Awas Perang Dunia III, 13.000 Senjata Nuklir Dimiliki 9 Negara Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi dalam sebuah forum di PBB baru-baru ini mendesak penghapusan total senjata nuklir dunia.
Tanpa menyebut nama, dia mengkritisi kepemilikan sekitar 13.000 senjata nuklir oleh sejumlah negara.
“Sebanyak 13.000 senjata nuklir masih dimiliki oleh beberapa negara, termasuk yang berada di luar NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir)," katanya.
Menlu perempuan pertama Indonesia ini juga menyoroti kekhawatiran global atas mundurnya kesepakatan-kesepakatan pengendalian senjata, meningkatnya retorika nuklir yang agresif, serta kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) yang semakin memperumit risiko nuklir.
"Dalam perkembangan yang suram ini, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah rasa takut terhadap senjata nuklir menjadi jaminan perdamaian? Jawaban Indonesia akan selamanya tidak," tegas Retno.
Kekhawatiran diplomat top Indonesia ini muncul ketika berbagai krisis atau konflik di berbagai belahan dunia sudah mengkhawatirkan, yang setiap saat dapat memicu Perang Dunia III.
Setidaknya ada lima krisis internasional yang dapat memicu Perang Dunia III, yakni krisis Timur Tengah (melibatkan Israel dan Iran), krisis Ukraina (melibatkan Rusia-Ukraina), krisis Laut China Selatan (melibatkan China dan Filipina), krisis Selat Taiwan (melibatkan China-Taiwan), dan krisis Semenanjung Korea (melibatkan Korea Selatan dan Korea Utara).
Menurut Union of Concerned Scientist (UCS), total jumlah senjata nuklir dunia saat ini sekitar 13.000 unit—sama dengan perkiraan Menlu Retno.
Sedangkan perkiraan Asosiasi Kontrol Senjata, jumlahnya 12.100 unit.
Negara ini memiliki 5.748 hulu ledak nuklir, dengan 1.744 di antaranya telah dikerahkan untuk siap tempur.
Senjata-senjata tersebut disimpan di kapal selam dan silo rudal sedalam 80 kaki di lima negara bagian Great Plains. Senjata lainnya disimpan di pangkalan Angkatan Udara, tempat senjata tersebut dapat dimuat ke pesawat pengebom jarak jauh. Seratus bom nuklir AS dikerahkan di pangkalan udara di lima negara NATO di Eropa.
Sekitar setengah dari senjata yang dikerahkan berada dalam kondisi siaga pemicu, yang dapat diluncurkan dengan sangat cepat setelah perintah presiden muncul.
Kekuatan siaga ini mencakup hampir semua dari 400 rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis silo, dan jumlah hulu ledak yang sebanding pada rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM). ICBM dapat diluncurkan dalam beberapa menit; SLBM dalam waktu 15 menit.
Kemampuan destruktif senjata AS sangat beragam. Senjata paling kuat—bom gravitasi B83—lebih dari 80 kali lebih kuat daripada bom yang dijatuhkan di Hiroshima. Senjata terkecil memiliki daya ledak hanya 2 persen dari itu.
Negara inii memiliki 5.580 hulu ledak nuklir, ada pula laporan yang menyebut sekitar 6.000 unit, dengan 1.584 di antaranya telah dikerahkan untuk siap tempur.
Jika digabungkan dengan Amerika Serikat, jumlahnya mencapai lebih dari 90 persen dari total senjata nuklir dunia.
Permusuhan antara Amerika Serikat dan Rusia menjadi alasan utama lambatnya pengurangan senjata nuklir.
Negara ini memiliki 500 hulu ledak nuklir. China mengembangkan senjata nuklir selama Perang Dingin dan sejak itu mempertahankan persenjataan yang relatif sederhana.
Namun, tiga pilar kekuatan nuklirnya, yang juga dikenal sebagai triad nuklirnya, sedang dalam proses penguatan dan perluasan, yang dipelopori oleh pembangunan tiga ladang silo rudal balistik antarbenua (ICBM) di tiga lokasi China barat laut.
Inggris Raya diperkirakan memiliki 120 hingga 225 hulu ledak nuklir yang siap operasional.
Negara ini telah menyebarkan 40 unit di antaranya pada waktu tertentu. Semua senjata ini berbasis laut dan dibawa oleh rudal balistik Trident yang diluncurkan dari kapal selam yang dibeli dari Amerika Serikat.
Prancis memiliki sekitar 290 hulu ledak nuklir yang telah dikerahkan untuk siap temur. Sebagian besar berbasis kapal selam, sedangkan sisanya berbasis rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.
Prancis memandang strategi pencegahannya sebagai pertahanan diri semata, tetapi tidak menutup kemungkinan menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir dalam "keadaan ekstrem untuk membela diri secara sah."
Negara ini memiliki 50 hingga 55 hulu ledak nulir.
Korea Utara bertekad untuk terus memproduksi hulu ledak nuklir dan mengembangkan kemampuan rudal jarak jauh pembawanya.
Perkembangan ini menghadirkan tantangan baru bagi Asia Timur. Amerika Serikat perlu berkoordinasi dengan sekutu-sekutunya di Asia dan China jika ingin melanjutkan perundingan yang produktif dengan Korea Utara, tugas yang makin sulit karena memburuknya hubungan AS-China.
India memiliki sekitar 160 hingga 172 hulu ledak nuklir dan terus memproduksi lebih banyak lagi.
Meskipun konflik yang sudah lama terjadi dengan Pakistan secara historis menjadi fokus program nuklir India, New Delhi juga semakin khawatir tentang hubungannya dengan China.
Hal ini semakin memperumit situasi regional, karena setiap langkah yang diambil India untuk memodernisasi senjata nuklirnya sebagai respons terhadap China pasti akan mengancam Pakistan, dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perlombaan senjata.
Para analis yakin bahwa Pakistan telah terus menambah persenjataannya menjadi 170 hulu ledak nuklir dalam beberapa tahun terakhir dan masih terus memproduksi lebih banyak lagi.
Jumlah dan susunan persenjataannya di masa mendatang kemungkinan besar sangat bergantung pada apa yang dilakukan India. Namun, peningkatan penekanan pada senjata nuklir taktis jarak pendek menimbulkan kekhawatiran bahwa Pakistan mungkin menurunkan ambang batas penggunaan senjata ini.
Israel tidak mengakui memiliki senjata nuklir, tetapi secara umum diterima bahwa negara itu memiliki sekitar 90 hingga 100 unit.
Persenjataannya membuat negara-negara tetangga lainnya lebih tertarik untuk memperoleh teknologi energi nuklir yang, jika dialihkan, dapat memungkinkan mereka membangun senjata nuklir.
Tanpa menyebut nama, dia mengkritisi kepemilikan sekitar 13.000 senjata nuklir oleh sejumlah negara.
“Sebanyak 13.000 senjata nuklir masih dimiliki oleh beberapa negara, termasuk yang berada di luar NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir)," katanya.
Menlu perempuan pertama Indonesia ini juga menyoroti kekhawatiran global atas mundurnya kesepakatan-kesepakatan pengendalian senjata, meningkatnya retorika nuklir yang agresif, serta kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) yang semakin memperumit risiko nuklir.
"Dalam perkembangan yang suram ini, kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah rasa takut terhadap senjata nuklir menjadi jaminan perdamaian? Jawaban Indonesia akan selamanya tidak," tegas Retno.
Kekhawatiran diplomat top Indonesia ini muncul ketika berbagai krisis atau konflik di berbagai belahan dunia sudah mengkhawatirkan, yang setiap saat dapat memicu Perang Dunia III.
Setidaknya ada lima krisis internasional yang dapat memicu Perang Dunia III, yakni krisis Timur Tengah (melibatkan Israel dan Iran), krisis Ukraina (melibatkan Rusia-Ukraina), krisis Laut China Selatan (melibatkan China dan Filipina), krisis Selat Taiwan (melibatkan China-Taiwan), dan krisis Semenanjung Korea (melibatkan Korea Selatan dan Korea Utara).
9 Negara Miliki Senjata Nuklir
Menurut Union of Concerned Scientist (UCS), total jumlah senjata nuklir dunia saat ini sekitar 13.000 unit—sama dengan perkiraan Menlu Retno.
Sedangkan perkiraan Asosiasi Kontrol Senjata, jumlahnya 12.100 unit.
1. Amerika Serikat
Negara ini memiliki 5.748 hulu ledak nuklir, dengan 1.744 di antaranya telah dikerahkan untuk siap tempur.
Senjata-senjata tersebut disimpan di kapal selam dan silo rudal sedalam 80 kaki di lima negara bagian Great Plains. Senjata lainnya disimpan di pangkalan Angkatan Udara, tempat senjata tersebut dapat dimuat ke pesawat pengebom jarak jauh. Seratus bom nuklir AS dikerahkan di pangkalan udara di lima negara NATO di Eropa.
Sekitar setengah dari senjata yang dikerahkan berada dalam kondisi siaga pemicu, yang dapat diluncurkan dengan sangat cepat setelah perintah presiden muncul.
Kekuatan siaga ini mencakup hampir semua dari 400 rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis silo, dan jumlah hulu ledak yang sebanding pada rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM). ICBM dapat diluncurkan dalam beberapa menit; SLBM dalam waktu 15 menit.
Kemampuan destruktif senjata AS sangat beragam. Senjata paling kuat—bom gravitasi B83—lebih dari 80 kali lebih kuat daripada bom yang dijatuhkan di Hiroshima. Senjata terkecil memiliki daya ledak hanya 2 persen dari itu.
2. Rusia
Negara inii memiliki 5.580 hulu ledak nuklir, ada pula laporan yang menyebut sekitar 6.000 unit, dengan 1.584 di antaranya telah dikerahkan untuk siap tempur.
Jika digabungkan dengan Amerika Serikat, jumlahnya mencapai lebih dari 90 persen dari total senjata nuklir dunia.
Permusuhan antara Amerika Serikat dan Rusia menjadi alasan utama lambatnya pengurangan senjata nuklir.
3. China
Negara ini memiliki 500 hulu ledak nuklir. China mengembangkan senjata nuklir selama Perang Dingin dan sejak itu mempertahankan persenjataan yang relatif sederhana.
Namun, tiga pilar kekuatan nuklirnya, yang juga dikenal sebagai triad nuklirnya, sedang dalam proses penguatan dan perluasan, yang dipelopori oleh pembangunan tiga ladang silo rudal balistik antarbenua (ICBM) di tiga lokasi China barat laut.
4. Inggris Raya
Inggris Raya diperkirakan memiliki 120 hingga 225 hulu ledak nuklir yang siap operasional.
Negara ini telah menyebarkan 40 unit di antaranya pada waktu tertentu. Semua senjata ini berbasis laut dan dibawa oleh rudal balistik Trident yang diluncurkan dari kapal selam yang dibeli dari Amerika Serikat.
5. Prancis
Prancis memiliki sekitar 290 hulu ledak nuklir yang telah dikerahkan untuk siap temur. Sebagian besar berbasis kapal selam, sedangkan sisanya berbasis rudal jelajah yang diluncurkan dari udara.
Prancis memandang strategi pencegahannya sebagai pertahanan diri semata, tetapi tidak menutup kemungkinan menjadi yang pertama menggunakan senjata nuklir dalam "keadaan ekstrem untuk membela diri secara sah."
6. Korea Utara
Negara ini memiliki 50 hingga 55 hulu ledak nulir.
Korea Utara bertekad untuk terus memproduksi hulu ledak nuklir dan mengembangkan kemampuan rudal jarak jauh pembawanya.
Perkembangan ini menghadirkan tantangan baru bagi Asia Timur. Amerika Serikat perlu berkoordinasi dengan sekutu-sekutunya di Asia dan China jika ingin melanjutkan perundingan yang produktif dengan Korea Utara, tugas yang makin sulit karena memburuknya hubungan AS-China.
7. India
India memiliki sekitar 160 hingga 172 hulu ledak nuklir dan terus memproduksi lebih banyak lagi.
Meskipun konflik yang sudah lama terjadi dengan Pakistan secara historis menjadi fokus program nuklir India, New Delhi juga semakin khawatir tentang hubungannya dengan China.
Hal ini semakin memperumit situasi regional, karena setiap langkah yang diambil India untuk memodernisasi senjata nuklirnya sebagai respons terhadap China pasti akan mengancam Pakistan, dan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perlombaan senjata.
8. Pakistan
Para analis yakin bahwa Pakistan telah terus menambah persenjataannya menjadi 170 hulu ledak nuklir dalam beberapa tahun terakhir dan masih terus memproduksi lebih banyak lagi.
Jumlah dan susunan persenjataannya di masa mendatang kemungkinan besar sangat bergantung pada apa yang dilakukan India. Namun, peningkatan penekanan pada senjata nuklir taktis jarak pendek menimbulkan kekhawatiran bahwa Pakistan mungkin menurunkan ambang batas penggunaan senjata ini.
9. Israel
Israel tidak mengakui memiliki senjata nuklir, tetapi secara umum diterima bahwa negara itu memiliki sekitar 90 hingga 100 unit.
Persenjataannya membuat negara-negara tetangga lainnya lebih tertarik untuk memperoleh teknologi energi nuklir yang, jika dialihkan, dapat memungkinkan mereka membangun senjata nuklir.
(mas)