Niger Ungkap Alasan Putuskan Hubungan Militer dengan AS, Salah Satunya Kesal Diancam
loading...
A
A
A
Prancis menarik pasukannya dari Niger pada bulan Desember setelah Niamey memerintahkan mereka keluar karena diduga gagal memerangi pemberontakan jihadis di Sahel. Pihak berwenang juga menuduh bekas penguasa kolonial tersebut berperilaku agresif dan campur tangan urusan internal.
Washington, yang mengutuk kudeta tersebut dan bergabung dengan Paris serta sekutu lainnya dalam menangguhkan bantuan ke Niamey, sebelumnya mengesampingkan pelepasan diri dari Niger, yang sangat penting bagi misi kontraterorismenya di wilayah Sahel.
Zeine mengatakan kepada Washington Post bahwa pihak berwenang di Niamey bingung karena AS bersikeras mempertahankan pasukannya di negara tersebut dan menolak memberikan dukungan tambahan kepada pasukan Niger, termasuk peralatan militer untuk melawan serangan ekstremis.
“Amerika tetap tinggal di wilayah kami, tidak melakukan apa pun sementara teroris membunuh orang dan membakar kota,” kesal Zeine.
“Ini bukan pertanda persahabatan jika kita datang ke tanah kami, tapi membiarkan teroris menyerang kami. Kami telah melihat apa yang akan dilakukan Amerika Serikat untuk membela sekutunya, karena kami telah melihat Ukraina dan Israel,” paparnya.
Negara yang terkurung daratan ini telah meminta bantuan keamanan kepada Moskow, dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengonfirmasi awal bulan ini bahwa pasukan Rusia berbagi pangkalan dengan pasukan Amerika di Niger.
Instruktur militer Rusia dilaporkan berada di Niamey untuk melatih tentara nasional dalam taktik kontraterorisme, karena pasukan Amerika dijadwalkan meninggalkan negara Afrika tersebut dalam beberapa bulan mendatang, seperti yang diminta oleh pemerintah Niger.
Lihat Juga: Kisah Zara Dar, Mahasiswi IT di Amerika Serikat yang Tinggalkan Gelar PhD untuk Jadi Kreator OnlyFans
Washington, yang mengutuk kudeta tersebut dan bergabung dengan Paris serta sekutu lainnya dalam menangguhkan bantuan ke Niamey, sebelumnya mengesampingkan pelepasan diri dari Niger, yang sangat penting bagi misi kontraterorismenya di wilayah Sahel.
Zeine mengatakan kepada Washington Post bahwa pihak berwenang di Niamey bingung karena AS bersikeras mempertahankan pasukannya di negara tersebut dan menolak memberikan dukungan tambahan kepada pasukan Niger, termasuk peralatan militer untuk melawan serangan ekstremis.
“Amerika tetap tinggal di wilayah kami, tidak melakukan apa pun sementara teroris membunuh orang dan membakar kota,” kesal Zeine.
“Ini bukan pertanda persahabatan jika kita datang ke tanah kami, tapi membiarkan teroris menyerang kami. Kami telah melihat apa yang akan dilakukan Amerika Serikat untuk membela sekutunya, karena kami telah melihat Ukraina dan Israel,” paparnya.
Negara yang terkurung daratan ini telah meminta bantuan keamanan kepada Moskow, dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengonfirmasi awal bulan ini bahwa pasukan Rusia berbagi pangkalan dengan pasukan Amerika di Niger.
Instruktur militer Rusia dilaporkan berada di Niamey untuk melatih tentara nasional dalam taktik kontraterorisme, karena pasukan Amerika dijadwalkan meninggalkan negara Afrika tersebut dalam beberapa bulan mendatang, seperti yang diminta oleh pemerintah Niger.
Lihat Juga: Kisah Zara Dar, Mahasiswi IT di Amerika Serikat yang Tinggalkan Gelar PhD untuk Jadi Kreator OnlyFans
(mas)