Rekontekstualisasi Semangat Jihad untuk Akhiri Gerakan Radikalisme dan Terorisme

Kamis, 11 Juli 2024 - 23:57 WIB
loading...
Rekontekstualisasi Semangat...
Mantan pentolan kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Muhammad Saifuddin Umar alias Abu Fida. FOTO/IST
A A A
JAKARTA - Mantan pentolan kelompok Jamaah Islamiyah (JI), Muhammad Saifuddin Umar alias Abu Fida menanggapi bubarnya organisasi JI. Menurtunya, sebagai seorang Muslim, umat diajari untuk menilai sesuatu berdasarkan yang tampak. Dia menambahkan, hanya Allah-lahah yang mengetahui segala perkara yang tidak tampak secara lahiriah.

"Kita sebagai seorang muslim hanya mampu membaca secara zahirnya (yang tampak/lahiriahnya). Nabi Muhammad mengajari kita untuk menilai orang, komunitas, atau apapun kelompoknya itu dengan apa yang tampak atau bisa dilihat mata. Jadi secara batin atau niat dari seseorang, hanya Allah yang mau tahu," kata Abu Fida di Surabaya, Kamis (11/7/2024).

Publik paham bahwa kelompok JI dikenal sebagai kelompok yang berpaham ekstrem dan menghalalkan kekerasan. Kelompok ini telah terbukti terlibat pada peristiwa Bom Bali I dan II, serta serangkaian teror bom pada akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an. Menurut Abu Fida, orang yang memiliki pemahaman atau ideologi yang sarat dengan kekerasan tentu butuh proses yang berkesinambungan untuk membuatnya menjadi normal dan terbuka pada perbedaan.

Ia percaya menghilangkan pemahaman berbahaya ini memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan melibatkan masyarakat untuk memperjuangkan keadilan dan kebersamaan, sehingga lingkungan tempat tinggal bisa menerima kembali para mantan napiter, serta kehidupan bermasyarakat bisa berjalan dengan sediakala.

Selain itu, mantan napiter juga perlu membentuk kesadaran diri tentang pentingnya toleransi dan moderasi beragama melalui banyak berdiskusi dan berdialog, untuk menemukan kebenaran sejati. Ini semua dilakukan agar mantan napiter tidak kembali terjebak pada pola kekerasan sebelumnya yang hanya menjadikan agama sebagai pembenaran atas agenda atau tindakan brutalnya.

Abu Fida juga membahas tindakan Siska Nur Azizah, pelaku teror Mako Brimob 2018, yang baru-baru ini secara sukarela berikrar setia pada NKRI. Terlepas dari kontroversi tentang niat Siska Nur Azizah mengucapkan ikrar setia, Abu Fida menegaskan pentingnya berpikir positif dan menilai sesuatu berdasarkan kondisi lahiriahnya.

"Selama tidak ada bukti otentik bahwa Siska akan kembali ke pemikiran lamanya, kita harus menerima ikrarnya sebagai niat yang tulus," katanya.

Mengulas perubahan pola pergerakan terorisme di Indonesia, Abu Fida mengatakan sebenarnya jauh sebelum belakangan ini tersiar kabar JI dibubarkan, sudah ada banyak napiter yang terafiliasi dengan JI menyatakan insyaf.

"Bahwa tahun 2023 bisa dikatakan sebagai zero attack of terrorism atau tidak adanya serangan teroris. Ini bisa dianggap sebagai implikasi dari pembubaran JI, yang sebenarnya sudah beberapa kali terjadi penangkapan terhadap anggotanya, dan ikrar setia pada NKRI yang diucapkan oleh mantan anggota JI seperti Siska Nur Azizah," katanya.

Abu Fida juga menekankan pentingnya rekontekstualisasi atau penafsiran ulang ayat-ayat perintah berjihad dalam ajaran Islam agar sesuai dengan semangat NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ijtihad Tepuk Nyamuk:...
Ijtihad 'Tepuk Nyamuk': Logika Radikal-Terorisme
Grand Syeikh Al-Azhar...
Grand Syeikh Al-Azhar Mesir Apresiasi Baznas Konsisten Bantu Palestina
Yusril Sebut Pemulangan...
Yusril Sebut Pemulangan Reynhard Sinaga dan Hambali bukan Prioritas Pemerintah
ICITES 2025, Pertukaran...
ICITES 2025, Pertukaran Pengetahuan soal Terorisme di Eropa, Asia, dan Afrika
Luncurkan World Terrorism...
Luncurkan World Terrorism Index, ReCURE Berharap Perkuat Pemahaman Ancaman Terorisme
Waspadai Narasi Kemenangan...
Waspadai Narasi Kemenangan Mujahid atas Runtuhnya Bashar Al-Assad
Kembali ke NKRI, JI...
Kembali ke NKRI, JI Serahkan Puluhan Kilogram Peledak, Detonator, hingga Granat
Jamaah Islamiyah Resmi...
Jamaah Islamiyah Resmi Membubarkan Diri, Kapolri Apresiasi Densus 88 dan BNPT
Akademisi UI Minta Masyarakat...
Akademisi UI Minta Masyarakat Waspadai Ajakan Berjihad ke Suriah
Rekomendasi
Ratusan Pemudik dari...
Ratusan Pemudik dari Sumatera Mulai Kembali ke Pulau Jawa
Antisipasi Eskalasi...
Antisipasi Eskalasi dengan NATO, Putin Panggil 160.000 Pemuda untuk Wajib Militer
7 Perguruan Tinggi di...
7 Perguruan Tinggi di Indonesia yang Punya Hutan Kampus, Luasnya Berhektare-hektare
Berita Terkini
Hadapi Arus Balik, Jasa...
Hadapi Arus Balik, Jasa Marga Siapkan Pengalihan Lalin dari Transjawa ke Jakarta
9 jam yang lalu
Lebaran: Diplomasi,...
Lebaran: Diplomasi, Solidaritas, dan Harapan bagi Peradaban Global
10 jam yang lalu
Budi Arie Sowan ke Jokowi,...
Budi Arie Sowan ke Jokowi, Dapat Pesan soal Koperasi Desa Merah Putih
12 jam yang lalu
2 Makna Silaturahmi...
2 Makna Silaturahmi Didit Prabowo ke Mega, SBY, dan Jokowi
12 jam yang lalu
228 Kecelakaan Terjadi...
228 Kecelakaan Terjadi saat Lebaran, 22 Orang Tewas, 287 Luka-luka
12 jam yang lalu
Gempa Besar M6,3 Guncang...
Gempa Besar M6,3 Guncang Maluku Barat Daya, Begini Analisa BMKG
14 jam yang lalu
Infografis
Empat Indikator Uni...
Empat Indikator Uni Eropa Bersiap untuk Perang Besar
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved