Gempa Susulan 6 SR Guncang Papua Nugini

Selasa, 06 Maret 2018 - 07:37 WIB
Gempa Susulan 6 SR Guncang Papua Nugini
Gempa Susulan 6 SR Guncang Papua Nugini
A A A
SYDNEY - Gempa susulan berkekuatan besar mengguncang wilayah dataran tinggi Papua Nugini kemarin. Korban tewas hingga saat ini mencapai 55 orang setelah gempa 7,5 Skala Richter (SR) sepekan lalu.

Jumlah korban tewas diperkirakan terus bertambah seiring proses pencarian korban yang terus berlangsung di wilayah terpencil. Tiga gempa susulan dengan kekuatan lebih dari 5 SR mengguncang pegunungan Southern Highlands, sekitar 600 km barat laut ibu kota Port Moresby, kemarin, menurut data US Geological Survey. Gempa susulan itu termasuk yang berkekuatan 6 SR.

“Kami tidak dapat tidur. Terus terguncang sepanjang malam,” kata William Bando, pejabat pemerintah provinsi Hela melalui telepon dari Tari, sekitar 40 km dari lokasi gempa.

Dia menambahkan, “Yang kami rasakan pagi ini dapat mengakibatkan lebih banyak kerusakan, tapi kami tidak tahu. Ini hampir melempar kami dari tempat tidur.”

Kawasan itu telah hancur parah pada 26 Februari saat gempa terbesar menerjang wilayah pegunungan sehingga meratakan banyak gedung, memicu tanah longsor, menutup operasional perusahaan minyak dan gas.

“Korban tewas hingga Senin (5/3) mencapai 55 orang,” ungkap James Justin, petugas riset di Kementerian Minyak dan Energi di Port Moresby.

Laporan tentang korban tewas itu diterima melalui saluran radio. Sebagian besar korban tewas berada di dan sekitar ibu kota provinsi Mendi dan kota Tari, saat tanah longsor mengubur rumah dan gedung menimpa keluarga di dalamnya.

“Orang-orang sangat takut dengan nyawanya karena gempa susulan terus terjadi. Mereka benar-benar ingin tahu kapan ini berhenti,” papar Justin.

Meski kawasan itu bukan pusat kota besar, sekitar 670.000 orang tinggal dalam radius 100 km dari pusat gempa. Gempa itu juga berdampak pada pasar gas alam global dengan ExxonMobil Corp mendeklarasikan force majeure untuk ekspor dari Papua Nugini sehingga mendorong harga gas alam cair di Asia naik 5%.

Perusahaan menolak berkomentar tentang force majeure itu, tapi produksi akan terganggu selama sekitar 8 pekan. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4121 seconds (0.1#10.140)