Gaza Hancur Lebur, Negara Mayoritas Muslim Ini Beli Satelit Mata-mata Israel Rp16 Triliun
loading...
A
A
A
GAZA - Kerajaan Maroko, negara mayoritas Muslim, bersiap untuk mengakuisisi satelit mata-mata dari Industri Dirgantara Israel (IAI) dalam sebuah kesepakatan senilai USD1 miliar (lebih dari Rp16 triliun).
Media lokal di kerajaan telah melaporkan kesepakatan pembelian satelit tersebut, kemarin, di saat wilyah Jalur Gaza di Palestina hancur lebur diinvasi militer Zionis Israel.
Laporan muncul sehari setelah perusahaan Israel mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak senilai USD1 miliar untuk memasok salah satu sistemnya kepada “pihak ketiga” yang tidak disebutkan secara spesifik, dan menambahkan bahwa “tanggal penyelesaian kesepakatan yang diharapkan adalah tahun 2029.”
Perusahaan tersebut, yang memproduksi sistem pertahanan rudal dan drone yang digunakan oleh tentara pendudukan Zionis sebagai bagian dari perangnya di Jalur Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada otoritas pengatur Israel bahwa kesepakatan tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan selama periode lima tahun.
Situs berita Maroko; Le Desk dan Le360, mengutip sumber Israel di Rabat yang mengatakan bahwa kontrak tersebut menetapkan bahwa perusahaan akan menyediakan satelit mata-mata Ofek 13—yang akan menggantikan dua satelit yang diproduksi oleh Airbus dan Thales.
Kepala misi Israel di Rabat dan Kementerian Luar Negeri Maroko tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters, Jumat (12/7/2024).
Pada tahun 2021, Israel dan Maroko menandatangani perjanjian pertahanan yang mencakup intelijen, kerja sama industri, dan pengadaan militer.
Perusahaan Industri Dirgantara Israel memberi tahu Bursa Efek Tel Aviv pada hari Selasa bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan untuk memasok peralatan militer senilai USD1 miliar selama jangka waktu sekitar lima tahun dengan negara yang diidentifikasi sebagai “pihak ketiga.”
Media Israel; Yedioth Ahronoth, mengungkapkan pada hari Selasa bahwa Ketua Dewan Direksi Israel Aerospace Industries Corporation, mantan Menteri Keamanan dan mantan ketua Partai Buruh, Amir Peretz, saat ini mengunjungi Maroko, dan mengungkapkan prediksi bahwa dia ada di sana untuk menandatangani kesepakatan tersebut.
Surat kabar tersebut juga mengutip sumber informasi yang mengatakan, “Permintaan global untuk semua jenis peralatan militer dan dari semua perusahaan berada pada puncaknya.”
“Ada pembicaraan mengenai perlombaan senjata Barat dalam menghadapi ancaman poros kejahatan. Ini adalah peluang emas bagi industri militer Israel karena peralatan dan teknologi mereka telah terbukti efektif di medan perang—dalam perang di Gaza,” lanjut laporan tersebut.
Lihat Juga: Pejabat Israel Murka ICC Rilis Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Pakar Hukum Memujinya
Media lokal di kerajaan telah melaporkan kesepakatan pembelian satelit tersebut, kemarin, di saat wilyah Jalur Gaza di Palestina hancur lebur diinvasi militer Zionis Israel.
Laporan muncul sehari setelah perusahaan Israel mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak senilai USD1 miliar untuk memasok salah satu sistemnya kepada “pihak ketiga” yang tidak disebutkan secara spesifik, dan menambahkan bahwa “tanggal penyelesaian kesepakatan yang diharapkan adalah tahun 2029.”
Perusahaan tersebut, yang memproduksi sistem pertahanan rudal dan drone yang digunakan oleh tentara pendudukan Zionis sebagai bagian dari perangnya di Jalur Gaza, mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada otoritas pengatur Israel bahwa kesepakatan tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan selama periode lima tahun.
Situs berita Maroko; Le Desk dan Le360, mengutip sumber Israel di Rabat yang mengatakan bahwa kontrak tersebut menetapkan bahwa perusahaan akan menyediakan satelit mata-mata Ofek 13—yang akan menggantikan dua satelit yang diproduksi oleh Airbus dan Thales.
Kepala misi Israel di Rabat dan Kementerian Luar Negeri Maroko tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters, Jumat (12/7/2024).
Pada tahun 2021, Israel dan Maroko menandatangani perjanjian pertahanan yang mencakup intelijen, kerja sama industri, dan pengadaan militer.
Perusahaan Industri Dirgantara Israel memberi tahu Bursa Efek Tel Aviv pada hari Selasa bahwa mereka telah menandatangani kesepakatan untuk memasok peralatan militer senilai USD1 miliar selama jangka waktu sekitar lima tahun dengan negara yang diidentifikasi sebagai “pihak ketiga.”
Media Israel; Yedioth Ahronoth, mengungkapkan pada hari Selasa bahwa Ketua Dewan Direksi Israel Aerospace Industries Corporation, mantan Menteri Keamanan dan mantan ketua Partai Buruh, Amir Peretz, saat ini mengunjungi Maroko, dan mengungkapkan prediksi bahwa dia ada di sana untuk menandatangani kesepakatan tersebut.
Surat kabar tersebut juga mengutip sumber informasi yang mengatakan, “Permintaan global untuk semua jenis peralatan militer dan dari semua perusahaan berada pada puncaknya.”
“Ada pembicaraan mengenai perlombaan senjata Barat dalam menghadapi ancaman poros kejahatan. Ini adalah peluang emas bagi industri militer Israel karena peralatan dan teknologi mereka telah terbukti efektif di medan perang—dalam perang di Gaza,” lanjut laporan tersebut.
Lihat Juga: Pejabat Israel Murka ICC Rilis Surat Perintah Penangkapan Netanyahu, Pakar Hukum Memujinya
(mas)