5 Kontroversi Pembangunan Ibu Kota Baru Mesir di Gurun Pasir
loading...
A
A
A
KAIRO - Pemerintah Mesir membangun kota baru di gurun pasir, untuk mencoba memindahkan orang-orang dari Kairo yang sangat padat. Hal ini terjadi pada saat Mesir sedang berjuang melawan lonjakan harga, dengan inflasi yang mencapai lebih dari 30%.
Ibu Kota Administratif Baru Mesir dibangun khusus 45 km di sebelah timur Kairo. Proyek pembangunan tersebut sudah dimulai sejak 2015 silam.
Melansir Reuters, Ibu Kota Baru Mesir tersebut merupakan yang terbesar dari serangkaian mega proyek yang menurut Presiden Abdel Fattah al-Sisi diperlukan untuk pembangunan ekonomi dan mengakomodasi pertumbuhan populasi sebesar 105 juta jiwa.
Pegawai pemerintah dipindahkan pada bulan Juli 2024 ke kementerian dan kantor yang dibangun pada tahap pertama kota baru tersebut, delapan tahun setelah peluncuran proyek yang dikenal sebagai Ibu Kota Administratif Baru (NAC).
Dibangun di atas gurun, kota ini dirancang untuk menjadi model teknologi tinggi bagi masa depan Mesir, jauh dari kekacauan dan kekacauan di Kairo. Pemerintah menginginkan program ini dapat menyerap sebagian dari populasi Mesir, yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,6% per tahun.
Namun demikian, pembangunan ibu kota baru Mesir tersebut memiliki banyak kontroversi.
Foto/Reuters
Perkiraan biaya pendirian ibu kota baru diperkirakan sekitar USD57 miliar atau Rp892 triliun. Dana tersebut diperkirakan berasal dari berbagai sumber nasional dan internasional.
Namun, pandemi virus corona telah mengubah skenario menjadi lebih baik, dengan Rusia-Ukraina menjadi katalis lain yang menyebabkan kemerosotan ekonomi bagi Mesir dan seluruh dunia.
Foto/Reuters
Melansir BBC, Pusat Kebudayaan Islam barunya juga mencakup masjid yang luasnya lebih dari 19.000 meter persegi dan mampu menampung 107.000 jamaah.
Ibu Kota Administratif Baru Mesir dibangun khusus 45 km di sebelah timur Kairo. Proyek pembangunan tersebut sudah dimulai sejak 2015 silam.
Melansir Reuters, Ibu Kota Baru Mesir tersebut merupakan yang terbesar dari serangkaian mega proyek yang menurut Presiden Abdel Fattah al-Sisi diperlukan untuk pembangunan ekonomi dan mengakomodasi pertumbuhan populasi sebesar 105 juta jiwa.
Pegawai pemerintah dipindahkan pada bulan Juli 2024 ke kementerian dan kantor yang dibangun pada tahap pertama kota baru tersebut, delapan tahun setelah peluncuran proyek yang dikenal sebagai Ibu Kota Administratif Baru (NAC).
Dibangun di atas gurun, kota ini dirancang untuk menjadi model teknologi tinggi bagi masa depan Mesir, jauh dari kekacauan dan kekacauan di Kairo. Pemerintah menginginkan program ini dapat menyerap sebagian dari populasi Mesir, yang diperkirakan tumbuh sebesar 1,6% per tahun.
Namun demikian, pembangunan ibu kota baru Mesir tersebut memiliki banyak kontroversi.
5 Kontroversi Pembangunan Ibu Kota Baru Mesir di Gurun Pasir
1. Biaya Proyek Sangat Mahal yakni Rp892 Triliun
Foto/Reuters
Perkiraan biaya pendirian ibu kota baru diperkirakan sekitar USD57 miliar atau Rp892 triliun. Dana tersebut diperkirakan berasal dari berbagai sumber nasional dan internasional.
Namun, pandemi virus corona telah mengubah skenario menjadi lebih baik, dengan Rusia-Ukraina menjadi katalis lain yang menyebabkan kemerosotan ekonomi bagi Mesir dan seluruh dunia.
2. Pembangunan Masjid Senilai Rp405 Miliar
Foto/Reuters
Melansir BBC, Pusat Kebudayaan Islam barunya juga mencakup masjid yang luasnya lebih dari 19.000 meter persegi dan mampu menampung 107.000 jamaah.