Arab Saudi Membisu Soal Kesepakatan Normalisasi UEA dan Israel
loading...
A
A
A
RIYADH - Saat media dan rakyat Uni Emirat Arab (UEA) menyambut kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel sebagai kemenangan diplomatik yang membantu Palestina , Arab Saudi bungkam membisu.
Selama ini Saudi dikenal sebagai yang terdepan dalam kebijakan regional terhadap Israel. Pengamat melihat pengumuman kesepakatan UEA-Israel itu sebagai pendorong strategis untuk peran regional dan global UEA.
Langkah UEA menjadikan negara itu lebih terdepan dibandingkan Saudi dan aliansinya, terutama dalam hubungan penting dengan Amerika Serikat (AS).
Saudi merupakan ekonomi terbesar di Teluk dan eksportir minyak terbesar di dunia, namun UEA dalam beberapa tahun terakhir semakin agresif menerapkan kebijakan luar negerinya sendiri, terutama di hot spot regional seperti Libya, Sudan dan Yaman.
Pada Juli tahun lalu, UEA berencana menarik pasukannya dari Yaman, tempat koalisi Saudi memerangi Houthi sejak 2015.
Kesepakatan ini menjadi kemenangan langka bagi Presiden AS Donald Trump dalam diplomasi Timur Tengah menjelang pemilu presiden 3 November. Namun, jika Trump kalah melawan Joe Biden, UEA tetap dapat memperoleh keuntungan hubungan lebih dekat dengan AS.
“Posisi UEA dapat lebih baik jika Biden menang, karena akan membantu melancarkan berbagai hal dengan Kongres AS, membuat Saudi dikepung dan lebih terpapar dibandingkan sebelumnya,” kata Neil Quilliam, analis di Chatham House dan managing director Azure Strategy.
“Ini harus menjadi kekhawatiran nyata bagi kepemimpinan Saudi sekarang dan memicu kalkulasi tentang bagaimana merespon langkah UEA dan Israel,” ujar dia.
Tahun lalu Kongres AS mengesahkan legislasi untuk melarang penjualan beberapa senjata pada Saudi dan UEA untuk menekan negara-negara Teluk terkait korban warga sipil dalam perang Yaman. Legislasi itu kemudian diveto Trump. (Baca Juga: Dibantu Trump, Israel dan UEA Capai Kesepakatan Normalisasi Hubungan)
Meski tak ada komentar resmi dari Saudi tentang kesepakatan UEA dan Israel hingga saat ini, para pengguna Twitter di kerajaan itu membagikan gambar mendia Raja Faisal yang saat perang Arab-Israel Oktober 1973 memimpin embargo minyak untuk menghukum AS dan negara lain yang mendukung Israel. (Baca Infografis: Drone RQ-4 Global Hawk Amerika Dicegat Tiga MIG-31 Rusia)
“Jika seluruh Arab sepakat menerima eksistensi Israel dan menyingkirkan Palestina, kami tidak akan pernah bergabung mereka,” ungkap kutipan pidato Raja Faisal yang viral di Twitter. (Lihat Video: Ambulans Patah As, Ibu Mau Melahirkan Dievakuasi Mobil Patroli)
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
Selama ini Saudi dikenal sebagai yang terdepan dalam kebijakan regional terhadap Israel. Pengamat melihat pengumuman kesepakatan UEA-Israel itu sebagai pendorong strategis untuk peran regional dan global UEA.
Langkah UEA menjadikan negara itu lebih terdepan dibandingkan Saudi dan aliansinya, terutama dalam hubungan penting dengan Amerika Serikat (AS).
Saudi merupakan ekonomi terbesar di Teluk dan eksportir minyak terbesar di dunia, namun UEA dalam beberapa tahun terakhir semakin agresif menerapkan kebijakan luar negerinya sendiri, terutama di hot spot regional seperti Libya, Sudan dan Yaman.
Pada Juli tahun lalu, UEA berencana menarik pasukannya dari Yaman, tempat koalisi Saudi memerangi Houthi sejak 2015.
Kesepakatan ini menjadi kemenangan langka bagi Presiden AS Donald Trump dalam diplomasi Timur Tengah menjelang pemilu presiden 3 November. Namun, jika Trump kalah melawan Joe Biden, UEA tetap dapat memperoleh keuntungan hubungan lebih dekat dengan AS.
“Posisi UEA dapat lebih baik jika Biden menang, karena akan membantu melancarkan berbagai hal dengan Kongres AS, membuat Saudi dikepung dan lebih terpapar dibandingkan sebelumnya,” kata Neil Quilliam, analis di Chatham House dan managing director Azure Strategy.
“Ini harus menjadi kekhawatiran nyata bagi kepemimpinan Saudi sekarang dan memicu kalkulasi tentang bagaimana merespon langkah UEA dan Israel,” ujar dia.
Tahun lalu Kongres AS mengesahkan legislasi untuk melarang penjualan beberapa senjata pada Saudi dan UEA untuk menekan negara-negara Teluk terkait korban warga sipil dalam perang Yaman. Legislasi itu kemudian diveto Trump. (Baca Juga: Dibantu Trump, Israel dan UEA Capai Kesepakatan Normalisasi Hubungan)
Meski tak ada komentar resmi dari Saudi tentang kesepakatan UEA dan Israel hingga saat ini, para pengguna Twitter di kerajaan itu membagikan gambar mendia Raja Faisal yang saat perang Arab-Israel Oktober 1973 memimpin embargo minyak untuk menghukum AS dan negara lain yang mendukung Israel. (Baca Infografis: Drone RQ-4 Global Hawk Amerika Dicegat Tiga MIG-31 Rusia)
“Jika seluruh Arab sepakat menerima eksistensi Israel dan menyingkirkan Palestina, kami tidak akan pernah bergabung mereka,” ungkap kutipan pidato Raja Faisal yang viral di Twitter. (Lihat Video: Ambulans Patah As, Ibu Mau Melahirkan Dievakuasi Mobil Patroli)
Lihat Juga: Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
(sya)