China Melarang Jenggot 'Abnormal' dan Jilbab di Wilayah Muslim
A
A
A
BEIJING - Pihak berwenang China memberlakukan larangan memelihara jenggot yang dianggap “abnormal” dan jilbab di tempat umum di Provinsi Xinjiang. Provinsi itu merupakan wilayah yang dihuni mayoritas Muslim.
Larangan dari otoritas China ini sebagai upaya untuk mengekang ekstremisme dan radikalisasi di wilayah yang berbatasan Kyrgyzstan, Tajikistan dan Afghanistan.
Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi medan bentrok antara milisi Uighur dengan polisi China. Para milisi dianggap mengobarkan sentimen separatis di Xinjiang.
Aturan baru soal larangan itu akan diberlakukan mulai Sabtu besok. Hal itu diumumkan di website pemerintah setempat. Dalam pengumumannya, pemerintah China melarang warga Xinjiang menyebarkan ide-ide ekstremis.
”Orang tua harus menggunakan perilaku moral yang baik untuk mempengaruhi anak-anak mereka, mendidik mereka untuk menghormati ilmu, mengejar budaya, menjunjung persatuan etnis dan menolak serta menentang ekstremisme,” bunyi pengumuman tersebut, seperti dikutip DW, Jumat (31/3/2017).
Penamaan bayi juga akan diatur, di mana nama-nama bayi untuk membesarkan semangat keagamaan akan dilarang. Orang tua juga akan dilarang menjalankan homeschool bagi anak-anak mereka.
Komunitas Muslim Uighur telah lama menjalankan praktik kehidupan Muslim seperti di Arab Saudi dan Pakistan, seperti kaum perempuan yang mengenakan cadar penuh. Namun, oleh pemerintah China praktik seperti itu dianggap sebagai pembangkangan.
Sebelumnya pada pertengan bulan ini, Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan parlemen mengatakan bahwa Xinjiang membutuhkan ”tembok besar besi” yang akan melindungi wilayah tersebut. Komentar itu mengacu pada upaya China membentengi Xinjiang dari paham radikalisme dan ekstremisme.
Larangan dari otoritas China ini sebagai upaya untuk mengekang ekstremisme dan radikalisasi di wilayah yang berbatasan Kyrgyzstan, Tajikistan dan Afghanistan.
Xinjiang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi medan bentrok antara milisi Uighur dengan polisi China. Para milisi dianggap mengobarkan sentimen separatis di Xinjiang.
Aturan baru soal larangan itu akan diberlakukan mulai Sabtu besok. Hal itu diumumkan di website pemerintah setempat. Dalam pengumumannya, pemerintah China melarang warga Xinjiang menyebarkan ide-ide ekstremis.
”Orang tua harus menggunakan perilaku moral yang baik untuk mempengaruhi anak-anak mereka, mendidik mereka untuk menghormati ilmu, mengejar budaya, menjunjung persatuan etnis dan menolak serta menentang ekstremisme,” bunyi pengumuman tersebut, seperti dikutip DW, Jumat (31/3/2017).
Penamaan bayi juga akan diatur, di mana nama-nama bayi untuk membesarkan semangat keagamaan akan dilarang. Orang tua juga akan dilarang menjalankan homeschool bagi anak-anak mereka.
Komunitas Muslim Uighur telah lama menjalankan praktik kehidupan Muslim seperti di Arab Saudi dan Pakistan, seperti kaum perempuan yang mengenakan cadar penuh. Namun, oleh pemerintah China praktik seperti itu dianggap sebagai pembangkangan.
Sebelumnya pada pertengan bulan ini, Presiden China Xi Jinping dalam pertemuan parlemen mengatakan bahwa Xinjiang membutuhkan ”tembok besar besi” yang akan melindungi wilayah tersebut. Komentar itu mengacu pada upaya China membentengi Xinjiang dari paham radikalisme dan ekstremisme.
(mas)