Dua Pria Yahudi Israel Ditangkap karena Ludahi Kepala Biara Kristen di Yerusalem

Senin, 05 Februari 2024 - 15:06 WIB
loading...
Dua Pria Yahudi Israel Ditangkap karena Ludahi Kepala Biara Kristen di Yerusalem
Nikodemus Schnabel, kepala biara Kristen yang diludahi dua pria Yahudi Israel di Yerusalem. Foto/Nikodemus Schnabel
A A A
YERUSALEM - Dua pria Yahudi Israel, salah satunya berusia 17 tahun, ditangkap polisi pada Sabtu malam karena meludahi dan memaki seorang kepala biara Kristen di Yerusalem.

Rekaman video yang dibagikan secara online menunjukkan kedua pria tersebut meludahi Nikodemus Schnabel dekat Kota Tua Yerusalem.

Menurut laporan Haaretz, Senin (5/2/2024), keduanya telah dibebaskan dan dijadikan tahanan rumah setelah penyelidikan rampung.

Nikodemus Schnabel adalah kepala Biara Benediktin dan biarawan di Laut Galilea.



Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, mengecam keras insiden itu. "Sekali lagi insiden meludahi pemimpin Kristen di Yerusalem. Saya mengutuk keras tindakan buruk terhadap penganut agama lain," katanya.

Laporan Haaretz mengatakan insiden-insiden yang melibatkan orang-orang Yahudi meludahi atau mendekati jamaah Kristen di Yerusalem semakin banyak tercatat pada tahun lalu, menunjukkan bahwa perilaku tersebut semakin meluas.

Sejumlah umat Kristen di Israel dan wilayah Palestina yang diduduki telah menunjukkan peningkatan pelecehan sejak berkuasanya pemerintahan sayap kanan Israel pada akhir tahun 2022.

Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, seorang Zionis religius, sebelumnya membela tindakan meludahi orang Kristen sebagai “kebiasaan Yahudi kuno” dan tahun lalu menyatakan bahwa insiden seperti itu tidak perlu dilakukan penangkapan.

Umat Kristen Palestina di Gaza juga berulang kali menyuarakan keprihatinan atas ancaman terhadap komunitas mereka akibat pengeboman Israel di wilayah tersebut.

Hammam Farah, seorang Kristen Palestina yang tinggal di Kanada, yang telah kehilangan beberapa kerabatnya dalam aksi pengeboman saat ini, mengatakan kepada Middle East Eye tahun lalu bahwa salah satu komunitas Kristen tertua di dunia saat ini menghadapi ancaman kepunahan.

Menurut Farah, terdapat sekitar 3.000 umat Kristen sebelum pengepungan dan blokade Israel di Gaza dimulai pada tahun 2007.
Jumlah tersebut menyusut menjadi sekitar 1.000 karena orang-orang meninggalkan Gaza karena kondisi yang tidak manusiawi akibat blokade tersebut dan tetap stabil selama bertahun-tahun.

Namun, sejak 7 Oktober 2023, jumlahnya menurun menjadi 800 orang, dan lebih banyak lagi yang dikhawatirkan meninggal karena jumlah korban tewas di Gaza meningkat setiap hari.

Umat Kristen mencari perlindungan di gereja-gereja selama pengeboman yang terus-menerus terjadi, termasuk di gereja bersejarah St Porphyrius, yang dibom pada 19 Oktober.

Farah mengatakan dia telah kehilangan banyak anggota keluarganya dalam “kampanye genosida” Israel, yang memaksa umat Kristen untuk meninggalkan rumah mereka dan pergi ke gereja.

“Langit-langit runtuh [di Gereja St Porphyrius], menewaskan 18 orang, termasuk sepupu saya, Soliman. Dia berusia 35 tahun. Istrinya menderita luka serius dan patah punggung, patah pinggul, dan patah rahang. Mereka memiliki dua anak kecil yang menyaksikan ayah mereka tewas di bawah reruntuhan,” katanya.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1035 seconds (0.1#10.140)