Inggris Desak Jerman Setujui Penjualan Jet Tempur Typhoon ke Arab Saudi demi Rp94,7 Triliun
loading...
A
A
A
LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak telah mendesak Jerman untuk menyetujui penjualan 48 unit jet tempur Eurofighter Typhoon senilai USD6,1 miliar atau lebih dari Rp94,7 triliun ke Arab Saudi.
Desakan PM Sunak itu merupakan upayanya untuk menyelamatkan perekonomian Inggris dari kerugian lebih lanjut.
Laporan The Telegraph, Kamis (28/9/2023), dengan mengutip pejabat Inggris yang tidak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa PM Sunak dan pemerintahannya secara pribadi telah mendesak Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mencabut hak veto Berlin atas penjualan Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi.
Desakan itu muncul setelah Scholz mengumumkan kembali pada bulan Juli bahwa Berlin tidak akan menyetujui penjualan pesawat tempur tersebut dalam waktu dekat.
Arab Saudi, yang telah berhasil memperoleh 72 unit pesawat Eurofighter Typhoon, menandatangani Nota Kesepahaman dengan Inggris lima tahun lalu untuk mengakuisisi 48 pesawat lagi, dengan penjualan yang dilaporkan mencapai sekitar USD6,1 miliar.
Meskipun kesepakatan tersebut terhenti akibat penangguhan ekspor senjata Kerajaan Inggris dan Jerman karena intervensi militer Arab Saudi di Yaman, pertimbangan mengenai penjualan tersebut muncul kembali pada bulan Juli setelah gencatan senjata yang ditengahi PBB dalam konflik Yaman dan perundingan antara Riyadh dan pemberontak Houthi Yaman.
Sekadar diketahui, tet tempur Eurofighter Typhoon telah dikembangkan sejak pertengahan 1980-an, dengan keterlibatan konsorsium perusahaan pertahanan termasuk BAE Systems Inggris dan perusahaan lainnya di Jerman, Italia dan Spanyol, di bawah dukungan NATO.
Oleh karena itu, partisipasi Jerman memberi Berlin kemampuan untuk memveto setiap penjualan jet tersebut di masa depan, sebuah kekuatan yang kini digunakan Jerman untuk menolak pengiriman ke Riyadh yang membuat London sangat kecewa.
Bagian dari lobi tegas London yang dilakukan Inggris dilaporkan mencakup ancaman terhadap pemerintah Jerman bahwa mereka akan dikeluarkan dari program Eurofighter Typhoon melalui penggunaan klausul hukum yang telah lama ada.
Kesepakatan penjualan jet tempur tersebut ke Arab Saudi sangat bermanfaat bagi Inggris, perekonomiannya dan industri pertahanannya, khususnya dalam hal mempertahankan ribuan lapangan kerja di pabrik-pabrik BAE Systems di bagian utara Inggris.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh perusahaan pertahanan tahun lalu, program jet Typhoon menyumbang sekitar ÂŁ1,4 miliar (USD1,7 miliar) per tahun bagi perekonomian Inggris, dengan sekitar 5.000 lapangan kerja di pabrik BAE Systems dan tambahan 15.000 di seluruh Inggris bergantung pada program tersebut, menjadikannya kepentingan strategis yang vital.
Desakan PM Sunak itu merupakan upayanya untuk menyelamatkan perekonomian Inggris dari kerugian lebih lanjut.
Laporan The Telegraph, Kamis (28/9/2023), dengan mengutip pejabat Inggris yang tidak disebutkan namanya, menyebutkan bahwa PM Sunak dan pemerintahannya secara pribadi telah mendesak Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mencabut hak veto Berlin atas penjualan Eurofighter Typhoon ke Arab Saudi.
Desakan itu muncul setelah Scholz mengumumkan kembali pada bulan Juli bahwa Berlin tidak akan menyetujui penjualan pesawat tempur tersebut dalam waktu dekat.
Arab Saudi, yang telah berhasil memperoleh 72 unit pesawat Eurofighter Typhoon, menandatangani Nota Kesepahaman dengan Inggris lima tahun lalu untuk mengakuisisi 48 pesawat lagi, dengan penjualan yang dilaporkan mencapai sekitar USD6,1 miliar.
Meskipun kesepakatan tersebut terhenti akibat penangguhan ekspor senjata Kerajaan Inggris dan Jerman karena intervensi militer Arab Saudi di Yaman, pertimbangan mengenai penjualan tersebut muncul kembali pada bulan Juli setelah gencatan senjata yang ditengahi PBB dalam konflik Yaman dan perundingan antara Riyadh dan pemberontak Houthi Yaman.
Sekadar diketahui, tet tempur Eurofighter Typhoon telah dikembangkan sejak pertengahan 1980-an, dengan keterlibatan konsorsium perusahaan pertahanan termasuk BAE Systems Inggris dan perusahaan lainnya di Jerman, Italia dan Spanyol, di bawah dukungan NATO.
Oleh karena itu, partisipasi Jerman memberi Berlin kemampuan untuk memveto setiap penjualan jet tersebut di masa depan, sebuah kekuatan yang kini digunakan Jerman untuk menolak pengiriman ke Riyadh yang membuat London sangat kecewa.
Bagian dari lobi tegas London yang dilakukan Inggris dilaporkan mencakup ancaman terhadap pemerintah Jerman bahwa mereka akan dikeluarkan dari program Eurofighter Typhoon melalui penggunaan klausul hukum yang telah lama ada.
Kesepakatan penjualan jet tempur tersebut ke Arab Saudi sangat bermanfaat bagi Inggris, perekonomiannya dan industri pertahanannya, khususnya dalam hal mempertahankan ribuan lapangan kerja di pabrik-pabrik BAE Systems di bagian utara Inggris.
Menurut laporan yang diterbitkan oleh perusahaan pertahanan tahun lalu, program jet Typhoon menyumbang sekitar ÂŁ1,4 miliar (USD1,7 miliar) per tahun bagi perekonomian Inggris, dengan sekitar 5.000 lapangan kerja di pabrik BAE Systems dan tambahan 15.000 di seluruh Inggris bergantung pada program tersebut, menjadikannya kepentingan strategis yang vital.
(mas)