Wall Street Masih Berakhir Melemah Usai The Fed Diragukan Pangkas Suku Bunga

Jum'at, 19 April 2024 - 07:30 WIB
loading...
Wall Street Masih Berakhir Melemah Usai The Fed Diragukan Pangkas Suku Bunga
Wall Street pada perdagangan, Kamis (18/4) waktu setempat kembali berakhir melemah ketika investor menaruh perhatian kepada laporan pendapatan perusahaan terbaru dan bank sentral sulit memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Wall Street pada perdagangan, Kamis (18/4) waktu setempat kembali berakhir melemah ketika investor menaruh perhatian kepada laporan pendapatan perusahaan terbaru. Sementara itu data ekonomi dan komentar dari pejabat Federal Reserve atau The Fed menunjukkan bank sentral tidak mungkin memangkas suku bunga dalam waktu dekat.



Mengutip Reuters, indeks S&P 500 (.SPX) kehilangan 12,02 poin atau 0,24% untuk berakhir pada level 5,010.19. Sedangkan Nasdaq Composite (.IXIC) jatuh 82,35 poin atau 0,52% menjadi 15.601,02, dan Dow Jones Industrial Average (.DJI) naik 23,87 poin, yang setara 0,06% di posisi 37,777.18.

Data ekonomi menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja tetap tangguh, karena klaim pengangguran awal mingguan tidak berubah dari minggu sebelumnya sebesar 212.000. Selanjutnya ukuran manufaktur di wilayah Atlantik tengah naik ke level tertinggi dalam dua tahun.



Pasar tenaga kerja yang solid, data terbaru yang menunjukkan inflasi tinggi, dan komentar dari pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, telah menyebabkan pasar mundur dari ekspektasi bank sentral akan menurunkan suku bunga setidaknya 25 basis poin (bps) pada pertemuan bulan Juni.

“Saya tidak akan terkejut jika kita mengalami musim gugur atau musim semi yang menjadi sebuah kantong udara untuk sementara waktu,” kata Richard Alt, Kepala Sekolah dan CEO di Carnegie Investment Counsel di Cleveland, Ohio, mengacu pada penurunan harga saham.

“Tetapi angka-angka tersebut akan meningkat seiring dengan angka pengangguran yang rendah dan 70% dari belanja konsumen dalam perekonomian ini, jika angka pengangguran terus rendah, maka konsumen akan terus berbelanja. Mereka akan terus melakukan perjalanan, mereka akan terus meminta jasa dan itu akan terjadi untuk mendorong pendapatan dan harga naik menjelang akhir tahun."

S&P 500 mengalami penurunan dalam sesi kelima berturut-turut, karena pasar saham mengalami kesulitan baru-baru ini setelah reli selama lima bulan yang dimulai pada bulan November. Sebagian karena ekspektasi The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga pada paruh pertama tahun ini.

Penurunan selama lima sesi ini menandai yang terpanjang bagi indeks acuan S&P sejak Oktober.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.9061 seconds (0.1#10.140)