Pertama Kali Bomber Wanita Indonesia Ledakkan Diri Dinilai sebagai Pesan
A
A
A
JAKARTA - Para pengamat menyoroti khusus serangan bom di tiga gereja di Surabaya karena melibatkan wanita sebagai pengebom (bomber) yang berhasil meledakkan diri. Menurut pengamat, aksi wanita sebenarnya mengirim pesan bahwa bahwa militan perempuan telah membuka front di Indonesia yang dia anggap sebagai "jihad".
Kepala Polisi Republik Indonesia (Polri) Jenderal Tito Karnavian menyebut pelaku serangan bom tiga gereja itu jaringan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD). Menurut polisi, para pelaku adalah satu keluarga. Serangan tiga bom ini menewaskan 13 orang, termasuk para pelaku.
Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) melalui saluran propagandanya, Amaq, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Surabaya tersebut. Namun, klaim itu tidak disertai bukti.
Presiden Joko Widodo saat mengujungi lokasi ledakan bom mengutuknya sebagai serangan biadab.
Analis terorisme, Noor Huda Ismail, yang telah memantau obrolan jaringan ekstremis di media sosial, mengatakan militan wanita Indonesia telah mengekspresikan keinginan yang meningkat untuk lebih terlibat dalam kekerasan.
"Ini akan mengubah seluruh lanskap radikalisasi di Indonesia karena pertama kali ketika seorang wanita yang terlibat mengirimkan pesan...'Saya membuka jihad pada Anda'," katanya.
Baca Juga: Mengenal JAD, Teroris Biang Bom Gereja di Surabaya
Serangan di Surabaya terjadi beberapa hari setelah kerusuhan di penjara Mako Brimob di Depok, Jawa Barat. Para nara pidana teroris membunuh lima petugas polisi setelah menyandera mereka dan mengendalikan tiga blok penjara selama 40 jam.
Menurut Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto, serangan di tiga gereja di Surabaya mungkin terkait dengan penyanderaan di penjara Mako Brimob.
"Target utama masih otoritas keamanan, tetapi kita dapat mengatakan bahwa ada alternatif (target) jika target utama digagalkan," katanya.
Todd Elliot, seorang analis keamanan dari Concord Consulting mengatakan, berita tentang kerusuhan di penjara Mako Brimob telah menggema melalui jaringan jihadis.
"Apa pun yang terjadi di Mako Brimob tentu telah menghidupkan kembali militan domestik. Jihad online di media telah beramai-ramai dalam beberapa hari terakhir dengan pesan perayaan dan seruan untuk melakukan lebih banyak serangan," kata Elliot.
Namun, tingkat koordinasi dalam serangan tiga bom di Surabaya yang hanya berselang beberapa menit menunjukkan bahwa serangan di Surabaya terencana dengan baik.
“Sejauh kemampuan jihadis Indonesia, ini jelas merupakan serangan yang terorganisir dengan baik dan terkoordinasi dengan baik," kata Elliot.
Analis terorisme lainnya, Sidney Jones, mendukung penilaian Elliot. "Ini adalah serangan paling mematikan yang dapat dilakukan oleh pendukung ISIS sejauh ini," katanya dalam pesan teks, yang dikutip Guardian, Senin (14/5/2018). "Sebagian besar upaya pemboman sebelumnya gagal."
Kepala Polisi Republik Indonesia (Polri) Jenderal Tito Karnavian menyebut pelaku serangan bom tiga gereja itu jaringan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD). Menurut polisi, para pelaku adalah satu keluarga. Serangan tiga bom ini menewaskan 13 orang, termasuk para pelaku.
Kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) melalui saluran propagandanya, Amaq, mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Surabaya tersebut. Namun, klaim itu tidak disertai bukti.
Presiden Joko Widodo saat mengujungi lokasi ledakan bom mengutuknya sebagai serangan biadab.
Analis terorisme, Noor Huda Ismail, yang telah memantau obrolan jaringan ekstremis di media sosial, mengatakan militan wanita Indonesia telah mengekspresikan keinginan yang meningkat untuk lebih terlibat dalam kekerasan.
"Ini akan mengubah seluruh lanskap radikalisasi di Indonesia karena pertama kali ketika seorang wanita yang terlibat mengirimkan pesan...'Saya membuka jihad pada Anda'," katanya.
Baca Juga: Mengenal JAD, Teroris Biang Bom Gereja di Surabaya
Serangan di Surabaya terjadi beberapa hari setelah kerusuhan di penjara Mako Brimob di Depok, Jawa Barat. Para nara pidana teroris membunuh lima petugas polisi setelah menyandera mereka dan mengendalikan tiga blok penjara selama 40 jam.
Menurut Direktur Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto, serangan di tiga gereja di Surabaya mungkin terkait dengan penyanderaan di penjara Mako Brimob.
"Target utama masih otoritas keamanan, tetapi kita dapat mengatakan bahwa ada alternatif (target) jika target utama digagalkan," katanya.
Todd Elliot, seorang analis keamanan dari Concord Consulting mengatakan, berita tentang kerusuhan di penjara Mako Brimob telah menggema melalui jaringan jihadis.
"Apa pun yang terjadi di Mako Brimob tentu telah menghidupkan kembali militan domestik. Jihad online di media telah beramai-ramai dalam beberapa hari terakhir dengan pesan perayaan dan seruan untuk melakukan lebih banyak serangan," kata Elliot.
Namun, tingkat koordinasi dalam serangan tiga bom di Surabaya yang hanya berselang beberapa menit menunjukkan bahwa serangan di Surabaya terencana dengan baik.
“Sejauh kemampuan jihadis Indonesia, ini jelas merupakan serangan yang terorganisir dengan baik dan terkoordinasi dengan baik," kata Elliot.
Analis terorisme lainnya, Sidney Jones, mendukung penilaian Elliot. "Ini adalah serangan paling mematikan yang dapat dilakukan oleh pendukung ISIS sejauh ini," katanya dalam pesan teks, yang dikutip Guardian, Senin (14/5/2018). "Sebagian besar upaya pemboman sebelumnya gagal."
(mas)