Kerusuhan Berlanjut di India, 13 Tewas dan Masjid Ikut Dibakar
A
A
A
NEW DELHI - Sebuah masjid di Ibu Kota India, New Delhi, dibakar massa ketika protes damai yang berujung dengan kerusuhan berlanjut di kota itu pada hari Selasa. Korban tewas telah meningkat dari tujuh menjadi 13 orang.
Masjid Ashok Nagar Delhi dibakar oleh massa yang tidak dikenal. Namun, menurut laporan lokal, masjid itu dikelilingi oleh gerombolan massa yang marah meneriakkan slogan-slogan ultranasionalis India sambil menempatkan "bendera Hanuman" di bagian atas masjid.
Dua jurnalis India, seperti dilaporkan The Week, diserang oleh gerombolan massa ketika mereka melaporkan tentang masjid yang dibakar.
Situs web India, The Wire, melaporkan ada massa yang berteriak "Jai Shri Ram" yang bila diterjemahkan menjadi "hujan es Ram" berkumpul di sekitar masjid yang dibakar.
Media lokal melaporkan bahwa toko-toko di daerah itu juga menjadi sasaran massa. Polisi memberlakukan pembatasan pada pertemuan besar di timur laut Delhi ketika muncul laporan tentang pelemparan batu dan lebih banyak bangunan dibakar.
Sunil Kumar, pengawas medis Guru Teg Bahadur Hospital, tempat korban luka dibawa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 13 orang tewas dalam kekerasan itu, termasuk seorang polisi.
Seorang pejabat lain di rumah sakit, Rajesh Kalra, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 31 orang, termasuk 10 orang yang terluka parah, diterima rumah sakit.
"Sejak kemarin, kami telah memanggil polisi untuk memberlakukan jam malam, guna mengirim bala bantuan," kata Saurabh Sharma, seorang pelajar dari daerah yang dilanda kerusuhan yang membawa temannya yang terluka ke rumah sakit, kepada AFP yang dilansir Rabu (26/2/2020).
Anil Mittal, seorang perwira polisi senior, mengatakan sekitar 150 orang terluka dalam kekerasan yang dimulai ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba dalam kunjungan dua hari ke India.
"Beberapa orang yang dibawa memiliki luka tembak," kata Rajesh Kalra, pengawas medis tambahan di Guru Teg Bahadur Hospital, kepada Reuters saat membicarkan kekerasan.
Kekerasan baru dilaporkan pecah di daerah-daerah berpenduduk Muslim seperti Karawal Nagar, Maujpur, Bhajanpura, Vijay Park dan Yamuna Vihar. Sedangkan batu-batu dilemparkan ke beberapa lingkungan seperti Maujpur.
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengimbau warga untuk menjaga perdamaian setelah pertemuan mendesak para legislator yang baru terpilih di ibu kota.
Kejriwal mengatakan kepada kantor berita ANI bahwa legislator partainya dari daerah yang terkena dampak mengatakan ada "kekurangan parah" petugas polisi.
Bentrokan sejatinya pecah mulai hari Minggu setelah para pendukung Citizenship Amendment Act (Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan) atau CAA, yang disahkan oleh Parlemen Desember lalu, menyerang tempat-tempat protes anti-pemerintah. CAA, yang dijuluki undang-undang "anti-Muslim", telah memicu protes nasional, terutama oleh kalangan Muslim.
Kekerasan dimulai sehari setelah pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, Kapil Mishra, memperingatkan para demonstran anti-CAA agar mengakhiri aksi damai mereka di daerah Jafrabad dan Maujpur di timur laut India.
Pada hari Senin, polisi menggunakan gas air mata dan granat asap untuk membubarkan kerumunan massa yang melempar batu.
Pasar ban, seperti dilaporkan Press Trust of India, dibakar pada hari Senin. Sebuah video yang di-posting di media sosial menunjukkan kerumunan pria juga meneriakkan "Jai Shree Ram" ketika mereka mengamuk.
Beberapa kendaraan dan sebuah truk pemadam kebakaran dibakar di Jafrabad dan Maujpur ketika polisi memberlakukan "perintah larangan" untuk mencegah kekerasan lebih lanjut.
Mittal, pejabat Kepolisian Delhi, mengatakan pada hari Selasa bahwa petugas polisi tambahan telah dikerahkan di distrik timur laut Delhi.
Salah satu petugas polisi termasuk di antara mereka yang tewas dalam kekerasan yang pecah tepat sebelum kunjungan Presiden Trump ke ibu kota.
Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi mengadakan pembicaraan pada hari Selasa di tempat yang terletak beberapa mil jauhnya dari tempat bentrokan terjadi.
Ketegangan di beberapa bagian kota tetap tinggi pada hari Selasa, di mana sekolah-sekolah tetap tutup di beberapa daerah. Setidaknya lima stasiun metro di kota ditutup.
Beberapa wartawan yang meliput kekerasan juga diserang oleh gerombolan massa yang marah di beberapa tempat.
"Dua rekan kerja saya Arvind Gunasekar dan Saurabh Shukla dipukuli habis-habisan oleh massa sekarang di Delhi, mereka hanya berhenti memukuli mereka setelah menyadari bahwa mereka adalah 'orang-orang Hindu kami'. Benar-benar tercela," tulis seorang jurnalis senior Nidhi Razdan di Twitter.
Bentrokan pada hari Senin adalah di antara yang terburuk di New Delhi sejak protes terhadap CAA dimulai pada awal Desember.
Ibu Kota India telah menjadi titik-titik protes terhadap CAA, yang memudahkan jalur non-Muslim dari tiga negara tetangga mayoritas Muslim untuk mendapatkan kewarganegaraan India.
Hal ini menimbulkan tuduhan bahwa Modi, BJP dan kubu nasionalis Hindu-nya merusak etos sekuler India.
BJP membantah ada bias terhadap lebih dari 180 juta Muslim minoritas di India, tetapi para penentang CAA telah melakukan protes dan berkemah di beberapa area di New Delhi selama dua bulan.
Masjid Ashok Nagar Delhi dibakar oleh massa yang tidak dikenal. Namun, menurut laporan lokal, masjid itu dikelilingi oleh gerombolan massa yang marah meneriakkan slogan-slogan ultranasionalis India sambil menempatkan "bendera Hanuman" di bagian atas masjid.
Dua jurnalis India, seperti dilaporkan The Week, diserang oleh gerombolan massa ketika mereka melaporkan tentang masjid yang dibakar.
Situs web India, The Wire, melaporkan ada massa yang berteriak "Jai Shri Ram" yang bila diterjemahkan menjadi "hujan es Ram" berkumpul di sekitar masjid yang dibakar.
Media lokal melaporkan bahwa toko-toko di daerah itu juga menjadi sasaran massa. Polisi memberlakukan pembatasan pada pertemuan besar di timur laut Delhi ketika muncul laporan tentang pelemparan batu dan lebih banyak bangunan dibakar.
Sunil Kumar, pengawas medis Guru Teg Bahadur Hospital, tempat korban luka dibawa, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa 13 orang tewas dalam kekerasan itu, termasuk seorang polisi.
Seorang pejabat lain di rumah sakit, Rajesh Kalra, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa 31 orang, termasuk 10 orang yang terluka parah, diterima rumah sakit.
"Sejak kemarin, kami telah memanggil polisi untuk memberlakukan jam malam, guna mengirim bala bantuan," kata Saurabh Sharma, seorang pelajar dari daerah yang dilanda kerusuhan yang membawa temannya yang terluka ke rumah sakit, kepada AFP yang dilansir Rabu (26/2/2020).
Anil Mittal, seorang perwira polisi senior, mengatakan sekitar 150 orang terluka dalam kekerasan yang dimulai ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba dalam kunjungan dua hari ke India.
"Beberapa orang yang dibawa memiliki luka tembak," kata Rajesh Kalra, pengawas medis tambahan di Guru Teg Bahadur Hospital, kepada Reuters saat membicarkan kekerasan.
Kekerasan baru dilaporkan pecah di daerah-daerah berpenduduk Muslim seperti Karawal Nagar, Maujpur, Bhajanpura, Vijay Park dan Yamuna Vihar. Sedangkan batu-batu dilemparkan ke beberapa lingkungan seperti Maujpur.
Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengimbau warga untuk menjaga perdamaian setelah pertemuan mendesak para legislator yang baru terpilih di ibu kota.
Kejriwal mengatakan kepada kantor berita ANI bahwa legislator partainya dari daerah yang terkena dampak mengatakan ada "kekurangan parah" petugas polisi.
Bentrokan sejatinya pecah mulai hari Minggu setelah para pendukung Citizenship Amendment Act (Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan) atau CAA, yang disahkan oleh Parlemen Desember lalu, menyerang tempat-tempat protes anti-pemerintah. CAA, yang dijuluki undang-undang "anti-Muslim", telah memicu protes nasional, terutama oleh kalangan Muslim.
Kekerasan dimulai sehari setelah pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa, Kapil Mishra, memperingatkan para demonstran anti-CAA agar mengakhiri aksi damai mereka di daerah Jafrabad dan Maujpur di timur laut India.
Pada hari Senin, polisi menggunakan gas air mata dan granat asap untuk membubarkan kerumunan massa yang melempar batu.
Pasar ban, seperti dilaporkan Press Trust of India, dibakar pada hari Senin. Sebuah video yang di-posting di media sosial menunjukkan kerumunan pria juga meneriakkan "Jai Shree Ram" ketika mereka mengamuk.
Beberapa kendaraan dan sebuah truk pemadam kebakaran dibakar di Jafrabad dan Maujpur ketika polisi memberlakukan "perintah larangan" untuk mencegah kekerasan lebih lanjut.
Mittal, pejabat Kepolisian Delhi, mengatakan pada hari Selasa bahwa petugas polisi tambahan telah dikerahkan di distrik timur laut Delhi.
Salah satu petugas polisi termasuk di antara mereka yang tewas dalam kekerasan yang pecah tepat sebelum kunjungan Presiden Trump ke ibu kota.
Trump dan Perdana Menteri India Narendra Modi mengadakan pembicaraan pada hari Selasa di tempat yang terletak beberapa mil jauhnya dari tempat bentrokan terjadi.
Ketegangan di beberapa bagian kota tetap tinggi pada hari Selasa, di mana sekolah-sekolah tetap tutup di beberapa daerah. Setidaknya lima stasiun metro di kota ditutup.
Beberapa wartawan yang meliput kekerasan juga diserang oleh gerombolan massa yang marah di beberapa tempat.
"Dua rekan kerja saya Arvind Gunasekar dan Saurabh Shukla dipukuli habis-habisan oleh massa sekarang di Delhi, mereka hanya berhenti memukuli mereka setelah menyadari bahwa mereka adalah 'orang-orang Hindu kami'. Benar-benar tercela," tulis seorang jurnalis senior Nidhi Razdan di Twitter.
Bentrokan pada hari Senin adalah di antara yang terburuk di New Delhi sejak protes terhadap CAA dimulai pada awal Desember.
Ibu Kota India telah menjadi titik-titik protes terhadap CAA, yang memudahkan jalur non-Muslim dari tiga negara tetangga mayoritas Muslim untuk mendapatkan kewarganegaraan India.
Hal ini menimbulkan tuduhan bahwa Modi, BJP dan kubu nasionalis Hindu-nya merusak etos sekuler India.
BJP membantah ada bias terhadap lebih dari 180 juta Muslim minoritas di India, tetapi para penentang CAA telah melakukan protes dan berkemah di beberapa area di New Delhi selama dua bulan.
(mas)