Pemimpin Partai Israel Sebut Donald Trump Utusan Tuhan untuk Yahudi
loading...

Pemimpin partai Ultra-Ortodoks Shas Israel Aryeh Deri sebut Presiden AS Donald Trump utusan Tuhan untuk orang-orang Yahudi. Foto/Screengrab video USA Today
A
A
A
TEL AVIV - Pemimpin partai Ultra-Ortodoks Shas Israel Aryeh Deri mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah bertindak sebagai utusan Tuhan untuk orang-orang Yahudi.
Komentar itu muncul saat merespons usulan Trump agar Amerika mengambil alih kendali atas Jalur Gaza, Palestina.
Usulan Trump, yang diungkapkan selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Selasa, melibatkan AS yang bertanggung jawab untuk membongkar persenjataan yang tidak meledak, meratakan bangunan yang hancur, dan membangun kembali Gaza.
Baca Juga: Indonesia Tolak Usulan Trump Caplok Gaza dan Usir Warga Palestina
Trump memberi sugesti bahwa Jalur Gaza bisa menjadi tempat yang luar biasa, yang menarik orang-orang dari seluruh dunia.
“Saya tidak ingin bersikap manis. Saya tidak ingin menjadi orang bijak, tetapi—Riviera of the Middle East. Ini bisa jadi sangat luar biasa,” kata Trump.
Reaksi di kalangan politisi Israel sangat antusias.
“Anda bertindak sebagai utusan Tuhan untuk orang-orang Yahudi, dan Anda telah mencapai kesuksesan besar karena pendirian teguh Anda di sisi yang benar dari orang-orang Israel melawan semua musuhnya,” kata Deri, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (6/2/2025).
Baca Juga: Zionis Kobarkan Perang Saudara di Palestina
Netanyahu juga memuji gagasan Trump, dengan mengatakan: “Saya pikir itu adalah sesuatu yang dapat mengubah sejarah, dan ada baiknya benar-benar mengejar ide ini.”
Mantan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir mengungkapkan kegembiraannya di media sosial, dengan menulis: “Donald, ini tampak seperti awal dari persahabatan yang indah.”
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga menyuarakan dukungan, menekankan potensi perubahan positif yang signifikan di wilayah tersebut.
Namun, usulan tersebut telah menuai kritik dunia internasional.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengecam rencana tersebut, dengan menyatakan bahwa hal itu melanggar hukum internasional dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Beberapa negara, termasuk Arab Saudi, Mesir, dan Yordania, juga menolak gagasan tersebut, dan menyebutnya sebagai pembersihan etnis.
Mereka menekankan pentingnya solusi dua negara dan perlunya membangun kembali Gaza tanpa menggusur penduduknya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kembali pendirian Rusia bahwa resolusi konflik Timur Tengah harus didasarkan pada koeksistensi dua negara—Israel dan Palestina.
Usulan Trump juga menuai kecaman dari beberapa pemimpin Uni Eropa, China, Brasil, Australia, dan PBB.
Komentar itu muncul saat merespons usulan Trump agar Amerika mengambil alih kendali atas Jalur Gaza, Palestina.
Usulan Trump, yang diungkapkan selama konferensi pers dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada hari Selasa, melibatkan AS yang bertanggung jawab untuk membongkar persenjataan yang tidak meledak, meratakan bangunan yang hancur, dan membangun kembali Gaza.
Baca Juga: Indonesia Tolak Usulan Trump Caplok Gaza dan Usir Warga Palestina
Trump memberi sugesti bahwa Jalur Gaza bisa menjadi tempat yang luar biasa, yang menarik orang-orang dari seluruh dunia.
“Saya tidak ingin bersikap manis. Saya tidak ingin menjadi orang bijak, tetapi—Riviera of the Middle East. Ini bisa jadi sangat luar biasa,” kata Trump.
Reaksi di kalangan politisi Israel sangat antusias.
“Anda bertindak sebagai utusan Tuhan untuk orang-orang Yahudi, dan Anda telah mencapai kesuksesan besar karena pendirian teguh Anda di sisi yang benar dari orang-orang Israel melawan semua musuhnya,” kata Deri, seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (6/2/2025).
Baca Juga: Zionis Kobarkan Perang Saudara di Palestina
Netanyahu juga memuji gagasan Trump, dengan mengatakan: “Saya pikir itu adalah sesuatu yang dapat mengubah sejarah, dan ada baiknya benar-benar mengejar ide ini.”
Mantan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir mengungkapkan kegembiraannya di media sosial, dengan menulis: “Donald, ini tampak seperti awal dari persahabatan yang indah.”
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga menyuarakan dukungan, menekankan potensi perubahan positif yang signifikan di wilayah tersebut.
Namun, usulan tersebut telah menuai kritik dunia internasional.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengecam rencana tersebut, dengan menyatakan bahwa hal itu melanggar hukum internasional dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina.
Beberapa negara, termasuk Arab Saudi, Mesir, dan Yordania, juga menolak gagasan tersebut, dan menyebutnya sebagai pembersihan etnis.
Mereka menekankan pentingnya solusi dua negara dan perlunya membangun kembali Gaza tanpa menggusur penduduknya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kembali pendirian Rusia bahwa resolusi konflik Timur Tengah harus didasarkan pada koeksistensi dua negara—Israel dan Palestina.
Usulan Trump juga menuai kecaman dari beberapa pemimpin Uni Eropa, China, Brasil, Australia, dan PBB.
(mas)
Lihat Juga :