Hizbullah Kirim Pesan Keras dengan Serang Baterai Iron Dome Israel

Jum'at, 07 Juni 2024 - 21:35 WIB
loading...
Hizbullah Kirim Pesan...
Hizbullah bisa menyerang baterai Iron Dome Israel di dekat perbatasan Lebanon. Foto/REUTERS
A A A
BEIRUT - Serangan Hizbullah terhadap baterai Iron Dome Israel awal pekan ini adalah pesan keras yang paling jelas sejak dimulainya perang di perbatasan Israel-Lebanon tahun lalu.

Pendapat itu diungkap seorang analis militer. Pada Rabu (5/6/2024), kelompok Lebanon tersebut menyerang peluncur Iron Dome di Ramot Naftali, sekitar 3 km dari perbatasan Lebanon, dan merilis rekaman yang menunjukkan satu rudal berpemandu terbang ke sistem pertahanan udara Israel.

Video serangan tersebut, yang dipublikasikan pada Kamis, tidak menunjukkan apakah peluncur Iron Dome rusak atau hancur.

Tentara Israel mengatakan tidak mengetahui adanya kerusakan pada peluncur Iron Dome miliknya. Namun, rekaman tersebut telah dilokasikan secara geografis dan para ahli mengatakan rekaman tersebut tampak asli.

Analis militer Mustafa Asaad mengatakan, “Hizbullah secara bertahap telah mengungkapkan sampel kecil senjata yang dimilikinya, yang menyampaikan kepada Israel bahwa mereka bersedia memainkan permainan terakhir ketika diperlukan."

Selama konflik saat ini, yang berlangsung sejak 7 Oktober, Hizbullah telah mengerahkan tiga jenis rudal baru berpemandu presisi, yang dikenal sebagai Almas, atau Diamond.

Menurut Asaad, keluarga rudal Almas direkayasa ulang berdasarkan rudal Spike Israel yang direbut selama perang Israel-Lebanon 2006 dan dikembangkan oleh Iran.

Rudal Almas dapat mengunci targetnya sejak awal atau dipandu dari jarak jauh oleh operator dengan presisi tinggi.

Menurut pusat penelitian Israel Alma, senjata ini menimbulkan tantangan serius bagi sebagian besar target stasioner dan bergerak di wilayah perbatasan.

Asaad mengatakan Hizbullah kemungkinan menargetkan unit Iron Dome dengan Almas 3, yang memiliki jangkauan dan optik yang lebih baik, dan hulu ledak penghancur yang lebih besar daripada versi 1 dan 2.

"Almas 3 tidak diragukan lagi merupakan senjata serius yang tidak dapat dilawan oleh Israel. Rudal ini dipandu sistem pemandu elektro-optik yang terhubung ke kabel relai serat optik, sehingga mustahil untuk diganggu atau dilawan," ungkap analis tersebut.

Israel telah menggunakan Iron Dome untuk mencegat roket yang ditembakkan Hamas dan Hizbullah sejak diperkenalkan pada tahun 2011, sebagian besar sebagai respons terhadap perang tahun 2006.

Sistem ini menembak jatuh roket jarak pendek dengan menggunakan rudal pencegat Tamir dan teknologi radar.

Sistem ini telah menjadi bagian integral dari persenjataan pertahanan Israel dan mahal untuk dioperasikan terhadap ancaman yang datang yang jauh lebih murah.

Setiap baterai Iron Dome, yang terdiri dari tiga hingga empat peluncur, dapat menghabiskan biaya hingga USD100 juta.

Israel mengklaim tingkat intersepsi Iron Dome sekitar 90%, meskipun beberapa ahli memperkirakan angka itu hanya mendekati 80%.

Pesan Pencegahan


Penggunaan persenjataan yang lebih canggih oleh Hizbullah, termasuk rudal Almas, pesawat nirawak yang mampu menembakkan rudal, dan pesawat nirawak peledak, telah menimbulkan kekhawatiran dalam militer Israel.

Asaad mengatakan meskipun teknologi pertahanan canggih Israel memungkinkannya melawan rudal jarak jauh Iran karena efektivitas deteksi radar jarak jauhnya, serangan jarak dekat Hizbullah jauh lebih sulit dideteksi dengan cukup cepat atau dilawan secara efektif.

“Hizbullah dan Iran mengirimkan pesan pencegahan yang paling jelas kepada Israel. Hal ini menempatkan pemerintah ekstremis Israel di bawah ancaman yang tidak dapat mereka lawan dengan sesungguhnya,” ungkap dia.

Hizbullah baru-baru ini menunjukkan berbagai jenis senjata yang dimiliki di gudang senjatanya, yang diperkirakan menampung 130.000 roket dan rudal.

Selama dua pekan terakhir, mereka menembak jatuh pesawat nirawak pengintai besar, Hermes 900, dengan rudal permukaan-ke-udara dan untuk pertama kalinya meluncurkan satu skuadron pesawat nirawak peledak ke markas militer Israel di Galilea.

Pada Rabu, Hizbullah mengklaim serangan pesawat nirawak "kamikaze" terhadap posisi militer di kota Hurfeish, 3 km dari perbatasan, yang menewaskan seorang prajurit dan melukai 12 tentara lainnya.

Serangan itu menyusul kunjungan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu ke wilayah utara Israel, di mana dia memperingatkan Israel siap untuk tindakan yang sangat kuat.

Pada akhir Mei, Hizbullah mengerahkan jenis senjata baru, pesawat nirawak bersenjata yang dilengkapi dengan dua roket S-5, pada posisi militer di kota Metula di Israel utara, menandai serangan udara pertamanya terhadap Israel.

"Di masa lalu, senjata apa pun dapat dilawan, tetapi saat ini Hizbullah berdiri dengan teknologi canggih seperti pesawat nirawak dan peluru kendali yang kebal terhadap teknologi Israel," ujar Asaad.

Analis tersebut yakin hal ini telah mendorong Israel meningkatkan retorika perang terhadap Lebanon dalam beberapa hari terakhir.

"Israel tiba-tiba menemukan dirinya dalam konflik terbuka yang tidak dapat dilawan oleh angkatan udara atau serangan udara intensif," papar dia.

"Seluruh garis depan utara menimbulkan ancaman kritis terhadap semua pangkalan yang berdekatan dengan perbatasan dan penindasan tidak mungkin lagi dilakukan," pungkas dia.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1314 seconds (0.1#10.140)