Iran Akan Perang Habis-habisan jika Israel dan AS Serang Pangkalan Nuklir
loading...

Iran akan perang habis-habisan jika Israel dan AS menyerang pangkalan nuklirnya. Foto/X/@IRIran_Military
A
A
A
TEHERAN - Iran akan segera menanggapi dan tegas jika situs nuklirnya diserang yang akan menyebabkan "perang habis-habisan di kawasan itu." Itu diungkapkan menteri luar negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan kepada Al Jazeera TV.
"Israel dan AS yang melancarkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran akan menjadi salah satu kesalahan historis terbesar yang dapat dilakukan AS," kata Abbas Araghchi melalui seorang penerjemah.
Kekhawatiran telah berkembang di antara para pembuat keputusan utama Iran bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin dalam masa jabatan keduanya memberdayakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang situs nuklir Iran sambil semakin memperketat sanksi AS terhadap industri minyaknya.
Kekhawatiran tersebut, ditambah dengan meningkatnya kemarahan di dalam Iran atas kondisi ekonomi, dapat mendorong Teheran untuk terlibat dalam negosiasi dengan pemerintahan Trump mengenai nasib program nuklirnya yang berkembang pesat.
Araghchi menyarankan bahwa Amerika Serikat dapat melepaskan dana Iran yang diblokir sebagai langkah pertama membangun kepercayaan antara kedua negara yang bermusuhan tersebut.
Baca Juga: Drama dan Strategi Hamas Menata Diri
“Aset dan dana Iran telah dibekukan di berbagai titik oleh AS (yang) belum memenuhi janji sebelumnya (untuk membebaskannya). Hal-hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah AS untuk menciptakan rasa percaya di antara kita,” kata Araghchi.
Pada tahun 2018, Presiden Trump saat itu mengingkari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan sekelompok negara adidaya dunia dan menerapkan kembali sanksi keras AS sebagai bagian dari kebijakan “tekanan maksimum” terhadap negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Teheran melanggar kesepakatan tersebut dengan beberapa cara termasuk dengan mempercepat pengayaan uraniumnya.
Trump telah berjanji untuk kembali ke kebijakan yang ditempuhnya pada masa jabatan sebelumnya, yaitu berupaya menggunakan tekanan ekonomi untuk memaksa negara tersebut merundingkan kesepakatan mengenai program nuklirnya, program rudal balistik, dan kegiatan regionalnya.
"Israel dan AS yang melancarkan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran akan menjadi salah satu kesalahan historis terbesar yang dapat dilakukan AS," kata Abbas Araghchi melalui seorang penerjemah.
Kekhawatiran telah berkembang di antara para pembuat keputusan utama Iran bahwa Presiden AS Donald Trump mungkin dalam masa jabatan keduanya memberdayakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk menyerang situs nuklir Iran sambil semakin memperketat sanksi AS terhadap industri minyaknya.
Kekhawatiran tersebut, ditambah dengan meningkatnya kemarahan di dalam Iran atas kondisi ekonomi, dapat mendorong Teheran untuk terlibat dalam negosiasi dengan pemerintahan Trump mengenai nasib program nuklirnya yang berkembang pesat.
Araghchi menyarankan bahwa Amerika Serikat dapat melepaskan dana Iran yang diblokir sebagai langkah pertama membangun kepercayaan antara kedua negara yang bermusuhan tersebut.
Baca Juga: Drama dan Strategi Hamas Menata Diri
“Aset dan dana Iran telah dibekukan di berbagai titik oleh AS (yang) belum memenuhi janji sebelumnya (untuk membebaskannya). Hal-hal ini dapat dilakukan oleh pemerintah AS untuk menciptakan rasa percaya di antara kita,” kata Araghchi.
Pada tahun 2018, Presiden Trump saat itu mengingkari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan sekelompok negara adidaya dunia dan menerapkan kembali sanksi keras AS sebagai bagian dari kebijakan “tekanan maksimum” terhadap negara tersebut.
Sebagai tanggapan, Teheran melanggar kesepakatan tersebut dengan beberapa cara termasuk dengan mempercepat pengayaan uraniumnya.
Trump telah berjanji untuk kembali ke kebijakan yang ditempuhnya pada masa jabatan sebelumnya, yaitu berupaya menggunakan tekanan ekonomi untuk memaksa negara tersebut merundingkan kesepakatan mengenai program nuklirnya, program rudal balistik, dan kegiatan regionalnya.
(ahm)