6 Keuntungan Vietnam dengan Kunjungan Putin, dari Senjata hingga Meningkatkan Kekuatan Geopolitik
loading...
A
A
A
Sejak invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022, Rusia menjadi jauh lebih bergantung secara ekonomi dan geostrategis pada Tiongkok. Memang sudah lama ada dugaan bahwa Beijing telah menekan Rusia untuk tidak menjual rudal BrahMos ke Vietnam.
Kini terdapat kekhawatiran bahwa hilangnya dukungan Rusia akan membuat Vietnam mempunyai pilihan strategis yang lebih sedikit.
Foto/AP
Negara-negara Barat mungkin tidak terlalu bersemangat untuk mengambil tindakan dan secara terbuka menekan Vietnam seiring dengan semakin besarnya pengaruh geopolitik Vietnam di Asia. Namun, mereka bisa menggunakan hubungan ekonomi untuk mencoba menjauhkan Hanoi dari Moskow.
Perdagangan Vietnam dengan Rusia sangat minim, yaitu sekitar USD3,63 miliar pada tahun lalu, sangat kontras jika dibandingkan dengan hubungan dagang Vietnam dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang masing-masing bernilai USD124 miliar dan USD63 miliar.
Sebelum kedatangan Putin, juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa "tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya dan membiarkannya menormalkan kekejamannya."
Kini terdapat kekhawatiran bahwa hilangnya dukungan Rusia akan membuat Vietnam mempunyai pilihan strategis yang lebih sedikit.
6. Memanfaatkan Kekuatan Geopolitik
Foto/AP
Negara-negara Barat mungkin tidak terlalu bersemangat untuk mengambil tindakan dan secara terbuka menekan Vietnam seiring dengan semakin besarnya pengaruh geopolitik Vietnam di Asia. Namun, mereka bisa menggunakan hubungan ekonomi untuk mencoba menjauhkan Hanoi dari Moskow.
Perdagangan Vietnam dengan Rusia sangat minim, yaitu sekitar USD3,63 miliar pada tahun lalu, sangat kontras jika dibandingkan dengan hubungan dagang Vietnam dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa, yang masing-masing bernilai USD124 miliar dan USD63 miliar.
Sebelum kedatangan Putin, juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa "tidak ada negara yang boleh memberikan platform kepada Putin untuk mempromosikan perang agresinya dan membiarkannya menormalkan kekejamannya."
(ahm)