Jadi Momok bagi AS, Ahli Sebut Rudal Antarbenua Baru Korut Mirip ICBM Rusia
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Para ahli mengatakan Rusia kemungkinan besar harus berterima kasih kepada Korea Utara (Korut). Itu dikarenakan rudal balistik antarbenua (ICBM) Korut adalah yang paling mengancam.
Sebuah thinktank urusan internasional yang berbasis di Washington, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), dalam sebuah laporan baru-baru ini menyatakan bahwa peluncuran uji coba ICBM Hwasong-18 Korut pada 12 Juli lalu kemungkinan hasil dari kerja sama teknis yang bersumber dari Rusia.
Diktator Korut Kim Jung-un menjamu pejabat Rusia dan China pada bulan Juli, menunjukkan kepada mereka persenjataan misilnya yang mampu membawa hulu ledak nuklir. ICBM Hwasong-18 Korut termasuk di antaranya. Ini adalah rudal berkemampuan nuklir yang dikembangkan negara itu buat menentang upaya PBB untuk mengatur program senjata nuklir Pyongyang.
Menurut laporan CSIS, Hwasong-18 diperlengkapi untuk menembus pertahanan rudal balistik AS. Laporan itu mengatakan Hwasong-18 adalah ICBM berbahan bakar padat, berbeda dari ICBM berbahan bakar cair yang telah diuji Korut selama beberapa tahun terakhir.
"Rudal itu mampu mengirimkan muatan substansial pada jangkauan antarbenua sementara juga mengerahkan tabung umpan untuk mengatasi tindakan balasan," menurut laporan itu seperti dilansir dari Insider, Minggu (20/8/2023).
Teknologi baru ini juga memungkinkan Korut menembakkan rudal lebih cepat, mencegah kemungkinan deteksi dan intervensi dari pemerintah lain sebelum ditembakkan.
“Munculnya kemampuan canggih ini secara tiba-tiba sulit dijelaskan tanpa kerja sama dari pemerintah Rusia dan para ilmuwannya,” kata laporan tersebut.
Selain itu, menurut laporan tersebut, data lintasan penerbangan dan dimensi fisik Hwasong-18 hampir identik dengan ICBM Topol-M Rusia.
“Pasukan rudal Hwasong-18 akan meminta Amerika Serikat untuk mempertimbangkan konsep tambahan untuk pertahanan rudal, termasuk penggunaan pencegat drone udara,” demikian kata laporan itu.
Sebuah thinktank urusan internasional yang berbasis di Washington, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), dalam sebuah laporan baru-baru ini menyatakan bahwa peluncuran uji coba ICBM Hwasong-18 Korut pada 12 Juli lalu kemungkinan hasil dari kerja sama teknis yang bersumber dari Rusia.
Diktator Korut Kim Jung-un menjamu pejabat Rusia dan China pada bulan Juli, menunjukkan kepada mereka persenjataan misilnya yang mampu membawa hulu ledak nuklir. ICBM Hwasong-18 Korut termasuk di antaranya. Ini adalah rudal berkemampuan nuklir yang dikembangkan negara itu buat menentang upaya PBB untuk mengatur program senjata nuklir Pyongyang.
Menurut laporan CSIS, Hwasong-18 diperlengkapi untuk menembus pertahanan rudal balistik AS. Laporan itu mengatakan Hwasong-18 adalah ICBM berbahan bakar padat, berbeda dari ICBM berbahan bakar cair yang telah diuji Korut selama beberapa tahun terakhir.
"Rudal itu mampu mengirimkan muatan substansial pada jangkauan antarbenua sementara juga mengerahkan tabung umpan untuk mengatasi tindakan balasan," menurut laporan itu seperti dilansir dari Insider, Minggu (20/8/2023).
Teknologi baru ini juga memungkinkan Korut menembakkan rudal lebih cepat, mencegah kemungkinan deteksi dan intervensi dari pemerintah lain sebelum ditembakkan.
“Munculnya kemampuan canggih ini secara tiba-tiba sulit dijelaskan tanpa kerja sama dari pemerintah Rusia dan para ilmuwannya,” kata laporan tersebut.
Selain itu, menurut laporan tersebut, data lintasan penerbangan dan dimensi fisik Hwasong-18 hampir identik dengan ICBM Topol-M Rusia.
“Pasukan rudal Hwasong-18 akan meminta Amerika Serikat untuk mempertimbangkan konsep tambahan untuk pertahanan rudal, termasuk penggunaan pencegat drone udara,” demikian kata laporan itu.
(ian)