Pangeran Mohammed bin Salman: Arab Saudi Tak Akan Berhenti Mendirikan Negara Palestina
loading...
A
A
A
RIYADH - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan tidak akan ada normalisasi hubungan antara kerajaan dan Israel tanpa pembentukan Negara Palestina yang merdeka.
Sang pangeran mengakui bahwa pembicaraan normalisasi hubungan yang didukung Amerika Serikat (AS) antara Arab Saudi dan Israel hampir mencapai solusi sebelum perang Gaza pecah Oktober 2023 lalu.
“Kerajaan tidak akan menghentikan kerja kerasnya yang tak kenal lelah untuk mendirikan Negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa itu,” kata Pangeran Mohammed bin Salman pada hari Rabu, yang dilansir Reuters, Kamis (19/9/2024).
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini juga mengutuk kejahatan pendudukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Menurut dua sumber anonim yang berbicara kepada Reuters, normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel dipandang sebagai prasyarat bagi Riyadh untuk mengamankan pakta pertahanan dengan Washington.
Pengumuman Pangeran Mohammed bin Salman muncul tepat sebelum Majelis Umum PBB akan memberikan suara pada resolusi yang menuntut diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menyebut rancangan resolusi tersebut sebagai "terorisme diplomatik" dan mengkritiknya karena tidak mengecam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di luar Gaza.
Utusan AS Linda Thomas-Greenfield juga menentang resolusi tersebut.
Resolusi tersebut menyerukan Israel untuk mengakhiri tanpa penundaan kehadirannya yang melanggar hukum di wilayah Palestina yang diduduki paling lambat 12 bulan dari sekarang, dan memberikan ganti rugi kepada warga Palestina atas kerusakan yang disebabkan oleh pendudukan.
Resolusi tersebut diadopsi dengan 124 suara mendukung, 12 suara menentang, dan 43 suara abstain.
Israel menyalahkan serangan Hamas atas tewasnya 1.200 orang dan mengatakan 250 orang lainnya disandera.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 41.000 warga Palestina telah tewas dalam operasi militer Israel sejak saat itu, sementara lebih dari 95.000 orang lainnya terluka.
Sang pangeran mengakui bahwa pembicaraan normalisasi hubungan yang didukung Amerika Serikat (AS) antara Arab Saudi dan Israel hampir mencapai solusi sebelum perang Gaza pecah Oktober 2023 lalu.
“Kerajaan tidak akan menghentikan kerja kerasnya yang tak kenal lelah untuk mendirikan Negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa itu,” kata Pangeran Mohammed bin Salman pada hari Rabu, yang dilansir Reuters, Kamis (19/9/2024).
Putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini juga mengutuk kejahatan pendudukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina.
Menurut dua sumber anonim yang berbicara kepada Reuters, normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel dipandang sebagai prasyarat bagi Riyadh untuk mengamankan pakta pertahanan dengan Washington.
Pengumuman Pangeran Mohammed bin Salman muncul tepat sebelum Majelis Umum PBB akan memberikan suara pada resolusi yang menuntut diakhirinya pendudukan Israel atas wilayah Palestina.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon menyebut rancangan resolusi tersebut sebagai "terorisme diplomatik" dan mengkritiknya karena tidak mengecam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di luar Gaza.
Utusan AS Linda Thomas-Greenfield juga menentang resolusi tersebut.
Resolusi tersebut menyerukan Israel untuk mengakhiri tanpa penundaan kehadirannya yang melanggar hukum di wilayah Palestina yang diduduki paling lambat 12 bulan dari sekarang, dan memberikan ganti rugi kepada warga Palestina atas kerusakan yang disebabkan oleh pendudukan.
Resolusi tersebut diadopsi dengan 124 suara mendukung, 12 suara menentang, dan 43 suara abstain.
Israel menyalahkan serangan Hamas atas tewasnya 1.200 orang dan mengatakan 250 orang lainnya disandera.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 41.000 warga Palestina telah tewas dalam operasi militer Israel sejak saat itu, sementara lebih dari 95.000 orang lainnya terluka.
(mas)