Ribut dengan China, Filipina dan AS Latihan Perang Gabungan
loading...
A
A
A
MANILA - Filipina menggelar latihan perang gabungan dengan Amerika Serikat (AS) yang dimulai hari Senin. Manuver ini digelar beberapa hari setelah pertikaian diplomatik terbaru antara Manila dan Beijing terkait sengketa wilayah di Laut China Selatan.
Lebih dari seribu pelaut dari kedua negara mengambil bagian dalam latihan perang Samasama, yang mencakup latihan anti-kapal selam, perang permukaan dan peperangan elektronik.
Latihan perang ini berlangsung di lepas pantai Manila dan selatan Luzon, pulau utama Filipina.
China telah mengeklaim hampir seluruh wilayah di Laut China Selatan meskipun ada keputusan pengadilan internasional tahun 2016 yang menyatakan bahwa klaim Beijing tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Alih-alih tunduk pada keputusan pengadilan internasional, China justru semakin agresif di Laut China Selatan sehingga memicu kekhawatiran Washington dan sekutu regionalnya.
Wakil Komandan Komando Pasifik AS, Laksamana Karl Thomas, mengatakan kepada para pelaut pada upacara pembukaan latihan perang di Manila bahwa hak semua negara untuk menjamin kedaulatan nasional.
“Tatanan internasional berbasis aturan yang menjamin perdamaian regional selama beberapa dekade telah dirusak dan diuji serta tidak menguntungkan semua negara kecuali satu negara,” katanya, tanpa menyebut China secara spesifik, seperti dikutip Philstar, Selasa (3/10/2023).
“Tidak ada cara yang lebih baik untuk menjamin kedaulatan dan keamanan selain berlayar dan beroperasi bersama,” ujar Thomas.
Ketika ditanya pada konferensi pers negara mana yang dia maksud, Thomas mengatakan penting untuk mempertahankan hak berlayar melalui wilayah tersebut bebas dari kekhawatiran akan diserang atau diintimidasi.
Lebih dari seribu pelaut dari kedua negara mengambil bagian dalam latihan perang Samasama, yang mencakup latihan anti-kapal selam, perang permukaan dan peperangan elektronik.
Latihan perang ini berlangsung di lepas pantai Manila dan selatan Luzon, pulau utama Filipina.
China telah mengeklaim hampir seluruh wilayah di Laut China Selatan meskipun ada keputusan pengadilan internasional tahun 2016 yang menyatakan bahwa klaim Beijing tersebut tidak memiliki dasar hukum.
Alih-alih tunduk pada keputusan pengadilan internasional, China justru semakin agresif di Laut China Selatan sehingga memicu kekhawatiran Washington dan sekutu regionalnya.
Wakil Komandan Komando Pasifik AS, Laksamana Karl Thomas, mengatakan kepada para pelaut pada upacara pembukaan latihan perang di Manila bahwa hak semua negara untuk menjamin kedaulatan nasional.
“Tatanan internasional berbasis aturan yang menjamin perdamaian regional selama beberapa dekade telah dirusak dan diuji serta tidak menguntungkan semua negara kecuali satu negara,” katanya, tanpa menyebut China secara spesifik, seperti dikutip Philstar, Selasa (3/10/2023).
“Tidak ada cara yang lebih baik untuk menjamin kedaulatan dan keamanan selain berlayar dan beroperasi bersama,” ujar Thomas.
Ketika ditanya pada konferensi pers negara mana yang dia maksud, Thomas mengatakan penting untuk mempertahankan hak berlayar melalui wilayah tersebut bebas dari kekhawatiran akan diserang atau diintimidasi.