Ketika Bos Hamas Ismail Haniyeh Hidup Enak di Qatar tapi Gaza Luluh Lantak Dibom Israel

Rabu, 18 Oktober 2023 - 10:40 WIB
loading...
A A A
Kekayaannya sangat kontras dengan kemiskinan endemik di Jalur Gaza, di mana separuh penduduknya menganggur, dan PDB per kapita sekitar USD5.600 per tahun pada tahun 2021, menjadikannya salah satu tempat termiskin di dunia.

Beberapa pakar menyalahkan pertumbuhan ekonomi yang terhambat akibat blokade Israel-Mesir yang berlaku sejak tahun 2007, yang telah memberlakukan pembatasan terhadap barang-barang yang masuk atau keluar dari Jalur Gaza.

Israel mengatakan pembatasan itu diperlukan demi alasan keamanan, untuk mencegah Hamas mempersenjatai dan membangun terowongan ke Israel. Korupsi juga diduga merajalela.

Perekonomian Gaza sangat bergantung pada bantuan luar negeri, di mana Qatar berada di urutan teratas dalam daftar donor. Negara monarki Teluk itu diperkirakan telah menyumbang lebih dari USD1,5 miliar selama dekade terakhir, meskipun uang tersebut telah dicairkan sebagai tunjangan bagi pejabat publik dan keluarga miskin, dan bukan untuk mengembangkan perekonomian.

Kesenjangan antara para pemimpin Hamas dan orang-orang jalanan di Gaza tidak hanya terbatas pada rekening bank mereka, karena para petinggi kelompok tersebut dan keluarga mereka tampaknya dapat meninggalkan daerah kantong Palestina yang terkepung itu sesuka hati, sebuah keuntungan yang hanya dinikmati oleh segelintir warga Gaza.

Pada 30 Desember 2022, situs berita Areab Saudi; Elaph, mengutip “sumber berpengetahuan Palestina” yang mengatakan bahwa putra Haniyeh, Maaz, yang dikenal di Gaza sebagai Abu Al-Iqarat, atau “Bapak Real Estate" memperoleh paspor Turki, yang memungkinkannya untuk dengan mudah keluar dari Gaza dan bepergian ke luar negeri. Dia juga dilaporkan telah berinvestasi di properti di Turki.

Pada 20 Juli 2022, sebuah dokumen dibagikan di media sosial Palestina yang menunjukkan daftar resmi pelancong yang telah diberi izin meninggalkan Gaza melalui penyeberangan Rafah.

Di antara nama-nama tersebut adalah putra Haniyeh, Hazem, bersama istri dan dua anaknya, yang meninggalkan Gaza untuk bergabung dengan anggota keluarga Haniyeh lainnya di Turki.

Pengungkapan ini memicu kampanye media sosial menentang kepemimpinan Hamas, bertajuk “Tangan Kita Bersih”—sebuah hal yang jarang terjadi di Jalur Gaza, di mana perbedaan pendapat politik pada umumnya tidak ditoleransi.

Menurut Middle East Media Research Institute (MEMRI), nama tersebut mengacu pada pidato Haniyeh pada 2009, yakni pada peringatan 22 tahun berdirinya Hamas, di mana dia mengatakan: “Tangan kami bersih. Kami tidak mencuri dana, memiliki real estate, atau membangun vila.”
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1455 seconds (0.1#10.140)