AS Terkejut dengan Kecepatan Rusia Bangun Aliansi Baru
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Kemitraan keamanan Rusia dengan China, Korea Utara (Korut), dan “musuh-musuh” Amerika Serikat (AS) lainnya tidak diantisipasi oleh Washington, menurut laporan Wall Street Journal (WSJ).
WSJ mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya terkait masalah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani kemitraan strategis dan perjanjian pertahanan bersama dengan Republik Demokratik Rakyat Korea (Korut) pada Rabu (19/6/2024), sebelum terbang ke Vietnam.
Kunjungan Putin ke China bulan lalu mendorong salah satu pembuat kebijakan AS untuk menyatakan upaya Amerika selama puluhan tahun untuk memisahkan Moskow dan Beijing telah sia-sia.
“Kecepatan dan kedalaman perluasan hubungan keamanan yang melibatkan musuh AS terkadang mengejutkan para analis intelijen Amerika. Rusia dan negara-negara lain telah mengesampingkan perselisihan bersejarah untuk bersama-sama melawan apa yang mereka anggap sebagai sistem global yang didominasi AS, menurut mereka,” ungkap laporan WSJ pada Rabu.
Washington menuduh Pyongyang “mengirim pekerja ke Rusia untuk membantu jalur produksi senjata,” serta menjual rudal dan peluru artileri ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina.
AS juga percaya China telah memungkinkan industri militer Rusia menghindari sanksi Barat, dengan mengirimkan “peralatan ganda dalam jumlah besar, termasuk peralatan mesin, mikroelektronik… optik untuk tank dan kendaraan lapis baja, dan mesin turbo untuk rudal jelajah,” menurut sumber AS pada WSJ.
Mereka juga menuduh China telah membantu Rusia “meningkatkan kemampuan satelit dan ruang angkasa lainnya untuk digunakan di Ukraina.”
Beijing menolak tuduhan AS, menyebut sanksi tersebut sepihak dan tidak sah, serta menuduh Washington munafik karena memicu konflik dengan mempersenjatai dan memasok Kiev.
“Iran telah menjadi pemasok senjata utama Rusia,” ungkap pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya kepada Journal, menuduh Teheran membantu membangun satu pabrik di Wilayah Tatarstan yang mampu membuat ribuan drone Shahed-136.
“Perluasan hubungan keamanan Rusia dengan DPRK, China, dan Iran tidak berarti aliansi militer seperti NATO, namun tampaknya merupakan serangkaian pertukaran bilateral,” ungkap sejumlah sumber Amerika yang tidak disebutkan namanya kepada Journal.
“Transfer teknologi melibatkan risiko peningkatan kemampuan jangka panjang semua negara yang terlibat, sehingga mengancam AS,” papar mereka.
Awal bulan ini, di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, Putin mengumumkan strategi hubungan ekonomi Rusia dengan ‘Global Selatan’ akan melibatkan kemitraan berdasarkan “transfer teknologi dan kompetensi daripada kontrol pasar.”
Moskow juga mengisyaratkan akan beralih ke negara-negara ‘Global Selatan’, yang telah diasingkan oleh perilaku Barat dalam konflik di Ukraina.
Upaya AS dan sekutunya untuk mengisolasi Rusia telah mengalami “kegagalan total,” menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Februari.
WSJ mengutip sumber intelijen yang tidak disebutkan namanya terkait masalah tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani kemitraan strategis dan perjanjian pertahanan bersama dengan Republik Demokratik Rakyat Korea (Korut) pada Rabu (19/6/2024), sebelum terbang ke Vietnam.
Kunjungan Putin ke China bulan lalu mendorong salah satu pembuat kebijakan AS untuk menyatakan upaya Amerika selama puluhan tahun untuk memisahkan Moskow dan Beijing telah sia-sia.
“Kecepatan dan kedalaman perluasan hubungan keamanan yang melibatkan musuh AS terkadang mengejutkan para analis intelijen Amerika. Rusia dan negara-negara lain telah mengesampingkan perselisihan bersejarah untuk bersama-sama melawan apa yang mereka anggap sebagai sistem global yang didominasi AS, menurut mereka,” ungkap laporan WSJ pada Rabu.
Washington menuduh Pyongyang “mengirim pekerja ke Rusia untuk membantu jalur produksi senjata,” serta menjual rudal dan peluru artileri ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina.
AS juga percaya China telah memungkinkan industri militer Rusia menghindari sanksi Barat, dengan mengirimkan “peralatan ganda dalam jumlah besar, termasuk peralatan mesin, mikroelektronik… optik untuk tank dan kendaraan lapis baja, dan mesin turbo untuk rudal jelajah,” menurut sumber AS pada WSJ.
Mereka juga menuduh China telah membantu Rusia “meningkatkan kemampuan satelit dan ruang angkasa lainnya untuk digunakan di Ukraina.”
Beijing menolak tuduhan AS, menyebut sanksi tersebut sepihak dan tidak sah, serta menuduh Washington munafik karena memicu konflik dengan mempersenjatai dan memasok Kiev.
“Iran telah menjadi pemasok senjata utama Rusia,” ungkap pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya kepada Journal, menuduh Teheran membantu membangun satu pabrik di Wilayah Tatarstan yang mampu membuat ribuan drone Shahed-136.
“Perluasan hubungan keamanan Rusia dengan DPRK, China, dan Iran tidak berarti aliansi militer seperti NATO, namun tampaknya merupakan serangkaian pertukaran bilateral,” ungkap sejumlah sumber Amerika yang tidak disebutkan namanya kepada Journal.
“Transfer teknologi melibatkan risiko peningkatan kemampuan jangka panjang semua negara yang terlibat, sehingga mengancam AS,” papar mereka.
Awal bulan ini, di Forum Ekonomi Internasional St Petersburg, Putin mengumumkan strategi hubungan ekonomi Rusia dengan ‘Global Selatan’ akan melibatkan kemitraan berdasarkan “transfer teknologi dan kompetensi daripada kontrol pasar.”
Moskow juga mengisyaratkan akan beralih ke negara-negara ‘Global Selatan’, yang telah diasingkan oleh perilaku Barat dalam konflik di Ukraina.
Upaya AS dan sekutunya untuk mengisolasi Rusia telah mengalami “kegagalan total,” menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Februari.
(sya)