Uni Eropa Kuatkan Kemungkinan Donald Trump Menang Pilpres AS
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Uni Eropa (UE) menguatkan kemungkinan Donald Trump akan memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang akan digelar 5 November waktu Amerika.
Untuk itu, blok Eropa tersebut sedang mempersiapkan diri untuk potensi kembalinya Trump ke Gedung Putih.
Respons UE itu diungkap The Washington Post, yang mengutip lebih dari selusin politisi, diplomat, dan pembuat kebijakan Eropa.
Wawancara tersebut menunjukkan bahwa Uni Eropa telah berusaha untuk menurunkan ketergantungannya kepada AS, tidak peduli siapa yang terpilih sebagai presiden.
Namun, berbagai rencana darurat telah dirumuskan untuk menangani situasi jika Trump—calon presiden Partai Republik—benar-benar mengalahkan saingannya dari Partai Demokrat; Kamala Harris.
“Satu hal yang jelas: kami tidak duduk di sini seperti kelinci yang tertangkap di lampu depan. Terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu AS, fokus perhatian AS di masa depan akan semakin pada Indo-Pasifik. Orang Eropa harus melakukan lebih banyak lagi untuk keamanannya," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman Michael Stempfle kepada The Washington Post, yang dilansir Senin (4/11/2024).
Uni Eropa telah mengeksplorasi opsi untuk "pembuktian Trump" perihal keamanan blok tersebut, karena selama pertama kali berkuasa Trump berulang kali menekan sekutu NATO untuk berkontribusi lebih banyak pada keamanan kolektif, dan bahkan mengancam akan keluar dari blok NATO secara keseluruhan.
"Ini adalah fakta bahwa Joe Biden mungkin adalah presiden terakhir yang benar-benar transatlantik dalam pengertian tradisional—dalam hal karakter dan kariernya," kata Wakil Ketua Komite Parlemen Jerman untuk Urusan Luar Negeri Thomas Erndl.
"Itulah sebabnya Eropa harus mengambil lebih banyak tanggung jawab, terutama dalam hal keamanan."
Untuk itu, blok Eropa tersebut sedang mempersiapkan diri untuk potensi kembalinya Trump ke Gedung Putih.
Respons UE itu diungkap The Washington Post, yang mengutip lebih dari selusin politisi, diplomat, dan pembuat kebijakan Eropa.
Wawancara tersebut menunjukkan bahwa Uni Eropa telah berusaha untuk menurunkan ketergantungannya kepada AS, tidak peduli siapa yang terpilih sebagai presiden.
Namun, berbagai rencana darurat telah dirumuskan untuk menangani situasi jika Trump—calon presiden Partai Republik—benar-benar mengalahkan saingannya dari Partai Demokrat; Kamala Harris.
“Satu hal yang jelas: kami tidak duduk di sini seperti kelinci yang tertangkap di lampu depan. Terlepas dari siapa yang memenangkan pemilu AS, fokus perhatian AS di masa depan akan semakin pada Indo-Pasifik. Orang Eropa harus melakukan lebih banyak lagi untuk keamanannya," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Jerman Michael Stempfle kepada The Washington Post, yang dilansir Senin (4/11/2024).
Uni Eropa telah mengeksplorasi opsi untuk "pembuktian Trump" perihal keamanan blok tersebut, karena selama pertama kali berkuasa Trump berulang kali menekan sekutu NATO untuk berkontribusi lebih banyak pada keamanan kolektif, dan bahkan mengancam akan keluar dari blok NATO secara keseluruhan.
"Ini adalah fakta bahwa Joe Biden mungkin adalah presiden terakhir yang benar-benar transatlantik dalam pengertian tradisional—dalam hal karakter dan kariernya," kata Wakil Ketua Komite Parlemen Jerman untuk Urusan Luar Negeri Thomas Erndl.
"Itulah sebabnya Eropa harus mengambil lebih banyak tanggung jawab, terutama dalam hal keamanan."