Agresi Israel di Tepi Barat Jadi Sinyal Zionis Lebih Suka Perang dari Perdamaian
loading...

Agresi Israel di Tepi Barat menunjukkan Israel suka perang dibandingkan dengan perdamaian. Foto/X/@AbujomaaGaza
A
A
A
GAZA - Agresi Israel di Tepi Barat tidak menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian. Itu diungkapkan Xavier Abu Eid, mantan direktur komunikasi PLO.
Ketika ditanya apakah kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas akan terus berlanjut, Abu Eid menyatakan bahwa Mesir, Qatar, dan AS telah menginvestasikan waktu dan upaya untuk mengamankan kesepakatan tersebut.
“Kita harus mencatat bahwa gencatan senjata merupakan kemenangan besar bagi diplomasi Qatar dan Mesir. Gencatan senjata juga didorong oleh pemerintahan Trump,” katanya, dilansir Al Jazeera.
“Namun, ingatlah bahwa ini hanyalah gencatan senjata. Kita tidak berbicara tentang proses perdamaian di sini, dan kita tidak berbicara tentang apa pun yang melampaui Gaza. Apa yang telah dilakukan Israel selama beberapa hari terakhir, selama beberapa minggu terakhir, sejak gencatan senjata dicapai, adalah mengerahkan seluruh kekuatannya, semua tekanannya, terhadap Tepi Barat yang diduduki,” tambahnya.
“Jadi, jelas, apa yang dilakukan pemerintah Israel bukanlah tindakan pemerintah yang berkomitmen [pada] segala bentuk kesepakatan. Dan mari kita lihat juga catatan yang mereka miliki. Mereka tidak pernah benar-benar melaksanakan perjanjian yang ditandatangani dengan pihak Palestina sejak 1993 hingga sekarang.”
Baca Juga: Bukan Indonesia, Trump Minta Pindahkan Warga Gaza ke Yordania dan Mesir
Apalagi, tentara Israel telah menembak dan melukai seorang anak laki-laki Palestina dari kota Hebron, di Tepi Barat yang diduduki.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa pasukan Israel telah menangkap seorang pria Palestina dari kota Qusra, tenggara Nablus, setelah menggerebek rumahnya.
Sebelumnya, pasukan Israel menewaskan dua warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk seorang gadis berusia dua tahun di Jenin.
Sementara itu, ribuan warga Palestina menunggu dengan penuh semangat untuk kembali ke Gaza utara.
Ketika ditanya apakah kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas akan terus berlanjut, Abu Eid menyatakan bahwa Mesir, Qatar, dan AS telah menginvestasikan waktu dan upaya untuk mengamankan kesepakatan tersebut.
“Kita harus mencatat bahwa gencatan senjata merupakan kemenangan besar bagi diplomasi Qatar dan Mesir. Gencatan senjata juga didorong oleh pemerintahan Trump,” katanya, dilansir Al Jazeera.
“Namun, ingatlah bahwa ini hanyalah gencatan senjata. Kita tidak berbicara tentang proses perdamaian di sini, dan kita tidak berbicara tentang apa pun yang melampaui Gaza. Apa yang telah dilakukan Israel selama beberapa hari terakhir, selama beberapa minggu terakhir, sejak gencatan senjata dicapai, adalah mengerahkan seluruh kekuatannya, semua tekanannya, terhadap Tepi Barat yang diduduki,” tambahnya.
“Jadi, jelas, apa yang dilakukan pemerintah Israel bukanlah tindakan pemerintah yang berkomitmen [pada] segala bentuk kesepakatan. Dan mari kita lihat juga catatan yang mereka miliki. Mereka tidak pernah benar-benar melaksanakan perjanjian yang ditandatangani dengan pihak Palestina sejak 1993 hingga sekarang.”
Baca Juga: Bukan Indonesia, Trump Minta Pindahkan Warga Gaza ke Yordania dan Mesir
Apalagi, tentara Israel telah menembak dan melukai seorang anak laki-laki Palestina dari kota Hebron, di Tepi Barat yang diduduki.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa pasukan Israel telah menangkap seorang pria Palestina dari kota Qusra, tenggara Nablus, setelah menggerebek rumahnya.
Sebelumnya, pasukan Israel menewaskan dua warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, termasuk seorang gadis berusia dua tahun di Jenin.
Sementara itu, ribuan warga Palestina menunggu dengan penuh semangat untuk kembali ke Gaza utara.
Lihat Juga :