatkan kontribusi mereka.
"Saya katakan jika kalian tidak mau membayar, kami tidak akan membela... jika kalian tidak mau membayar tagihan, kami tidak akan membela kalian," kata Trump, dikutip Selasa (11/3/2025).
2. Potensi Penarikan Anggota Kunci
NATO mungkin memiliki puluhan anggota berbeda. Kendati begitu, mereka hanya punya beberapa anggota kunci termasuk Amerika Serikat.
Baru-baru ini, orang-orang terdekat Presiden AS Donald Trump menyuarakan dukungan bagi Amerika Serikat untuk keluar dari keanggotaan NATO. Salah satunya miliarder Elon Musk.
Terkait alasannya, kontribusi AS pada NATO dinilai tersebut terlalu besar jika dibandingkan anggota lainnya. Hal tersebut dianggap tak adil dan terlalu membebani keuangan negara.
Apabila anggota utama seperti Amerika Serikat memutuskan keluar atau setidaknya mengurangi kontribusi militernya secara drastis, NATO bisa saja kehilangan efektivitasnya. Di kemudian hari, kondisi tersebut juga dapat membawa aliansi menuju jurang kehancuran.
3. Perbedaan Pandangan Strategis di Antara Anggota
Meski sudah bersama sejak lama, tak menutup kemungkinan sesekali terjadi perselisihan di antara anggota NATO. Misalnya, perbedaan pandangan dalam menghadapi ancaman konflik Rusia-Ukraina.
Melansir Euractiv, NATO sejak beberapa tahun lalu mantap mendukung perjuangan Ukraina yang diinvasi Rusia. Mereka juga menjanjikan Kiev akan menjadi anggota aliansi suatu hari nanti.
Namun, memasuki tahun ketiga invasi yang masih berlanjut, para anggota NATO mulai terpecah sikap soal Ukraina. Amerika Serikat setelah kembalinya Donald Trump bahkan telah menangguhkan bantuannya ke Kiev dengan berbagai pertimbangan.
Di sisi lain, AS belakangan juga disebutkan lebih terbuka dengan Rusia. Kondisi tersebut memicu kekhawatiran di kalangan anggota NATO lainnya karena bisa saja Washington akan beralih haluan dan kehilangan prinsipnya sebagai anggota aliansi.
Itulah beberapa tanda kehancuran NATO yang sudah di depan mata.
Baca juga: AS Minta Ukraina Relakan Wilayah yang Direbut Rusia selama Perang
(sya)
Lihat Juga :