Putin Tuding Intelijen Barat Dalang Kerusuhan Anti-Yahudi di Dagestan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Kerusuhan anti-Semit yang terjadi pada hari Minggu di Dagestan diilhami oleh badan intelijen Barat dari wilayah Ukraina dan merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengacaukan stabilitas dunia. Hal itu diungkapkan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Peristiwa di Makhachkala terinspirasi melalui jejaring sosial, termasuk dari wilayah Ukraina, oleh agen-agen layanan khusus Barat,” kata Putin seperti dikutip dari RT, Selasa (31/10/2023).
Telegram telah melarang 'Utro Dagestan' (Dagestan Morning), saluran yang terkait dengan intelijen Ukraina yang menyerukan penyerbuan bandara Makhachkala untuk mencari “pengungsi Yahudi.” Sekitar 150 orang ikut serta dalam kerusuhan tersebut.
Presiden Rusia itu mengemukakan gambaran mengerikan yang muncul dari Gaza sebagai hal yang memicu respons emosional, dan menyatakan bahwa hukuman kolektif terhadap warga sipil yang tampaknya dipilih Israel sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Namun, ia mencatat bahwa elit penguasa Amerika Serikat (AS) dan negara-negara satelitnya berada di balik konflik yang terjadi saat ini di Timur Tengah dan tempat lain di seluruh dunia, dalam upaya untuk menabur kekacauan dan mencegah munculnya tatanan dunia multipolar.
Menurut Putin, posisi Moskow mengenai konflik tersebut sudah jelas bahwa perdamaian hanya bisa terwujud dengan berdirinya negara Palestina yang merdeka.
“Bagaimana Anda membantu Palestina dengan menyerang keluarga?” Presiden Rusia itu bertanya-tanya sambil menunjuk para perusuh di Dagestan yang mengibarkan bendera Palestina saat menyerbu bandara.
Putin berpendapat bahwa Rusia tidak hanya memimpin upaya untuk menciptakan dunia multipolar yang terdiri dari negara-negara berdaulat, namun juga benar-benar memperjuangkannya di medan perang Ukraina – dan banyak sukarelawan dari Dagestan sudah mengambil bagian dalam perjuangan tersebut.
“Peristiwa di Makhachkala terinspirasi melalui jejaring sosial, termasuk dari wilayah Ukraina, oleh agen-agen layanan khusus Barat,” kata Putin seperti dikutip dari RT, Selasa (31/10/2023).
Telegram telah melarang 'Utro Dagestan' (Dagestan Morning), saluran yang terkait dengan intelijen Ukraina yang menyerukan penyerbuan bandara Makhachkala untuk mencari “pengungsi Yahudi.” Sekitar 150 orang ikut serta dalam kerusuhan tersebut.
Presiden Rusia itu mengemukakan gambaran mengerikan yang muncul dari Gaza sebagai hal yang memicu respons emosional, dan menyatakan bahwa hukuman kolektif terhadap warga sipil yang tampaknya dipilih Israel sama sekali tidak dapat dibenarkan.
Namun, ia mencatat bahwa elit penguasa Amerika Serikat (AS) dan negara-negara satelitnya berada di balik konflik yang terjadi saat ini di Timur Tengah dan tempat lain di seluruh dunia, dalam upaya untuk menabur kekacauan dan mencegah munculnya tatanan dunia multipolar.
Menurut Putin, posisi Moskow mengenai konflik tersebut sudah jelas bahwa perdamaian hanya bisa terwujud dengan berdirinya negara Palestina yang merdeka.
“Bagaimana Anda membantu Palestina dengan menyerang keluarga?” Presiden Rusia itu bertanya-tanya sambil menunjuk para perusuh di Dagestan yang mengibarkan bendera Palestina saat menyerbu bandara.
Putin berpendapat bahwa Rusia tidak hanya memimpin upaya untuk menciptakan dunia multipolar yang terdiri dari negara-negara berdaulat, namun juga benar-benar memperjuangkannya di medan perang Ukraina – dan banyak sukarelawan dari Dagestan sudah mengambil bagian dalam perjuangan tersebut.