Soal Masa Depan Perjanjian Nuklir 2015, Iran Tunggu Hasil Pilpres AS

Rabu, 19 Agustus 2020 - 15:07 WIB
loading...
Soal Masa Depan Perjanjian Nuklir 2015, Iran Tunggu Hasil Pilpres AS
Foto/Ilustrasi/Sindonews
A A A
TEHERAN - Beberapa pejabat Iran mengatakan nasib perjanjian nuklir 2015 antara negara itu dengan kekuatan dunia bergantung pada hasil pemilu presiden Amerika Serikat (AS) . Mereka mengesampingkan ancaman AS untuk mengaktifkan klausul "snapback" alias menghidupkan kembali semua sanksi PBB terhadap Teheran.

Iran sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mempertahankan perjanjian nuklir 2015 jika salah satu pihak memicu klausul snapback di Dewan Keamanan PBB.

Pemerintah Presiden AS Donald Trump berencana untuk mengaktifkan klausul snapback setelah resolusi mereka untuk memperpanjang embargo senjata berujung pada kegagalan. AS sendiri telah memutuskan keluar dari perjanjian tersebut dan langkah itu ditentang oleh pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian yaitu Jerman, Inggris, Prancis, Rusia, China dan Iran.(Baca: Ogah Hadiri KTT Iran Bentukan Putin, Trump Pilih Aktifkan Klausul Snapback )

Namun terlepas dari deklarasi Teheran lima tahun lalu, tiga pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa kepemimpinan Iran bertekad untuk tetap berkomitmen pada kesepakatan nuklir. Iran berharap pesaing Trump, Joe Biden, menang dalam pemilihan presiden 3 November mendatang dan menyelamatkan pakta tersebut.

"Saat ini keputusannya adalah tetap dalam kesepakatan bahkan jika Amerika membuat kesalahan terbesar mereka dengan memicu mekanisme snapback," kata seorang pejabat senior, tanpa menyebut nama, yang terlibat dalam diskusi tentang kebijakan nuklir Iran.

"Kami akan tetap di sini (mempertahankan perjanjian), tetapi Trump mungkin tidak akan berada di Gedung Putih dalam beberapa bulan," kata pejabat itu lagi seperti dikutip dari Reuters, Rabu (19/8/2020).

Biden sendiri mengatakan dia akan membahwa AS bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir, tetapi hanya jika Iran lebih dulu kembali mematuhinya. Kesepakatan itu disetujui oleh pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama, di mana saat itu Biden menjadi wakil presiden.

Seorang pejabat Iran kedua - mantan negosiator nuklir - mengatakan Iran "secara teknis dan politik" siap untuk mundur.

"Tapi kita harus cerdas dan tidak jatuh ke dalam perangkap AS yang ingin mendorong Iran keluar dari kesepakatan," kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menggambarkan beberapa minggu dan bulan ke depan sebagai hal penting untuk kesepakatan nuklir.

Untuk memicu pengembalian semua sanksi PBB terhadap Iran, AS akan mengajukan keluhan kepada 15 anggota Dewan Keamanan tentang ketidakpatuhan Iran dengan kesepakatan nuklir.

Menanggapi apa yang Washington sebut kampanye "tekanan maksimum" - tawaran untuk membuat Iran merundingkan kesepakatan baru - Teheran telah melanggar beberapa batas sentral dari kesepakatan 2015, termasuk pada persediaan uranium yang diperkaya.

Tetapi para diplomat mengatakan proses snapback akan sulit dan berantakan karena Rusia, China, dan negara-negara lain di Dewan Keamanan menantang legalitas langkah AS mengingat Washington sendiri tidak lagi mematuhi apa yang disebut Trump sebagai "kesepakatan terburuk yang pernah ada" dan telah memberlakukan secara sepihak sanksi yang kuat terhadap Iran.(Baca: Gagal Perpanjang Embargo Senjata, AS Bersiap Aktifkan Klausul 'Snapback' )

Seorang diplomat Eropa, berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan bahwa langkah AS untuk memicu pengembalian semua sanksi PBB akan berisiko "menghancurkan" kesepakatan nuklir.

"Tetapi itu akan menjadi prosedur yang sepenuhnya diperdebatkan sehingga snapback tidak akan berpengaruh, itu tidak akan diakui oleh pihak lain," ujarnya.

Amerika Serikat berpendapat dapat memicu kembalinya sanksi karena masih disebutkan sebagai peserta kesepakatan nuklir dalam resolusi Dewan Keamanan PBB 2015 yang mengabadikan kesepakatan tersebut.

Seorang diplomat Eropa kedua, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan mayoritas masyarakat internasional percaya bahwa Amerika Serikat tidak dapat memicu snapback.

Utusan AS untuk Iran yang telah mengundurkan diri, Brian Hook, sebelumnya mengatakan bahwa kesepakatan nuklir, meski bermaksud baik, telah gagal untuk menghalangi Iran.

"Kami telah menempatkan pengaruh yang sangat besar untuk masa jabatan kedua (Trump) untuk mendapatkan hasil yang kami perlukan," katanya dalam acara United Against Nuclear Iran.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1685 seconds (0.1#10.140)